Minggu, 07 September 2014

Masa Pensiun Bahagia VS Masa Pensiun Sengsara

Planners, ada satu cerita tentang kehidupan pensiun dua orang PNS berikut, sebut saja namanya Pak Haris dan Pak Beny. Kedua bapak ini sama-sama mantan pejabat tinggi pada suatu instansi pemerintahan, dengan total penghasilan bulanan yang relatif sama, yaitu sepuluh sampai limabelas juta rupiah. Namun, keduanya memiliki kehidupan masa pensiun yang sama sekali berbeda.

Pak Haris menjalani masa pensiunnya dengan bahagia. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dia tidak perlu  merasa khawatir karena setiap bulannya dia menerima keuntungan dari hasil investasinya sebesar sepuluh juta rupiah. Dari “penghasilannya” tersebut, Pak Haris masih bisa menyisihkan 2 juta rupiah untuk dimasukkan lagi ke tabungan. Ketika istrinya atau dirinya sakit dan harus dirawat di rumah sakit dalam jangka waktu yang lama, dia tidak khawatir dengan biaya yang harus dikeluarkannya karena semuanya ditanggung oleh pihak asuransi. Hampir setiap tahun Pak Haris bisa jalan-jalan ke luar negeri bersama dengan istrinya. Baginya, kehidupan masa pensiun benar-benar terasa seperti kehidupan di Surga: memiliki standar hidup yang sama seperti sewaktu dia menjabat tanpa harus bekerja. Seluruh aset Pak Haris, seperti rumah, mobil, dan beberapa bidang tanah pun masih lengkap dimilikinya.
Sebaliknya, Pak Beny menjalani masa pensiunnya dengan keadaan yang sangat jauh berbeda dengan kehidupannya semasa menjabat dulu. Dulu, Pak Beny memiliki segalanya: rumah mewah, mobil bagus untuk dirinya dan keluarganya, uang untuk makan di restoran setiap hari dan gonta-ganti gadget keluaran terbaru, dan sebuah villa di puncak lengkap dengan kolam renang dan kebun yang luas. Namun, sejak dia memasuki masa pensiun, kehidupannya berubah total. Istrinya sakit keras sehingga memerlukan biaya pengobatan yang tidak sedikit. Karena tidak memiliki asuransi, Pak Beny terpaksa menjual sebagian besar asetnya, setelah menghabiskan persediaan uangnya di bank untuk membayar biaya rumah sakit dan pengobatan lanjutan. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, Pak Beny harus kembali bekerja sebagai dosen honorer pada sebuah perguruan tinggi negeri, karena uang pensiun yang diterimanya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kehidupan masa pensiun bagi Pak Beny tidak jauh berbeda dengan kehidupannya ketika masih menjadi PNS, yaitu masih rutin bekerja; hanya saja beliau dan keluarganya harus rela menurunkan standar gaya hidup mereka karena penghasilan Pak Beny kali ini tidak sebesar penghasilan sewaktu beliau masih menjabat.
Apa rahasia pak Haris sehingga dia dapat menjalani masa pensiun yang begitu menyenangkan? Ternyata, sejak mulai bekerja, Pak Haris sudah membiasakan diri untuk menyisihkan 30% dari penghasilan bulanannya untuk menabung dan berinvestasi. Setiap bonus yang diterimanya dialokasikan untuk membeli polis asuransi jiwa dan kesehatan bagi dirinya dan keluarganya. Beliau membatasi dan mengatur pengeluarannya hanya untuk membiayai kebutuhan pokok saja. Sedangkan untuk memenuhi keinginan-keinginannya, beliau tahan sampai investasinya sudah membuahkan hasil. Pola pengeluaran  ini terus dilakukannya dengan konsisten sampai dengan masa pensiunnya tiba. Ketika pensiun, Pak Haris tinggal menikmati hasil dari investasi yang ditanamnya selama bekerja.
Bagaimana dengan Anda? Kehidupan masa pensiun mana yang Anda pilih dari kedua contoh di atas? Tentunya kita semua ingin memiliki masa pensiun yang bahagia, bukan? Semua yang kita tuai di masa tua tergantung dari apa yang kita tanam sekarang. Mari kita atur lagi pengeluaran kita saat ini, mulai dari sekarang, sebelum pada akhirnya kita menyesal karena tidak melakukan hal yang seharusnya kita lakukan semasa kita masih bisa produktif
Salam Planners
(http://championewealthplanner.wordpress.com/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar