Seperti dikutip dari The Telegraph, Senin (2/12/2013), seorang pria Jepang yang lahir dari keluarga kaya terpaksa harus hidup miskin sejak dirinya lahir ke dunia. Pihak rumah sakit San-Ikukai yang membantu persalinan sang ibu, diketahui keliru memberinya pada pasangan lain. Sementara ibu kandungnya yang kaya raya menerima bayi lain.
Tertukarnya dua bayi tersebut sekaligus menukar nasib keduanya. Selama 60 tahun, anak orang kaya yang asli harus hidup bergelut dengan kemiskinan. Ayah yang dianggapnya sebagai orangtua kandung meninggal saat dia masih berusia dua tahun. Pria yang enggan disebut namanya itu juga mengatakan dia harus tinggal di atas satu apartemen sempit bersama tiga orang saudaranya.
Saking miskinnya, dia terpaksa harus mengikuti sekolah malam dan bekerja di pabrik. Meski kemudian dia bekerja sebagai sopir di transportasi jemputan suatu perusahaan. Dia tak pernah menikah dan harus membantu menjaga tiga pria (bukan saudara kandungnya) yang salah satunya menderita stroke.
Sementara si bayi yang lahir dari pasangan miskin mengambil tempatnya dan hidup bergelimang harta. Tinggal di keluarga kaya, sang bayi miskin yang tertukar, tumbuh dengan pendidikan yang cukup, mulai dari les privat hingga belajar di universitas ternama. Pria yang tertukar tersebut bahkan sekarang telah menjadi pimpinan di sebuah perusahaan real estate yang sukses.
Kecurigaan muncul saat tumbuh dewasa, ketiga saudara bayi yang tertukar di keluarga kaya merasa dirinya sama sekali tak mirip dengan salah satu diantaranya. Pada 2011, keluarga tersebut lalu memintanya untuk melakukan tes DNA dan akhirnya terbukti, pria tersebut ternyata memang bukan bagian dari keluarga itu.
Kesalahan tampaknya terjadi saat bidan mengambil bayi yang baru lahir itu untuk dimandikan dan kemudian memberinya ibu yang salah.
Sementara pria yang terbukti sebagai anak orang kaya mengaku sangat terkejut mengingat saudara-saudaranya tidak memiliki ikatan darah dengannya.
"Saya bertanya-tanya bagaimana hal semacam ini bisa terjadi. Saya benar-benar tidak percaya. Sejujurnya saya tidak ingin menerima semua kenyataan ini," ungkapnya.
Pengadilan Distrik Tokyo pada Selasa memerintahkan rumah sakit untuk membayar ganti rugi sebesar 38 juta yen atau setara Rp 4,35 miliar pada sang pria. Jumlah tersebut lebih kecil dibandingkan yang diajukan pihak penggugat.
Sayangnya, saat pria itu mengetahui siapa orang tua kandungnya, keduanya telah meninggal dunia. Dia merasa sangat tertekan secara mental karena tak pernah bertemu kedua orangtua kandungnya secara langsung.
Dia saat ini dikembalikann ke rumah aslinya. Namun pengambilalihan bisnis keluarga masih menjadi tanda tanya. Sementara tiga saudara kandungnya mengaku akan membangun hubungan yang telah bertahun-tahun hilang.
"Saya sangat senang mendengarnya dan itulah yang ingin saya lakukan," ungkap pria tersebut.
Memang sejak kecil, ibu yang dianggapnya sebagai orangtua kandungnya juga telah menduga ada sesuatu yang tidak beres karena perbedaan fisik antara dia dan saudaranya.(http://bisnis.liputan6.com/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar