Alzheimer diperkirakan bakal menjadi problem kesehatan lansia di Indonesia seiring meningkatnya usia harapan hidup. Pada 2013 diestimasikan ada 1 juta lansia menderita alzheimer dan jumlah ini akan menjadi dua kali lipat pada 20130.
Menkes Nila F Moeloek mengatakan gangguan alzheimer pada lansia memang seringkali sulit dihindari. Karena ini berhubungan dengan pengelolaan gaya hidup seseorang dari usia muda.
“Jika perilaku hidup sejak muda tidak sehat, tentu seseorang berisiko besar terkena alzheimer pada usia lanjutnya,” jelas Menkes di sela lokakarya alzheimer, Kamis (10/3).
Karena itu untuk meminimalisir pertambahan jumlah lansia penderita alzheimer, pengelolaan kesehatan generasi muda sejak masih dini perlu dilakukan. Upaya promotif dan preventif terkait gaya hidup sehat harus ditingkatkan. Seperti menjauhi rokok, alkohol, olahraga yang cukup dan lainnya.
Demensia alzheimer merupakan gangguan penurunan fisik otak yang mempengaruhi emosi, daya ingat dan pengambilan keputusan atau biasa dikenal pikun.
Kepikunan seringkali dianggap biasa dialami oleh lansia sehingga alzheimer sering tidak terdeteksi. Padahal gejalanya dapat dialami sejak usia muda (early on set demensia) dan deteksi dini membantu penderita untuk menghadapi pengaruh psiko sosial dari penyakit ini dengan lebih baik.
Alzheimer dikatakan Nila paling sering ditemukan pada usia lanjut diatas 65 tahun. Tetapi pada beberapa kasus sudah mulai menyerang usia 40 tahun.
Adapun peningkatan alzheimer adalah 0,5 persen pada usia 69 tahun, 1 persen tahun pada usia 70-74 tahun, 2 persen per tahun pada usia 75-79 tahun, 3 persen per tahun pada usia 80-84 tahun dan seterusnya.
Berdasarkan hasil Susenas 2014, jumlah lansia saat ini mencapai 20,24 juta orang atau sekitar 8,03 persen. (poskotanews.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar