Minggu, 05 Februari 2017

Jangan ‘Taruh’ Ibu Kalian di Panti Jompo


Kemarin teh ya, saya dengan teman-teman sepergaulan alhamdulillah telah melaksanakan bakti sosial sekalian silaturahmi dan munggahan sebelum shaum :) nah kali ini pengalamannya berkesan banget, banget, banget. Kenapa? karena, kami baksosnya ke panti jompo bukan ke panti asuhan yang biasanya orang kebanyakan kunjungin. Nama panti jomponya akan saya samarkan menjadi PANTI JOMPO.
Jadi gini, mata acara pas baksos tuh makan-makan sama silaturahmi. Udah aja kita nyiapin catering sama sumbangan-sumbangan kaya mukena, qur'an, uang, dll. Ceritanya sampai aja di panti jompo itu. Keadaan panti jompo yang tidak sesuai dengan imajinasi saya, dimana ada lapangan rumput dan nenek-nenek naik kursi roda, lalu minta bantuan kita buat ngedorong kursi roda itu dan minta diajak jalan-jalan, membuat saya cukup sedih.
Panti jompo itu sangat lengang, ga ada satupun nenek-nenek yang jalan-jalan santai dan berkeliaran. Udah aja kita masuk. Kita langsung disambut sama pengurus panti dan langsung dipersilakan duduk di aula panti. Pas kita lagi asyik ngobrol, tiba-tiba kawanan nenek-nenek berserangam kain motif bunga berwarna biru masuk ke aula. Sedih banget saya liatnya. Ada yang bungkuk, ada yang udah pikun, ada yang jalannya terseok-seok. Kasihan banget.
Terus ada juga nenek-nenek yang ngajak saya nyanyi. Suaranya baguuus banget. Pas dengerin nenek itu nyanyi bubuy bulan, saya terharu banget sampe nangis :’( dia begitu antusias sama kedatangan kita dan dia ingin orang lain liat kalau dia juga bisa nyanyi.
Lalu semua nenek duduk rapi di barisan khusus. Cantik-cantik banget. Rapi. Lalu tiba-tiba ada nenek-nenek yang biasa dipanggil OMA (dia adalah KM dari semua nenek-nenek di panti jompo itu yang jumlahnya kurang lebih 35 orang) maju ke depan barisan. Lalu apa coba yang ia lakukan? Ia jadi konduktor/dirigen. Dia mimpin nenek-nenek buat nyanyi lagu mars lansia. Nenek-nenek itu nyanyi dengan semangat. Terharu banget liat semangat mereka, meskipun mereka udah pada tua.
Udah gitu kita pada nyanyi bareng. Ada satu nenek yang nyanyi lagu band ungu, apaaal banget. Terus ada nenek-nenek yang berpantun ria.hahahha :)
Nah udah itu makan-makan deh. Sebelumnya ada doa bersama dulu. Udah itu dilanjutin penutupan. Acara bebas.
Saat acara bebas itu, saya dan teman-teman berkeliling ke kamar-kamar nenek-nenek.
ironis #1
ketika saya masuk, secara kasat mata memang layak pakai, tapi ketika masuk lebih dalam, kamar-kamar nenek-nenek itu sangat sempit dan cukup berantakan. satu kamar terdiri dari 4 orang nenek. di tengah kamar terdapat satu meja makan besar yang juga cukup berantakan baik diatasnya maupun di bawahnya. Makanan baru dan sisa ga ada bedanya. Tercium bau-bauan aneh dari dalam kamar. Bau minyak wangi dicampur bau makanan dan bau lainnya. Apakah kita akan rela menitipkan orang tua kita kelak pada panti jompo dengan kondisi seperti ini?
ironis #2
lalu saya mencoba mengobrol dengan nenek-nenek. ada satu nenek yang sedang memengang handphone. ia meminta saya untuk menyambungkan teleponnya dengan anaknya. ia ingin mengobrol dengan anaknya. tapi setelah saya sambungkan, sang anak tidak mengangkat telepon. Padahal sang nenek hanya ingin menanyakan kabar sang anak dan menanyakan apakah barang nenek terbawa oleh sang anak ketika menjenguk ke panti. Apakah kita tidak mengerti bahwa sang ibu selalu merindukan anaknya meskipun kita  sudah menaruhnya di panti jompo?
ironis #3
lalu saya berkeliling lagi. bertemu seorang nenek lagi. nenek itu bicara panjang lebar tentang masa mudanya dan cerita lainnya. tiba-tiba nenek lain berbisik “jangan dipercaya, itu bohong!”. tidak menutup kemungkinan nenek lain berlaku kasar padanya. Apakah kita tega menitipkan ibu kita di panti jompo tapi setelah kita pergi ia malah diperlakukan tidak pantas oleh yang lain?
ironis #4
lalu saya berkeliling lagi. bertemu seorang nenek lagi. beliau sudah 15-20 tahun ‘mendekam’ di panti jompo. sampai ia pikun. tak ada lagi yang menjenguk. saya coba mengajak ngobrol tapi ia hanya menjawab seadanya. Mengapa kita sebagai anak tega menitipkan ibu kita di panti bahkan sampai ia sudah tak ingat apa-apa, yang sudah seharusnya kita yang merawatnya?
ironis #5
saya melihat para pengurus dan penjaga di panti ini sangat lemah lembut. tapi apakah itu benar? ketika saya bertanya apakah di sini para pengurusnya baik/tidak, mereka hanya tertunduk lemas dan tidak menjawab. apakah kebaikan mereka hanya di depan kita saja?
ironis #6
ketika jam menunjukan pukul 18.00 saya memutuskan untuk shalat magrib. teman-teman saya sudah pulang terlebih dahulu. ketika saya hendak mengambil air wudhu, di tempat wudhu ada nenek yang sedang mencuci. seketika suasana panti itu jadi suram dan seram. ada apa ini? tiba-tiba ada penjaga yang  sedikit memberntak. “heh, udah dulu nyucinya, udah, udah! magrib nih!” saya tidak menyangka ia membentak nenek itu.saya sangat menyayangkan, mengapa tidak diajak dengan cara halus saja.  Apakah kita sudi melihat ibu kita di bentak secara kasar seperti itu?
setelah saya pulang saya sangat sedih. meringis.itu hanya sekelumit ke-ironis-an dari sebuah panti jompo.
nasib bisa diubah kawan. jangan biarkan nasib ibu kita berahir di panti jompo.. (sumber: http://tetehannisa.tumblr.com/post/27610691934/jangan-taruh-ibu-kalian-di-panti-jompo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar