Jumat, 08 Mei 2015

Hidup Berkah di Hari Tua

Mari kita berandai-andai!




Jika menjadi tua adalah sebuah pilihan, saya rasa kebanyakan orang tidak akan mau memilih menjadi tua. Saya akan tetap memilih menjadi wanita muda tanpa keriput, tanpa uban, tetap segar dan cantik. Kaum adam pun akan memilih tetap muda, gagah dan perkasa.

Tapi itu hanyalah berandai-andai. Nyatanya, jika Allah masih berkehendak kita panjang umur. Kita semua akan melewati  fase menjadi tua. Senyum yang biasanya dihiasi dengan gigih putih berbaris rapi, kan berganti gigi ompong yang mulai keropos. Rambut hitam akan mulai berubah menjadi uban. Kulit halus mulai keriput. Mata yang jernih mulai kabur. Bahkan kaki yang dulu bisa berlari begitu kencang kini mulai tertatih berjalan.

Namun, menjadi tua bukan berarti menjadi putus asa. tak lagi bersemangat dan menganggap diri sebagai beban anak dan cucu. Masih banyak hal yang bisa dilakukan selama Allah masih memberikan kesempatan untuk hidup. Tua ataupun muda. Tidak ada kepastian siapa yang akan tetap hidup. Karena yang pasti hanyalah kematian :)

Tahun ini saya berumur 24 tahun. Masih berjarak kurang lebih  40 tahun untuk mencapai fase seperti Pak De Cholik yang mungkin sudah begitu banyak pengalaman hidupnya. Tidak pasti apakah saya akan tetap hidup hingga umur 60 tahun lebih. Ketidakpastian itu tidak berarti membuat kita santai-santai saja. Harusnya ketidakpastian itu membuat kita semakin semangat untuk melakukan kebaikan, agar di penghujung hidup nanti, Allah memanggil kita dalam kondisi yang baik pula. Amiin...

Bekerja karena Allah
gambar dari google.co.id
Setiap orang perlu uang untuk mencukupi kebutuhan. Begitupun saya dan keluarga. Banyak hal yang dibutuhkan bagi saya dan suami yang baru setahun membentuk keluarga. Sejauh ini kami baru bisa mengontrak bedengan sederhana, itu saja sudah bersyukur karena Allah masih mencukupi kami tanpa harus tinggal di jalanan ataupun kelaparan. Tentu saja impian saya tidak hanya sampai disini. Saya banyak mendapat motivasi dari keluarga yang mengatakan bahwa membangun keluarga yang sejahtera itu tidak "ujuk-ujuk" langsung punya rumah dan mapan. Namun banyak tahap yang harus dilewati. Intinya Mempersiapkan hidup untuk tua nanti adalah terus bekerja yang dilandasi karena Allah, ditambah dengan sholat dan sabar sebagai benteng pertahanan diri. InsyaAllah berkah dan rejeki dilancarkan. Jangan sampai kita bekerja hanya untuk mendapatkan materi semata dan dengan dalih untuk membahagiakan keluarga, inilah yang banyak terjadi dengan para suami yang berani memberikan keluarganya dengan makanan yang haram dengan cara apapun seperti korupsi, menipu, serta tindakan kriminal lainnya.

Hidup Sehat
Salah satu cara mensyukuri hidup adalah menjaga kesehatan. Salah satu contoh teladan hidup sehat bagi saya adalah nenek dan kakek saya sendiri. Umur mereka sudah mendekati 70 tahun. Tapi masih begitu kuat dan bersemangat. Termasuk untuk bolak-balik ke masjid, berkebun, mengendarai motor dan bersilaturahim kemana-mana. Saya tanya apa rahasianya. ternyata ada dalam pola hidup sehat yang kini sering kita tinggalkan. Mau tau apa saja?
1. Udara segar di kala subuh dan pagi hari. Ternyata nenek dan kakek memang rajin ke masjid untuk menunaikan sholat shubuh, dan setelah itu berjalan-jalan untuk menikmati udara pagi yang segar :D bisa sebagai pengganti olahraga.
2. Konsumsi makanan sehat dan anti junkfood. Dari dulu nenek dan kakek paling nggak suka makanan-makanan siap saji, mereka lebih senang memasak sendiri dengan bumbu-bumbu tradisional. Tanpa tambahan penyedap, msg, atau pemanis buatan. Ditambah lagi konsumsi sayur dan buah yang nggak pernah putus. Hal ini udah saya terapkan di keluarga saya, saya menyingkirkan segala jenis bumbu cepat saji,  walaupun harus memasak sedikit lebih lama. Saya juga jarang makan di luar dan memilih mencari resep jika tiba-tiba selera makan sesuatu :D alhamdulillah saya sudah agak jarang sakitnya.
3. Istirahat yang cukup

Baiti Jannati (Rumahku Surgaku)
Ini impian besar saya dan suami sejak menikah, menjadikan rumah seperti surga.
Setiap keluarga punya caranya sendiri sebagai tolak ukur kebahagiaan. Ada yang mendasari dengan prestasi akedemik anak, banyaknya harta dan kekayaan, tingkatan jabatan dan lain sebagainya.
Namun, Saya dan suami telah menyamakan visi bahwa tolak ukur kebahagiaan keluarga kami adalah ketentraman hidup yang diliputi kebahagiaan dan mendidik generasi-generasi yang soleh dan solehah.
gambar dari google.co.id

saya semakin termotivasi setelah melihat tanyangan Hafidz Indonesia yang memperlihatkan bagaimana luar biasanya orang tua mendidik anak-anak mereka . Mungkin terlalu muluk saya menginginkan itu dengan tingkat keimanan saya yang masih lemah, ibadah yang kadang lalai dan amalan yang sedikit. Tapi saya nggak mau nyerah, :D Kalau orang lain bisa kenapa saya nggak bisa. Saya memulai nya sendiri dengan mencoba menghafal sedikit-sedikit. Dengan harapan dan do'a janin yang saya kandung saat ini diberkahi Allah dan diberi kesempatan untuk menjadi salah satu anak pilihan yang akan menjadi penghapal Quran. Aamiin.. Mohon doanya ya teman-teman.
Saya membayangkan tua nanti, rumah saya akan dipenuhi oleh penghafal quran yang wajahnya berseri-seri karena hidayah Allah. Ahh, indah sekali. ^_^ 

Birrul Walidain (Berbakti pada Orang Tua)
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (Q.S Al Israa’, 17:23) 
Hal ini sering saya bahas bersama suami. Alangkah bahagianya jika masa tua kita dikelilingi oleh anak-anak yang berbakti. Namun sebaliknya, alangkah sedihnya jika anak kita sendiri menelantarkan kita yang sudah renta. Menganggap kita sebagai beban dan anti dengan kita.
Untuk itu saya jatuh pada kesimpulan, untuk bahagia di masa tua dengan anak cucu. Kita harus membangun nya dari sekarang. selain mendidik generasi soleh dan solehah, kita juga mesti taat dan berbakti pada orang tua kita sendiri walaupun kita sudah berumah tangga. Jika ada terbesit di hati ingin menelantarkan orang tua, bayangkan bagaimana jika kita tua nanti.

Saya dan suami pun punya planning agar mertua saya bisa tinggal bersama kami setelah dia pindah ke Bengkulu. Sungguh dengan merawat orang tua kita yang sudah renta. InsyaAllah kita tidak akan rugi. Malah berbakti pada orang tua adalah salah satu ibadah yang begitu dicintai Allah. Beberapa contoh teman dan keluarga saya yang merawat ibu dan mertua mereka dalam pemeliharaan mereka sendiri, hidupnya malah bertambah berkah dan sejahtera. Karena ada faktor do'a dari orang tua yang mempengaruhi kesuksesan anak-anaknya.

Belajar, Berbagi, dan Berkarya
Biar hidup makin bermanfaat. Jangan pernah bosan untuk belajar, berbagi dan berkarya.  Saat ini saya memang sedang break bekerja di luar karena fokus sama kehamilan. Tapi itu tidak menjadi batasan untuk belajar dan berbagi. Sesekali suami mengajak saya ke pelatihan ataupun kajian agar otak tidak buntu. hehe, jangan sampai belum tua saja saya sudah pikun nantinya. Selain itu di rumah ba'da magrib saya juga menerima anak-anak yang mau belajar ngaji. dan kadang-kadang ada mahasiswa yang dulu pernah saya ajar datang kerumah sekedar belajar sedikit-sedikit. Lumayan juga bisa merefresh ilmu di bangku kuliah yang bisa hilang jika tidak dipelajari lagi.
Di lain waktu saya malah belajar bersama anak-anak muda yang tergabung dalam HGKNPI (Himpunan Gerakan Kewirausahaan Nasional Pemuda Indonesia ). Belajar mencari dana dan mengembangkan usaha hehee...   
Untuk soal bekarya, saya masih dalam tahap pembelajaran. Menulis tentu masih saya lakukan, karena ketika saya tua  ingin diingat sebagai orang yang bermanfaat dengan karya-karya. aamiin..


Mempersiapkan Kematian
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan”. (QS. Al Ankabuut 57)
gambar dari google.co.id
Tua tidak sepasti kematian. dan hal inilah yang menjadi landasan kita untuk tidak melulu mempersiapkan hari tua, namun yang terpenting adalah mempersiapkan kematian. Karena bisa saja nyawa kita dicabut sebelum kita menjadi tua kan?
Lalu apa yang menjadi bekal kita untuk mempersiapkan kematian? Jujur saya sendiri masih sedikit sekali ibadah dan amalannya. Padahal hal terbaik yang mesti dipersiapkan adalah memperbanyak ibadah dan amalan, karena semua yang ada di dunia ini akan kita tinggalkan, hanyalah amalan yang menemani kita menghadap Sang Pencipta.
Saya masih perlu banyak memperbaiki diri, dan semoga nanti di akhir hayat saya dipanggil dalam kondisi terbaik saya. Dan saya berdoa'a begitu pula pada teman-teman. Yuk persiapkan kematian lebih keras dibandingkan mempersiapkan hari tua ;) 

***
yang muda semoga bisa mempersiapkan hari tuanya menjadi hari-hari yang menyenangkan.
yang tua semoga diberikan ketentraman untuk menikmati hidup
pokoknya semoga hidup kita semua berkah dan bermanfaat. (http://rainisrainbow.blogspot.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar