Minggu, 27 September 2015

Hikmah Berserakan: Disaat Daku Tua…


Kusno HP
Kusno HP (Koleksi Pribadi)
Hikmah atau kata-kata bijak yang memiliki makna mendalam berguna bagi kita sebagai penunjuk arah dikala kebingungan menentukan arah. Ia ibaratnya merupakan obat yang pahit dari nasihat berpadu dengan madu yang manis dari kata-kata bijak. Bahwa kemudian pembaca mau menerima meskipun terluka maupun menyangkal atas kebenaran yang dikandungnya, itu soal lain.
Kini marilah kita mengupas soal tema utama posting ini, yakni disaat daku tua. Sudah keniscayaan bahwa kematian akan datang kepada orang tua sebagaimana halnya buah-buahan akan jatuh dari pepohonan tatkala telah masak. Seseorang yang telah renta usia akan mengalami kemunduran dan inderanya akan melemah. Hal ini sesungguhnya merupakan sesuatu yang menguntungkan lantaran kenikmatan dalam hidup akan berkurang, dan apabila seseorang telah menjadi sumber kesulitan bagi orang lain, maka kematian adalah suatu rahmat.
Oleh karenanya, pada masa tua tinggalkanlah kegiatan sebagaimana yang dilakukan anak muda. Demikianlah yang seharusnya dilakukan apabila matahari sore Anda dalam kehidupan telah sampai di cakrawala barat. Apabila Anda masih muda, berkasih sayanglah kepada orang-orang tua, lantaran orang-orang tua jarang dihibur dengan silaturahmi dan ia musti menahan penderitaan disebabkan usianya yang telah lanjut. Setiap penyakit tentu disertai harapan akan sembuh, kecuali usia renta, yang semakin hari penderitaannya akan bertambah karena umurnya yang terus bertambah.
Harus kita sadari bahwa vitalitas dan kekuatan manusia terus meningkat sampai ia berumur 35 tahun. Dari usia 35 sampai 40 tahun, ia hidup dalam tempat yang datar, tidak mengalami peningkatan dan kemunduran, laksana matahari yang diam tak bergerak di langit pada siang hari menjelang sore, bergerak pelan dan gerakannya tak dapat dilihat.
Pada umur 40 sampai 50 tahun, setiap tahun membawa kepada kemunduran dan penurunan yang tidak nampak pada tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan usia 50 sampai 60 tahun, setiap bulan akan membawa kepada kemunduran yang tak terlihat pada bulan-bulan sebelumnya; umur 60 hingga 70 tahun, mengalami kemunduran setiap minggu, umur 70 sampai 80 tahun, mengalami kemunduran setiap hari. Di atas 80 tahun setiap jam membawa kepada penyakit, tidak sebagaimana jam-jam sebelumnya.
Jadi hidup adalah bagaikan sebuah tangga. Kita menaikinya dalam waktu 40 tahun dengan senang dan mudah, kemudian mau tidak mau, suka tidak suka  berbalik ke titik awal.
Sa’di, seorang penyair Persia sebagaimana dikutip Mehdi Nakosteen dalam buku History of Islamic Origins of Western Education A.D. 800-1350 mengungkapkan bahwa berbuat dan bertindaklah sesuai dengan umur Anda. Inilah rahasianya. Lebih lanjut ia katakan, “Saat usia tuamu, engkau melepaskan sifat kekanak-kanakan serta meninggalkan kegembiraan dan permainan anak muda. Tak satupun mengharap kegembiraan masa muda dari usia tua, karena arus air yang telah lewat tak pernah kembali, dan jagung manakala telah tumbuh seluruhnya, tak akan dapat lebih lama mengangkat kepalanya, dan bahkan singa kehilangan cengkeraman yang kuat dari cakarnya karena umur. Seorang perempuan tua mungkin dapat menyemir rambut kelabunya dengan indah, akan tetapi tidak meluruskan punggungnya yang bongkok.”
***
Hikmah Berserakan: Disaat Daku Tua
Hikmah Berserakan: Disaat Daku Tua
Hikmah berserakan Disaat Daku Tua berikut didapatkan dari kardus sebuah merk sepatu, tatkala saya membelinya di Mal Cijantung Jakarta Timur beberapa waktu silam. Lantas dipindai, dan mengingat kandungan maknanya yang mendalam saya bagi (share) di kesempatan kali ini. Mungkin saja Anda sudah mendapakan dari sumber lain. Itu tak jadi soal. Bagi saya pribadi, paling tidak ini sebuah dokumentasi yang kelak kemudian hari berfaedah buat anak-anak di rumah. Kita simak saja:
Disaat daku tua, bukan lagi diriku yang dulu,
Maklumilah diriku, bersabarlah dalam menghadapiku.
Disaat daku menumpahkan kuah sayuran di bajuku. Di saat daku tidak lagi mengingat cara mengikatkan tali sepatu,
Ingatlah saat-saat bagaimana daku mengajarimu, membimbingmu untuk melakukannya.
Disaat daku dengan pikunnya mengulang terus menerus ucapan yang membosankanmu,
Bersabarlah mendengarkanku, jangan memotong ucapanku. Di masa kecilmu, Daku harus mengulang dan mengulang terus sebuah cerita yang telah saya ceritakan ribuan kali hingga dirimu terbuai dalam mimpi.
Disaat daku membutuhkanmu untuk memandikanku,
Janganlah menyalahkanku. Ingatkah dimasa kecilmu, bagaimana daku dengan berbagai cara membujukmu untuk mandi?
Disaat daku kebingungan menghadapi hal-hal baru dan teknologi modern,
Janganlah mentertawaiku. Renungkanlah bagaimana daku dengan sabarnya menjawab setiap “mengapa” yang engkau ajukan disaat itu.
Disaat kedua kakiku terlalu lemah untu berjalan,
Ulurkanlah tanganmu yang muda dan kuat untuk memapahku. Bagaikan di masa kecilmu daku menuntunmu melangkahkan kaki untuk belajar berjalan
Disaat daku melupakan topik pembicaraan kita,
Berilah sedikit waktu padaku untuk mengingatnya. Sebenarnya, topik pembicaraan bukanlah hal yang penting bagiku, asalkan engkau berada di sisiku untuk mendengarkanku, daku telah bahagia.
Disaat engkau melihat diriku menua, janganlah bersedih.
Maklumilah diriku, dukunglah daku, bagaikan daku terhadapmu di saat engkau mulai belajar tentang kehidupan.
Dulu daku menuntunmu menapaki jalan kehidupan ini, kini temanilah daku hingga akhir jalan hidupku. Berilah daku cinta kasih dan kesabaranmu. Daku akan menerimanya dengan senyuman penuh syukur. Di dalam senyumku ini, tertanam kasihku yang tak terhingga padamu
Walaupun seseorang telah melakukan beribu-ribu kebajikan, tetapi tidak melakukan bhakti kepada ibu dan ayah, kebajikannya hanyalah sia-sia belaka.
Dwiki dan Margareta Astaman
Dwiki dan Margareta Astaman – Disaat Daku Muda… (Koleksi Pribadi)
Almarhum Agussalim Sitompul dan Dwiki Setiyawan di Munas IX KAHMI Pekanbaru Riau 2012
Almarhum Agussalim Sitompul dan Dwiki Setiyawan di Munas IX KAHMI Pekanbaru Riau 2012 (Koleksi Pribadi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar