Mana lebih baik bagi lansia, tinggal bersama keluarga anak-anak, atau tinggal di panti wreda?
Di negara-negara Timur, budaya merawat orang tua masih terasa sangat kental. Negara-negara Hong Kong, Tiongkok, dan Jepang, seperti dikemukakan Mira D Amir, psikolog Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (LPTUI) memperlakukan orang tua layaknya bayi. Kereta dorong untuk orang tua disediakan di taman hiburan, tempat makan, dan mal sama banyak dengan kereta bayi. Menghormati dan merawat orang tua menjadi kewajiban yang dilakukan anak sebagaimana orang tua dulu merawat anak.
Berada dekat keluarga memang dianggap tempat terbaik untuk menghabiskan masa tua, kata Dr Samlee Plianbangchang, Direktor Regional WHO kawasan Asia Tenggara. Panti jompo harus dijadikan pilihan terakhir jika lansia tidak dapat merawat diri sendiri sedangkan keluarga sibuk bekerja.
Jadi, tidak dimungkiri, keluargalah unit paling tepat untuk memberikan pelayananan kepada orang tua lanjut usia, dan peran-peran keluarga ini perlu dimaksimalkan. Tetapi, ada beberapa pertimbangan dalam keluarga yang membutuhkan panti wreda untuk merawat orang tua.
Menggunakan jasa panti wreda sebagai suatu solusi dinilai tepat apabila pengambilan keputusan atau kesepakatan untuk tinggal di panti wreda melibatkan seluruh anggota keluarga serta persetujuan orang tua yang sudah lansia. Keluarga yang memasukkan orang tua ke panti wreda harus tetap menunjukkan kasih sayang meski mereka berada di panti wreda.
Panti wreda dapat menjadi pilihan untuk menikmati hari tua, tetapi sebagian masyarakat Indonesia memandangnya sebagai suatu yang negatif. Pandangan negatif itu agaknya perlu diluruskan. Menitipkan orang tua di panti wreda tidak berarti membuang. Mereka tetap memiliki keluarga yang merupakan bagian penting dari keberadaan mereka.
Di panti wreda mereka dapat menemukan teman yang relatif seusia dan dapat berbagi cerita. Karena keberadaan lansia di panti dengan berbagai karakter serta memiliki berbagai ragam problematika, dipandang perlu untuk memberikan suatu penanganan khusus sesuai kelebihan serta kekurangan yang mereka miliki.
Selain pelayanan berupa pemenuhan kebutuhan dasar, panti wreda juga memberikan fungsi positif lain, yaitu program-program pelayanan sosial yang bisa memberikan kesibukan sebagai pengisi waktu luang. Di antaranya, pemberian bimbingan sosial, bimbingan mental spiritual serta rekreasi, penyaluran bakat dan hobi, terapi kelompok, dan senam. Mereka juga mendapatkan fasilitas serta kemudahan-kemudahan atau aksesibilitas lainnya, termasuk pendampingan petugas sosial.
Menjalani kehidupan bersama teman seusia dapat menghilangkan kesepian. Juga tersedia perayaan hari libur bagi mereka yang tidak mempunyai keluarga. Bahkan ada kesempatan untuk berprestasi berdasarkan prestasi masa lalu.
Sisi negatifnya, tentu biaya lebih mahal daripada tinggal di rumah sendiri. Bagi sebagian orang, berhubungan dekat dan menetap dengan beberapa orang, tidak menyenangkan. Letak panti wreda pun sering kali jauh dari tempat pertokoan, hiburan, dan organisasi masyarakat.
Mempersiapkan Dana Perawatan Orang Tua
Berikut beberapa biaya yang perlu diketahui.
- Perlu melakukan survei beberapa panti werda, pilih panti yang menyediakan fasilitas yang dibutuhkan, dan pilih kelas yang diinginkan, sesuai dengan kemampuan finansial
- Siapkan biaya sewa panti wreda
- Siapkan anggaran khusus untuk pengeluaran rutin di panti
- Siapkan biaya perawatan kesehatan, orang tua mungkin memerlukan nutrisi tambahan serta peralatan penunjang aktivitas, seperti kursi roda, alat bantu dengar, maupun sarana lainnya. Belum lagi jika tiba-tiba memerlukan perawatan kesehatan khusus
- Siapkan dana darurat
- Daftarkan orang tua pada asuransi jiwa maupun asuransi kesehatan atau program jaminan sosial yang diberikan pemerintah, yaitu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
- Siapkan dana rekreasi untuk orang tua, agar tetap sehat dan ceria seperti rekreasi atau terlibat dalam kegiatan sosial.
Beberapa Pilihan Panti Wreda untuk Merawat Orang Tua
Sasana Tresna Werdha (STW) Cibubur, Jl Karya Bhakti Km 17, Cibubur Jakarta, Telp: (021) 8730 179
Panti peninggalan almarhumah Ibu Tien Soeharto itu berdiri sejak 1984. Kompleks tinggal yang terdiri atas 6 wisma ini memang terlihat asri dan sejuk dengan pepohonan hijau di sekitarnya. Merawat kurang lebih 80 orang, yang rata-rata berusia 80 tahun. Dilengkapi dengan poliklinik dan Unit Gawat Darurat (UGD), STW juga bekerja sama dengan beberapa rumah sakit terdekat. Program kegiatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan lansia, seperti: senam otak dan kegiatan kerohanian. Selebihnya mereka bisa mengerjakan hobi masing-masing, mulai dari berkebun, merajut, membaca buku, atau main angklung.
Graha AUSSI Cinere, Jl Bandung No 25, Bukit Cinere Indah, Telp: (021) 754 0864, 754 1017, 754 0579
Panti wreda ini seperti apartemen, dikelilingi taman yang ditata asri. Dibangun di tanah seluas 6.000 m2 memiliki kapasitas kamar yang mampu menampung sekitar 60 lansia. Suasananya begitu tenang dan hawanya pun masih sejuk untuk ukuran Jakarta. Memiliki sarana bak hotel, yang terdiri atas beberapa kelas kamar: VVIP, VIP, dan standard room. Untuk pemeriksaan kesehatan, mereka memiliki sarana fisioterapi dan juga bekerja sama dengan RS Puri Cinere. Maka tak heran jika mereka mematok biaya yang tidak murah bagi penghuninya, antara Rp 2 juta – Rp 4 juta rupiah per bulan. Karenanya yang tinggal di sana kebanyakan berasal dari kalangan menengah ke atas.
Wisma Langen Werdhasih (WLW), Ungaran
Wisma yang terletak di kaki pegunungan ini memang cocok bagi mereka yang ingin mencari tempat beristirahat di masa tuanya. Wisma seluas 8.650 m2 yang berdiri sejak 2004 ini dikelola oleh Yayasan Werdhasih pimpinan Drs Y Prawoto yang berada di bawah naungan Pemda Jawa Tengah. Kebanyakan dari mereka yang datang memang menginginkan ketenangan.
Wisma juga menerima mereka yang hendak tinggal sementara waktu, karena bosan di rumah atau capek momong cucu. Maka biasanya saat musim liburan anak sekolah, wisma ini lumayan penuh. Salah satu yang sudah menjadi penghuni tetap adalah penulis kawakan, NH Dini. Biayanya lumayan terjangkau, dimulai dari Rp 1.250.000 (kamar untuk 2 orang) sampai Rp 1.500.000 per bulan (paviliun 2 kamar yang dilengkapi pantry dan fasilitas kamar seperti water heater). Sedangkan bagi mereka yang mau menyewa harian dikenakan Rp 75.000 per malam.
Yayasan Pembina Asuhan Bunda, Bandung
Berbeda dengan panti wreda swasta yang umumnya cenderung ekslusif, panti yang berlokasi di daerah Geger Kalong, Bandung ini, justru ingin menjembatani jurang antara si kaya dan si miskin. Panti itu merangkul keduanya dengan sistem subsidi silang. Bagi yang kurang mampu, bahkan tidak dibebankan biaya apa pun. Ada juga yang membayar maksimum 50 persen dari uang pensiun mereka. Tetapi khusus bagi yang mampu, dikenakan biaya Rp 1,5 juta rupiah per bulan, kata Sundari Rudiono, Ketua Yayasan Pembina Asuhan Bunda tersebut.
Panti berlantai 2 ini berdiri sejak 1973 dan terakhir direnovasi pada 1998 berkat bantuan dari Pemerintah Belanda. Semula yayasan ini memang ditujukan untuk menampung mantan tentara Belanda yang sebatang kara di daerah Cimahi. Tetapi setelah generasi pertama habis, yayasan pun membuka panti untuk umum. Saat ini mereka menampung sekitar 20 lansia, 16 orang tergolong kurang mampu dan 4 orang termasuk mampu. (lifestyle.Bisnis.com/futuready.com/pesona.com/SATUHARAPAN.COM )
Di negara-negara Timur, budaya merawat orang tua masih terasa sangat kental. Negara-negara Hong Kong, Tiongkok, dan Jepang, seperti dikemukakan Mira D Amir, psikolog Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (LPTUI) memperlakukan orang tua layaknya bayi. Kereta dorong untuk orang tua disediakan di taman hiburan, tempat makan, dan mal sama banyak dengan kereta bayi. Menghormati dan merawat orang tua menjadi kewajiban yang dilakukan anak sebagaimana orang tua dulu merawat anak.
Berada dekat keluarga memang dianggap tempat terbaik untuk menghabiskan masa tua, kata Dr Samlee Plianbangchang, Direktor Regional WHO kawasan Asia Tenggara. Panti jompo harus dijadikan pilihan terakhir jika lansia tidak dapat merawat diri sendiri sedangkan keluarga sibuk bekerja.
Jadi, tidak dimungkiri, keluargalah unit paling tepat untuk memberikan pelayananan kepada orang tua lanjut usia, dan peran-peran keluarga ini perlu dimaksimalkan. Tetapi, ada beberapa pertimbangan dalam keluarga yang membutuhkan panti wreda untuk merawat orang tua.
Menggunakan jasa panti wreda sebagai suatu solusi dinilai tepat apabila pengambilan keputusan atau kesepakatan untuk tinggal di panti wreda melibatkan seluruh anggota keluarga serta persetujuan orang tua yang sudah lansia. Keluarga yang memasukkan orang tua ke panti wreda harus tetap menunjukkan kasih sayang meski mereka berada di panti wreda.
Panti wreda dapat menjadi pilihan untuk menikmati hari tua, tetapi sebagian masyarakat Indonesia memandangnya sebagai suatu yang negatif. Pandangan negatif itu agaknya perlu diluruskan. Menitipkan orang tua di panti wreda tidak berarti membuang. Mereka tetap memiliki keluarga yang merupakan bagian penting dari keberadaan mereka.
Di panti wreda mereka dapat menemukan teman yang relatif seusia dan dapat berbagi cerita. Karena keberadaan lansia di panti dengan berbagai karakter serta memiliki berbagai ragam problematika, dipandang perlu untuk memberikan suatu penanganan khusus sesuai kelebihan serta kekurangan yang mereka miliki.
Selain pelayanan berupa pemenuhan kebutuhan dasar, panti wreda juga memberikan fungsi positif lain, yaitu program-program pelayanan sosial yang bisa memberikan kesibukan sebagai pengisi waktu luang. Di antaranya, pemberian bimbingan sosial, bimbingan mental spiritual serta rekreasi, penyaluran bakat dan hobi, terapi kelompok, dan senam. Mereka juga mendapatkan fasilitas serta kemudahan-kemudahan atau aksesibilitas lainnya, termasuk pendampingan petugas sosial.
Menjalani kehidupan bersama teman seusia dapat menghilangkan kesepian. Juga tersedia perayaan hari libur bagi mereka yang tidak mempunyai keluarga. Bahkan ada kesempatan untuk berprestasi berdasarkan prestasi masa lalu.
Sisi negatifnya, tentu biaya lebih mahal daripada tinggal di rumah sendiri. Bagi sebagian orang, berhubungan dekat dan menetap dengan beberapa orang, tidak menyenangkan. Letak panti wreda pun sering kali jauh dari tempat pertokoan, hiburan, dan organisasi masyarakat.
Mempersiapkan Dana Perawatan Orang Tua
Berikut beberapa biaya yang perlu diketahui.
- Perlu melakukan survei beberapa panti werda, pilih panti yang menyediakan fasilitas yang dibutuhkan, dan pilih kelas yang diinginkan, sesuai dengan kemampuan finansial
- Siapkan biaya sewa panti wreda
- Siapkan anggaran khusus untuk pengeluaran rutin di panti
- Siapkan biaya perawatan kesehatan, orang tua mungkin memerlukan nutrisi tambahan serta peralatan penunjang aktivitas, seperti kursi roda, alat bantu dengar, maupun sarana lainnya. Belum lagi jika tiba-tiba memerlukan perawatan kesehatan khusus
- Siapkan dana darurat
- Daftarkan orang tua pada asuransi jiwa maupun asuransi kesehatan atau program jaminan sosial yang diberikan pemerintah, yaitu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
- Siapkan dana rekreasi untuk orang tua, agar tetap sehat dan ceria seperti rekreasi atau terlibat dalam kegiatan sosial.
Beberapa Pilihan Panti Wreda untuk Merawat Orang Tua
Sasana Tresna Werdha (STW) Cibubur, Jl Karya Bhakti Km 17, Cibubur Jakarta, Telp: (021) 8730 179
Panti peninggalan almarhumah Ibu Tien Soeharto itu berdiri sejak 1984. Kompleks tinggal yang terdiri atas 6 wisma ini memang terlihat asri dan sejuk dengan pepohonan hijau di sekitarnya. Merawat kurang lebih 80 orang, yang rata-rata berusia 80 tahun. Dilengkapi dengan poliklinik dan Unit Gawat Darurat (UGD), STW juga bekerja sama dengan beberapa rumah sakit terdekat. Program kegiatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan lansia, seperti: senam otak dan kegiatan kerohanian. Selebihnya mereka bisa mengerjakan hobi masing-masing, mulai dari berkebun, merajut, membaca buku, atau main angklung.
Graha AUSSI Cinere, Jl Bandung No 25, Bukit Cinere Indah, Telp: (021) 754 0864, 754 1017, 754 0579
Panti wreda ini seperti apartemen, dikelilingi taman yang ditata asri. Dibangun di tanah seluas 6.000 m2 memiliki kapasitas kamar yang mampu menampung sekitar 60 lansia. Suasananya begitu tenang dan hawanya pun masih sejuk untuk ukuran Jakarta. Memiliki sarana bak hotel, yang terdiri atas beberapa kelas kamar: VVIP, VIP, dan standard room. Untuk pemeriksaan kesehatan, mereka memiliki sarana fisioterapi dan juga bekerja sama dengan RS Puri Cinere. Maka tak heran jika mereka mematok biaya yang tidak murah bagi penghuninya, antara Rp 2 juta – Rp 4 juta rupiah per bulan. Karenanya yang tinggal di sana kebanyakan berasal dari kalangan menengah ke atas.
Wisma Langen Werdhasih (WLW), Ungaran
Wisma yang terletak di kaki pegunungan ini memang cocok bagi mereka yang ingin mencari tempat beristirahat di masa tuanya. Wisma seluas 8.650 m2 yang berdiri sejak 2004 ini dikelola oleh Yayasan Werdhasih pimpinan Drs Y Prawoto yang berada di bawah naungan Pemda Jawa Tengah. Kebanyakan dari mereka yang datang memang menginginkan ketenangan.
Wisma juga menerima mereka yang hendak tinggal sementara waktu, karena bosan di rumah atau capek momong cucu. Maka biasanya saat musim liburan anak sekolah, wisma ini lumayan penuh. Salah satu yang sudah menjadi penghuni tetap adalah penulis kawakan, NH Dini. Biayanya lumayan terjangkau, dimulai dari Rp 1.250.000 (kamar untuk 2 orang) sampai Rp 1.500.000 per bulan (paviliun 2 kamar yang dilengkapi pantry dan fasilitas kamar seperti water heater). Sedangkan bagi mereka yang mau menyewa harian dikenakan Rp 75.000 per malam.
Yayasan Pembina Asuhan Bunda, Bandung
Berbeda dengan panti wreda swasta yang umumnya cenderung ekslusif, panti yang berlokasi di daerah Geger Kalong, Bandung ini, justru ingin menjembatani jurang antara si kaya dan si miskin. Panti itu merangkul keduanya dengan sistem subsidi silang. Bagi yang kurang mampu, bahkan tidak dibebankan biaya apa pun. Ada juga yang membayar maksimum 50 persen dari uang pensiun mereka. Tetapi khusus bagi yang mampu, dikenakan biaya Rp 1,5 juta rupiah per bulan, kata Sundari Rudiono, Ketua Yayasan Pembina Asuhan Bunda tersebut.
Panti berlantai 2 ini berdiri sejak 1973 dan terakhir direnovasi pada 1998 berkat bantuan dari Pemerintah Belanda. Semula yayasan ini memang ditujukan untuk menampung mantan tentara Belanda yang sebatang kara di daerah Cimahi. Tetapi setelah generasi pertama habis, yayasan pun membuka panti untuk umum. Saat ini mereka menampung sekitar 20 lansia, 16 orang tergolong kurang mampu dan 4 orang termasuk mampu. (lifestyle.Bisnis.com/futuready.com/pesona.com/SATUHARAPAN.COM )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar