Senin, 18 September 2017

KEWAJIBAN BERBAKTI KEPADA ORANG TUA


Oleh
Syaikh Muhammad bin Shâlih al-‘Utsaimîn
Marilah kita bertakwa kepada Allah. Kita laksanakan kewajiban yang telah diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu berupa hak-hak-Nya dan hak para hamba-Nya. Dan ketahuilah, hak manusia yang paling besar atas diri kalian ialah hak kedua orang tua dan karib kerabat. Allah menyebutkan hak tersebut berada pada tingkatan setelah hak-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa … ” [an-Nisâ`/4:36].
Begitu pula Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman dalam surat Luqmân/31 ayat 14:
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ
“(Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya, …)”

Minggu, 16 Juli 2017

Kisah Penuh Makna, "Suami Bodoh yang Tukar Kuda Dengan Apel Busuk, Saat Pulang Istri Malah Semakin Cinta"



Pernah dengar kisah berjudul “Kakek tua tidak pernah salah”? mungkin kisah ini jarang diceritakan di Indonesia, tapi cerita anak-anak ini begitu terkenal di Denmark, begini kisahnya yang penuh dengan makna.


BACA JUGA: Mengungkap Fakta, Kenapa Umat Islam Lebih Suka Umrah Daripada Bersedekah?

Di Suatu desa, ada sepasang suami istri tua yang miskin, suatu hari, mereka ini pergi ke pasar menukarkan satu-satunya benda berharga mereka, seekor kuda, dengan barang lain yang berguna. Nenek tua itu berkata pada kakek tua,

“Hari ini mumpung mereka ada acara, kamu menunggang kuda pergi ke kota, jual kuda ini atau tukar dengan barang yang berguna. Kamu gak pernah salah kalau mengambil keputusan, cepat-cepat pergi.”

Jumat, 05 Mei 2017

Nenek Pemungut Daun


Alkisah pada sebuah kota d Pulau Madura, tersebutlah seorang nenek yang kesehariannya bekerja sebagai 
menjual bunga cempaka di sebuah pasar.

Seperti kebiasaan setiap harinya usai berjualan, sang nenek selalu menyempa kan diri mampir ke Masjid Agung yang terdapat di kota itu dengan berjalan kaki walau jaraknya cukup jauh.

Ia kemudian berwudhu, masuk ke Masjid, dan melakukan shalat dhuhur.

Setelah berdzikir dan berdoa sekedarnya, ia segera keluar dari Masjid dan membungkuk-bungkukkan badannya di halaman Masjid. Untuk apa? Si nenek dengan sabarnya memunguti serta mengumpulkan daun-daun yang berserakan di halaman Masjid tersebut.

Selembar demi lembaran daun dikaisnya. Tak satu lembar daunpun ia lewatkan.

Tentu saja agak lama sang nenek membersihkan halaman Masjid dengan cara seperti itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh panas menyengat, hingga keringat pun jadi membasahi sekujur tubuhnya.