Kamis, 28 Mei 2015

Usia Tua Lebih Rentan Penyakit Jantung

Prof Harmani Kalim MPH, Cardiologist, MD, spesialis jantung  dan pembuluh darah RS Mitra Internasional. (Inung)


Prof Harmani Kalim MPH, Cardiologist, MD, spesialis jantung dan pembuluh darah RS Mitra Internasional. (Inung)


Proses penuaan akan membawa perubahan pada fisiologi dan anatomi jantung. Organ tubuh yang kedudukannya sangat vital tersebut akan mengalami penurunan fungsi sehingga rentan terserang penyakit.
Karena itu pada orang usia lanjut, Prof Harmani Kalim MPH, Cardiologist, MD, spesialis jantung  dan pembuluh darah RS Mitra Internasional menyarankan untuk cek kesehatan secara rutin.
“Minimal cek tekanan darah, kadar gula darah dan kolesterol, karena ini menjadi pemicu kardiovaskuler,” kata Prof Harmani disela SOHO #BetterU bertema Investasi Dini, demi Hari Tua Lebh Baik yang diselenggarakan Soho Global Health kemarin.
Sebagai organ tubuh, jantung dijelaskan Prof Harmani memiliki fungsi krusial karena bekerja selama 24 jam untuk memompa darah ke seluruh tubuh.  Ketika jantung berada dalam kondisi tertentu dan tidak bisa melakukan tugasnya, kondisi tersebut dinamakan gagal ginjal.
Data WHO menyebutkan setiap dua detik, satu orang di dunia meninggal karena penyakit kardiovaskuler, serangan jantung setiap lima detik dan akibat stroke setiap enak detik. Dan setiap tahunnya diperkirakan 17 juta orang meninggal karena kasdiovaskuler.
Faktor risiko penyakit kardiovaskuler menurut Prof Harmani dibagi menjadi dua kelompok. Yakni faktor yang dapat dikendalikan antara lain kadar kolesterol yang tinggi, hipertensi, diabetes melitus, obesitas serta gaya hidup yang tidak sehat seperti kurang olahraga, merokok serta konsmsi alkohol berlebihan. Dan faktor yang tidak dapat dikendalikan seperti pertambahan usia, jenis kelamin, serta riwayat penyakit kardiovaskuler dalam keluarga. Sekitar 80 persen penyakit jantung koroner dan serebrovaskuler disebabkan oleh faktor risiko yang dapat dikendalikan.
Serangan jantung dan stroke terutama disebabkan oleh ateroklerosis (penumpukan lemak) pada dinding arteri pembuluh darah yang mensuplai jantung dan otak. Deposit lemak yang bertumpuk menyebabkan terbentuknya lesi yang lama kelamaan akan membesar dan menebal sehingga mempersempit arteri dan menghambat aliran darah. Akhirnya pembuluh darah akan mengeras dan bersifat kurang lentur.
Gangguan kardiovaskuler yang disebabkan aterosklerosis lanjut Prof Harmani banyak dikaitkan dengan berkurangnya aliran darah karena jantung dan otak tidak menerima suplai darah yang cukup. Hambatan aliran darah selanjutnya dapat berakibat pada episode kardiovaskuler yang lebih serius termasuk serangan jantung dan stroke. Adanya sumbatan darah juga dapat menyebabkan terjadinya robekan jarigan di arteri yang kemudian akan membengkak dan dapat menghambat seluruh pembuluh darah. Sehingga mengakibatkan serangan jantung atau stroke.
Prof Harmani mengingatkan konsumsi makanan berkolesterol tinggi tanpa diiringi dengan olahraga menyebabkan penumpukan plaque dipembuluh darah koroner berbentuk menyerupai bisul dan bisa membesar. Ketika penumpukan plaque dipembuluh darah makin mmebesar, asupan makanan dan oksigen ke otot jantung makin berkurang dan jantung sulit melaksanakan fungsinya memompa darah secara optimal.
“Pecahnya plaque dipembuluh koroner akan memicu reaksi pembekuan darah sehingga darah akan menggumpal didalam pembuluh darah koroner menyebabkan terputusnya asupan makanan untuk otot jantung sehingga menimbulkan kerusakan bahkan kematian sel jantung. Inilah yang sebut serangan jantung,” tandas Prof Harmanii. (poskotanews.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar