Minggu, 07 September 2014

Wongso Suseno Mantan juara dunia yang masih hidup ngontrak


VT-105Dipuja-puja saat sukses, dicampakan hingga terlunta-lunta saat tak lagi berprestasi nampaknya sudah menjadi kisah buram bagi mantan atlet berprestasi di Indonesia. Begitu juga Wongso Suseno petinju asal Kota Malang yang bisa membuat sejarah meraih juara dunia OPBF pertama untuk Indonesia di kelas Welter (63 Kg).
Jangan dibayangkan Wongso Suseno seperti Manny Pacquito petinju Philiphina yang dianggap pahlawan dan dijamin hidupnya secara istimewa oleh Negara. Jangan dikira saat Mentri Pemuda dan Olah Raga Adyaksa Dault bagi-bagi rumah untuk atlet dan mantan atlet yang berprestasi dan kurang mampu Wongso kebagian.
Sebagai orang yang pernah membuat Bangsa Indonesia bangga Wongso tetap hidup terlunta-lunta dan melarat hingga hari tua. Medali emas pemberian Menpora Abdul Gofur dan Penghargaan Satya Lencana dari Menpora Akbar Tandjung merupakan dua barang paling berharga di rumah kontrakannya yang sempit di Jl Kelapa Sawit no 29, Kelurahan Pisang Candi, Kecamatan Sukun, Kota Malang.
Agar bisa hidup bersama anak dan istri Wongso saat ini bekerja apa saja yang penting halal. Termasuk bekerja sebagai tenaga serabutan di PT Duta Perkasa Manunggal Lestari.
Meski hidup susah hingga diusia 64 tahun Wongso pantang mengeluh apalagi sampai mengemis meminta-minta bantuan kepada pemerintah atapun sanak saudara. Berbekal sepeda motor Honda butut keluaran 1975 pria kelahiran Pasar Kidul Dalem, Kota Malang terus berjuang untuk bisa mengatasi beratnya kehidupan.
Wongso mengaku untuk bisa menjadi petinju hebat di masa jayanya tahun 1975-1982 dia memang benar-benar total dalam menjalani. Bukan hebat berkat jampi-jampi, bukan hebat berkat pergi ke dukun dia bisa menjadi juara dunia karena berlatih begitu keras.
Dia mencibir kalau petinju sekarang berlatih satu dua kali sehari saja sudah jarang ada yang kuat makannya jarang ada petinju di Indonesia yang bisa menjadi juara dunia. Untuk berprestasi dulu pemilik pukulan maut uper cut naga ini berlatih setiap hari tiga kali sehari pagi, siang dan paling berat latihan malam.
“Tinju kebanyakan digelar malam hari, karena itu saya dulu paling berat melakukan latihan malam,” ujar Wongso membagi resep.
Begitu giatnya berlatih agar bisa meraih prestasi setinggi-tingginya Wongso sampai tidak memikirkan sekolah, hidupnya hanya tinju-tinju dan bertinju. Menikahpun baru dijalani suami dari Lyly Cyntia ketika usia sudah 34 tahun.
Akibatnya ketika sudah tidak lagi bertinju diapun kesulitan bisa mendapatkan penghasailan yang layak. Sempat dia menjadi pengusaha sepatu merk Liment di tahun 80 an. Tetapi karena kurang cakapnya mengelola bisnis diapun banyak tertipu dan usaha sepatunyapun bangkrut di tahun 2000 an, yang membuat hidupnya harus memulai dari nol lagi.
Begitu beratnya jika ingin menjadi petinju sukses harus menjalaninya dengan total. Karena itu ke empat anak-anaknya yang kini sudah lulus dari bangku kuliah semua dilarang menjadi atlet. Sebab menjadi atlet di Indonesia masa depannya sama sekali tidak jelas.
“Cukup papinya saja sengsara menjadi atlet, dengan bersekolah yang baik saya berharap anak-anak saya bisa bekerja dan mendapat penghidupan yang lebih baik,’ kata Wongso.
Untuk bisa terus hidup di tengah mencari pekerjaan yang kini kian sulit, Wongso ikhlas menjadi tenaga serabutan di PT Duta Perkasa Manunggal Lestari. Dia tetap bersukur bisa bekerja ditempat ini jika tidak ditampung bekerja di tempat ini dia yakin bisa menjadi gelandangan.
Di usia senja ini Wongso sebenarnya bisa dan tertarik untuk bisa melatih petinju agar bisa menjadi juara dunia. Namun cita-citanya itu hingga kini hanya bisa menjadi angan-angan belaka karena dia belum menemukan petinju yang benar-benar mau total meraih prestasi.
Beberapa kali menemukan petinju yang punya bakat, ketika serius dilatih justru akhirnya pergi. Baik pergi karena beratnya meteri latihan yang dia berikan atau pergi karena mendapat iming-iming sejumlah uang dari orang yang punya sasana dan punya uang. (http://aldybudiman.wordpress.com/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar