Perencanaan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam perencanaan investasi. Sebab darimana uang untuk investasi jika gaji sudah terlanjur dihabiskan semua. Oleh karena itu, sebelum melakukan investasi, yang pertama kali harus dilakukan seharusnya adalah bagaimana mengelola keuangan, tepatnya mengelola pendapatan kita dengan baik.
Untuk pengelolaan keuangan, saya banyak belajar dari Financial Planner baik yang independen ataupun dari rekan-rekan kantor saya yang sudah memiliki sertifikasi perencanaan keuangan. Khusus untuk topik yang saya sharing kali ini, saya belajar rekan saya di Panin Asset Management yaitu pak Ronald Marthin Hutagaol CFP®, QWP®, AEPP® yang juga bersama-sama saya mengadakan seminar Cerdas Mengelola Keuangan 2016 Bali pada bulan Januari yang lalu.
Pada prinsipnya, yang namanya pendapatan harus dihabiskan. Hanya saja cara untuk menghabiskannya harus tepat. Jika tidak, jangankan untuk berinvestasi, untuk kebutuhan sehari-hari saja mungkin kita harus terpaksa berutang untuk memenuhinya. Cara untuk menghabiskan pendapatan yang baik adalah menggunakan prinsip 10 – 20 – 30 -40. Seperti apa prinsip ini?
Misalkan anda baru mulai bekerja dan mendapatkan gaji sebesar UMR Jakarta yaitu Rp 3.1 juta. Dari uang makan, uang transport dan komisi katakanlah anda bisa mengantongi Rp 5 juta per bulan. Maka angka 10 dari Prinsip 10 – 20 – 30 – 40 ini adalah anda wajib menghabiskan 10% dari pendapatan Rp 5 juta tersebut yaitu Rp 500.000 untuk hal yang sifatnya kebaikan.
Apa saja kategori yang bisa disebut Kebaikan ? Menurut saya bisa ada banyak. Mulai dari sumbangan yang diberikan setiap minggu ketika anda mengunjungi Mesjid, Wihara, Gereja, Pura, ataupun tempat Ibadah lainnya. Kemudian uang yang diberikan untuk Badan Amal yang legal, pengelola panti jompo, panti asuhan dan panti lainnya yang membantu orang yang membutuhkan.
Selain hal di atas, menurut saya asuransi sosial yaitu BPJS Kesehatan juga merupakan tempat untuk berbuat kebaikan. Sebab prinsip dari Asuransi adalah orang yang sehat menyantuni orang yang tidak sehat. Jadi premi asuransi yang anda bayarkan digunakan untuk memberikan fasilitas kesehatan kepada orang yang melakukan klaim. BPJS Kesehatan membantu penerimanya tanpa melihat historis kesehatan sangat berbeda dengan asuransi kesehatan lain yang komersial. Saking banyaknya masyarakat yang melakukan klaim, tahun lalu bahkan BPJS Kesehatan mengalami defisit.
Dengan membayar BPJS Kesehatan, berarti secara tidak langsung kita ikut menyantuni masyarakat yang tidak / kurang mampu untuk memperoleh fasilitas kesehatan dan menurut saya merupakan salah satu bentuk kebaikan juga. Buat anda yang sudah bekerja di perusahaan formal, kalau tidak salah harusnya sudah dipotong 1% dari gaji dan sisanya sebesar 4% ditanggung perusahaan. Bagi anda yang agak beruntung karena mendapat asuransi kesehatan komersial dari kantor, sebenarnya juga bisa membayar BPJS Kesehatan dengan memasukkan nama orang tua, pembantu, saudara, ipar dan lainnya. Keterangan mengenai besaran biaya bisa dibaca di situs BPJS Kesehatan.
Jangan dilupakan juga dengan Orang Tua. Sebagai pihak yang telah melahirkan dan membesarkan kita, orang tua adalah tempat untuk menanamkan kebaikan yang tiada taranya. Jadi dengan memberikan sebagian pendapatan kita kepada orang tua juga merupakan salah satu bentuk kebaikan. Jika orang tua sudah tiada, bisa ke adik, keponakan atau keluarga kita yang membutuhkan. Pemberian juga harus bijaksana juga tentunya.
Kombinasi dari seluruh hal di atas tentu tidak sedikit, tapi usahakanlah agar setidaknya 10% dari pendapatan kita bisa disisihkan untuk hal yang sifatnya kebaikan.
Untuk anda yang menjadi tulang punggung keluarga, maka sebaiknya adalah memiliki dana darurat sebesar 6 – 12 kali pengeluaran untuk yang sudah berkeluarga atau 3 – 6 kali yang masih lajang.Dana darurat bisa disimpan pada instrumen yang aman dan mudah dicairkan seperti tabungan, deposito, reksa dana pasar uang dan emas. Namun setidaknya sebagian kecil dari dana darurat tersebut sebaiknya ditempatkan di tabungan yang mudah dicairkan.
Selanjutnya adalah memiliki asuransi jiwa dengan uang pertanggungan paling tidak 10 – 15 tahun pengeluaran. Baru setelah itu melakukan asuransi. Untuk asuransi kesehatan dan penyakit kritis sebaiknya punya namun jika kalau tidak ada bisa menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan. Tapi jika anda ingin memiliki pelayanan asuransi dari rumah sakit swasta, maka asuransi komersial bisa menjadi pertimbangan. Cara yang lebih efisien untuk menjaga risiko tersebut adalah dengan hidup sehat, pikiran positif, selalu bahagia dan rajin berolah raga.
Baru setelah dana darurat dan asuransi dimiliki sisanya baru kita melakukan investasi. Investasi juga bisa dibagi menjadi 2 macam. Jika kita masih baru berkarir, maka investasinya difokuskan pada pengembangan diri. Jangan ragu untuk ikut seminar, kursus, pelatihan atau membaca buku yang bisa meningkatkan kemampuan kita. Sebab dengan demikian, kita bisa mendapatkan penghasilan yang lebih baik dari pemberi kerja ataupun memiliki usaha yang sukses.
Untuk anda yang sudah cukup berumur, baik yang fokus di pekerjaan ataupun berwirausaha baru kita fokus pada investasi membangun aset produktif seperti reksa dana. Kita juga bisa menyiapkan dana darurat, asuransi dan investasi sekaligus, namun patokannya adalah sekitar 20% dari pendapatan anda.
Dengan harga tanah dan properti yang semakin meningkat, adalah hampir tidak mungkin bagi kebanyakan masyarakat Indonesia untuk bisa memiliki aset tanpa harus berutang. Jadi memiliki Kredit Kepemilikan Rumah atau Kredit Kepemilikan Apartemen adalah hal yang wajar. Kemudian sarana tranportasi umum di Indonesia juga tidak bagus2 amat. Jadi sampai kereta api cepat, MRT jadi, rasa-rasanya kendaraan masih akan menjadi kebutuhan. Demikian pula cicilan untuk memiliki kendaraan bermotor tersebut.
Sepanjang hutang yang kita miliki adalah untuk pembelian aset yang sifatnya produktif dan menunjang pekerjaan dan besarnya cicilan per bulan tidak melebihi 30% dari penghasilan masih bisa dikatakan wajar.Menurut saya, sewa rumah juga bisa dimasukkan dalam kategori ini. Bedanya jika KPR kita mencicil sampai dengan waktu tertentu, sementara kalau sewa kita mencicil seumur hidup.
Bagaimana kalau lebih dari 30% dan masih tetap disetujui oleh bank? Sebenarnya tidak apa2 juga tapi anda harus sadar bahwa anda mengambil risiko.
Risiko yang paling besar adalah bagaimana jika tiba2 anda kehilangan pekerjaan karena kondisi perusahaan sedang kurang baik? Ingat karena krisis harga minyak, pekerjaan yang dulunya mapan di bidang perminyakan juga tidak selamat dari PHK. Bahkan untuk perusahaan besar yang tidak bergerak di bidang minyak juga bisa terpengaruh perkembangan teknologi. Ingat bagaimana teknologi CD dan DVD membuat perusahaan kaset tutup dan perkembangan internet membuat perusahaan penjual DVD tutup? Siklus seperti ini masih akan terus ada.
Cara yang aman adalah menjaga cicilan tidak lebih dari 30% penghasilan dan memiliki dana darurat untuk menghindari risiko tersebut.
Untuk kebutuhan sehari-hari mulai dari biaya makan minum, air dan listrik, tranportasi, rekreasi, dan lain-lain usahakan sebesar 40% dari penghasilan. Jika UMR jakarta adalah Rp 3,1 juta dan anda tidak memiliki penghasilan tambahan sama sekali, maka kira-kira 40% x Rp 3,1 juta = Rp 1.24 juta dihabiskan untuk kebutuhan hidup. Cukup atau tidak? Itu pertanyaan yang sangat relatif. Kalau dibilang tidak cukup, buktinya masih terdapat penduduk Jakarta yang mendapat penghasilan sekian dan masih bertahan hidup.
Kalau dibilang kurang, ya untuk Jakarta penghasilan sebesar apapun bisa tidak cukup. Sebagai contoh, jika anda senang makan di Mal di kawasan Pacific Place Jakarta, sekali makan setidaknya Rp 200 – 300rb per orang dan itu minimal. Kecuali anda makan di kantin karyawan di basement parkir mobilnya, mungkin Rp 15-20 rb masih bisa dapat. Kalau setiap hari makan di mal tersebut, maka Rp 10 juta per bulanpun saya yakin masih kurang.
Ada banyak cara untuk mensiasati hal ini, mulai dari memasak dan makan ramai2 di kos2an, makan dengan menu vegetarian, naik kendaraan umum, atau jangan sering-sering jalan-jalan.
Bagaimana jika angka di atas tidak bisa diterapkan karena kurang?
Sekali lagi, yang namanya angka selalu relatif. Namun jika menurut anda angka tersebut kurang menurut saya yang bisa dilakukan antara lain
- Menurunkan gaya hidup – karena tuntutan untuk “bergaya” dalam hidup, terkadang sebagian orang menghabiskan uang lebih banyak dari kemampuannya. Dengan menurunkan gaya hidup seperti menggunakan HP yang lebih murah, tidak makan di restoran, tidak sering jalan-jalan ke mal dan lainnya biaya kebutuhan hidup bisa dikurangi.
- Membedakan Keinginan dengan Kebutuhan – karena tidak bisa membedakan antara Keinginan yang tidak ada juga tidak apa2 dengan Kebutuhan yang kalau tidak ada kita tidak bisa bekerja atau bahkan mati, banyak penghasilan yang dihabiskan untuk memenuhi keinginan. Yang namanya keinginan itu tidak terbatas, dengan belajar mengendalikan keinginan secara tidak langsung juga membantu kita menghemat pengeluaran yang sebenarnya tidak perlu.
- Meningkatkan Penghasilan – kalau semuanya sudah dilakukan dan masih tidak cukup, berarti ini tanda bagi anda untuk meningkatkan penghasilan. Silakan bekerja lebih keras, lebih giat dan lebih smart untuk bisa mendapatkan kenaikan penghasilan.
Demikian artikel ini, semoga bermanfaat
Penyebutan produk investasi (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang. Semua data dan hasil pengolahan data diambil dari sumber yang dianggap terpercaya dan diolah dengan usaha terbaik. Meski demikian, penulis tidak menjamin kebenaran sumber data. Data dan hasil pengolahan data dapat berubah sewaktu-waktu tanpa adanya pemberitahuan. Seluruh tulisan, komentar dan tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi.
Facebook : https://www.facebook.com/rudiyanto.blog
Twitter : https://twitter.com/Rudiyanto_zh
New Blog : www.ReksaDanaUntukPemula.com
Sumber Gambar : Istockphoto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar