Sabtu, 09 Agustus 2014

Pensiun Dini, Sukses Jadi Pengusaha Gas Elpiji







Bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian”. Pepatah itu sangat tepat untuk menggambarkan  karakter Udin, pria yang memiliki ethos kerja yang luar biasa. Belum genap 9 tahun, pria berpenampilan sederhana asal Medan ini sudah menjadi anak yatim dan merantau ke Jakarta bersama ibunya yang mencari nafkah menjadi pedagang kue keliling. Itulah babak baru dari kehidupan yang benar-benar membentuk karakter Udin menjadi pribadi yang tangguh dan pekerja keras.
Ditempa kehidupan serba sulit dan putus sekolah karena kendala biaya bukan alasan baginya untuk bertopang dagu. Menjadi tukang cuci piring di kantin pabrik, mengantarkan catering dari rumah ke rumah, hingga menjadi asisten teknisi di bengkel Bajaj pun dilakoninya sekedar menyambung hidup dan mengecap bangku sekolah, sejak ia memutuskan mandiri terpisah dari ibunya mulai kelas III SD. Udin terus memacu dirinya menggapai cita-citanya menjadi pedagang sukses di usia muda.
Sesederhana namanya. Itulah Udin yang tetap hidup bersahaja kendati omzet dari usaha yang dimilikinya dalam berdagang gas elpiji dan air mineral kini sudah lebih dari Rp3 miliar. “Sejak kecil saya ingin menjadi pedagang sukses dan pensiun sebelum usia 40 sehingga bisa menikmati hidup. Karenanya saya selalu menetapkan target bagi diri saya sendiri,” tuturnya.
Mantan Kepala Bagian Teller sebuah bank swasta nasional yang resign sejak 2009 itu kini hanya tinggal menikmati hasil kerja kerasnya bersama istri dan dua orang anaknya, yang berusia 10 tahun, serta 6 tahun.
Masih lekat dalam benaknya, saat pulang kerja pada Juli 2007 Udin melihat sebuah mobil yang mengantarkan gas elpiji, “Dalam hati saya berpikir, kayaknya enak jualan elpiji. Sewa tempat tidak perlu di dekor, yang penting tanahnya rata dan setelah dihitung risiko pun relatif kecil. Saya pun mulai berhitung berapa yang saya punya  dan kira-kira butuh modal berapa,” cerita Udin. 
Tak lama dia pun membulatkan tekat untuk berjualan elpiji dan air minum galonan di daerah Tambora, Jakarta Barat. Modal awalnya dari hasil menjual perhiasan emas hadiah perkawinan dan uang yang dikumpulkannya selama masih bekerja kantoran sebesar Rp25 juta. Dengan modal tersebut Udin bisa membeli air minum galonan 50 galon, tabung gas elpiji 12 Kg 25 buah, dan tabung gas elpiji 3 Kg 25 buah. Tapi, karena elpiji belum terlalu laku, di awal Udin mendapat pinjaman 25 tabung gas elpiji 3 Kg dari penjualnya.
Keputusan Udin ternyata jitu. Saat itu, pemerintah tengah menerapkan sistem konversi bahan bakar minyak tanah menjadi gas elpiji 3 Kg. Namun pada masa itu Udin pun menyadari bahwa berdagang gas elpiji 3 Kg bukan perkara gampang. Masih banyak kalangan masyarakat yang belum terbiasa bahkan kawatir menggunakan kompor gas untuk memasak. Karenanya, Udin juga melengkapi dagangannya dengan air mineral galonan dengan modal  awal 50 galon.
Sekalipun pada hari-hari pertama dagangannya nyaris tidak laku, Udin tidak patah semangat. Bersama sang istri, Udin tetap menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membeli tabung gas elpiji ukuran 3 Kg.
“Sepulang kantor hingga jam 11 malam, saya keliling mencari pelanggan untuk gas elpiji dan air mineral, terutama ke warung dan toko-toko kecil yang cukup banyak di daerah padat kawasan Tambora,” ujar Udin yang tetap menjaga performance kerjanya sehingga kerap mendapatkan nilai A untuk penilaian kinerja tahunannya.
Untuk menggaet pelanggan, Udin pun menerapkan kiat tertentu. Konsumennya yang mayoritas toko-toko atau warung-warung itu diberinya kepercayaan untuk membeli tabung gas elpiji dari Toko Sinar Makmur miliknya dengan sistem kredit, berapapun pembayaran uang cicilannya.
Dengan memanfaatkan berbagai solusi dari PT Bank Central Asia Tbk (BCA), Udin mampu mengembangkan usahanya mulai dari memanfaatkan   Kredit Pemilikan Rumah (KPR) untuk membeli tempat dia berjualan, Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) untuk membeli truk armada pengangkut, hingga kartu BCA Smartcash yang menjadi andalannya ketika membutuhkan dana tambahan.
“BCA Smartcash sangat menolong saya ketika berbisnis. Jika ada yang perlu segera dibayar dan saat itu sedang tidak ada tunai, langsung pakai BCA Smartcash. Bunganya juga tidak besar sehingga sangat menolong.  Biasanya saya gunakan ketika harus menebus DO (Delivery Order) gas elpiji,” ujarnya.
BCA Smartcash berupa sebuah kartu yang berfungsi sebagai penyedia dana pinjaman tanpa agunan untuk berbagai keperluan transaksi bisnis. Kartu ini bisa digunakan untuk mengambil uang di ATM BCA, Cabang BCA ataupun digunakan berbelanja retail di merchant BCA.
Plafon BCA Smartcash berkisar antara Rp 10 juta hingga Rp 100 juta dengan bunga 1.8% per bulan atau 0.06% per hari. Bunga ini pun hanya dikenakan pada dana yang telah digunakan sehingga uang yang masih tersimpan tidak akan dikenakan bunga. Jadi, kalau tidak digunakan pun tak akan rugi karena bebas bunga.
Kini, Udin memiliki dua toko di bilangan Tambora dan Cengkareng serta mengantongi dua ijin perusahaan, yakni PT Nur Sosial Abadi dan PT Rantau Sukses. Kedua perseroan terbatas (PT) untuk menjalankan bisnis distributor gas elpiji itu dibelinya dari pemilik PT lain yang dijual kepadanya dengan harga kala itu Rp600 juta.
Setiap bulannya, Udin mampu memasarkan sebanyak 72.800 tabung gas elpiji dan 1.000 galon air mineral untuk pasokan kebutuhan rumah tangga, warung dan toko, serta kapal-kapal yang ditambat di pelabuhan.
Pengalaman adalah guru terbaik. Udin yang memulai usahanya dari bawah, menangani dan mengerjakan segala urusan sendiri, tak pernah lupa bagaimana menghargai sebuah kerja keras.  Ibarat kacang tak lupa akan kulitnya, Udin pun memperlakukan karwayannya seperti keluarga.  Hal-hal yang baik yang diperolehnya selama menjadi karyawan Bank, diterapkannya dalam pengelolaan perusahaannya, seperti memberikan reward terhadap kinerja dan prestasi, fasilitas kesehatan, fasilitas kendaraan bermotor, peluang untuk meningkatkan karier, bahkan warisan pekerjaan.
“Kalau ada karyawan saya yang loyal meninggal dunia, maka posisinya dapat digantikan oleh istri atau anaknya. Jadi semacam warisan pekerjaan. Saya rasa ini akan membantu keluarga yang ditinggalkan,” tambahnya.
Berkat keuletannya, pria kelahiran Medan tahun 1974 itu dapat segera melunasi kreditnya dari perputaran usaha kedua PT yang dikelolanya itu. Bahkan kini Udin mampu memboyong keluarganya menempati rumah baru yang jauh lebih luas dan nyaman dibandingkan tempat tinggal mereka sebelumnya dan secara rutin mengajak keluarganya menikmati liburan ke berbagai tempat menarik untuk refreshing.
“Kalau mau bekerja keras, pasti ada hasilnya. Puji Tuhan, saat ini saya rasa semua sudah saya peroleh…Saya tidak ingin anak dan istri saya kelak menangis dan hidup sulit ketika saya meninggal. Kini saya sudah lebih tenang dan target saya pensiun di usia muda sudah tercapai,” pungkasnya sambil mengusap air mata haru. (*)

- See more at: http://www.kontan.co.id/beritabca/read/369/Pensiun-Dini-Sukses-Jadi-Pengusaha-Gas-Elpiji#sthash.x6Z6gS4p.dpuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar