Selasa, 03 Maret 2015

PENSIUN, SIAPA TAKUT!

“Hidup itu yang terpenting adalah ending-nya,” tutur Yusron Aminullah, sehebat apapun seseorang, tapi kalau tidak mampu membuat anak cucunyaberhasil, tidak memperoleh khusnul khotimah diakhir hayatnya, kesuksesan itu akan sia sia.
Hal itu disampaikan Yusron dalam acara bedah buku “Pensiun Bermartabat” yang ditulisnya.
Acara yang digagas mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) Unisba itu bertempat di Aula Universitas Islam Bandung (Unisba),Jl. Taman Sari Bandung, pada Rabu, 16 April 2014.
Saat pembukaan acara, Pembantu Dekan I dan II, Santi Indra Astuti yang mewakili DR. H. Hasbiansyah Drs, Msi, mengatakan bahwa maksud diadakannya acara ini adalah sebagai apresiasi dan persiapan para karyawan dan pengajar yang akan dan telah memasuki masa pensiun.
Buku ini lebih banyak menyajikan cermin-cermin kehidupan yang saya temui dalam perjalanan karir kepenulisan maupun sebagai motivator pada berbagai pelatihan,” lanjut Yusron yang pernah menjadi wartawan di majalah Fakta, Surabaya Pos, dan Info Halal Republika.
Acara bedah buku ini  mendapat sambutan baik dari dosen/pengajar, karyawan/karyawati Fikom Unisba, baik yang aktif maupun menjelang pensiun, para pensiunan, mahasiswa Ilmu Komunikasi, mahasiswa  Psikologi, dan masyarakat umum yang hadir.
“Kelebihan buku ini adalah memaparkan kisah para pensiunan dengan penggambaran yang natural dan menyentuh sehingga maksud enulis sampai ke pembaca,” ungkap Heni Rohaeni, M. Mpd.   Ketua Forum TBM Jawa Barat, yang dihadirkan sebagai pembedah buku.
Lebih lanjut dalam buku ini diterangkan bahwa menata masa depan tidak melulu harus bersandar pada ilmu barat saja, tapi justru menonjolkan peran Tuhan.
Pembedah kedua, H. Agus Sofyandi Kahfi M.Si , Drs. mengamini tentang kisah yang juga menampilkan harmonisasi antara manusia dgn mahluk Allah adalah membumi  dan dekat dengan keseharian masyarakat biasa ini.
Buku ini sangat inspiratif, kisah-kisahnya sangat menyentuh, cara penyajian dengan kisah, mendekatkan pada budaya “ dongeng” yang akrab di kalangan masyarakat kita,” tambah Agus yang juga seorang dosen pada Program Studi Psikologi di Unisba.
Buku setebal 150 halaman ini memang berisi kisah beberapa orang dari latar pekerjaan dan tempat yang berbeda. Ada kisah seorang office boy, ada juga cerita seorang direktur BUMN, Bupati, sopir, pedagang, guru, dan PNS serta tokoh nasional menjelang dan/atau sudah menjalani masa pensiun.
“Saya sering mendampingi orang-orang yang memasuki dan menjalani masa pensiun,” lanjut Heni Rohaeni lagi.
“Menurut saya persiapan materi belum menjamin kebahagiaan, tapi yang diperlukan adalah persiapan hati, berupa kesadaran dan keikhlasan, di samping keterlibatan keluarga agar dapat mengurangi guncangan yang dialami para pensiunan.”
Agus Sofyandi Kahfi menambahkan bahwa konsep manusia sebagai mahluk, manusia sebagai hamba, dan manusia sebagai khalifah di dunia, sangat memotivasi kaum pensiun untuk selalu meningkatkan diri.
Banyak peserta bedah buku ini mengamini hal itu. Hal penting yang bisa digarisbawahi ketika pensiun adalah dukungan keluarga.
“Pensiun bukan masalah usia dan produktivitas saja, melainkan mengedepankan energi positif untuk menghadapi pensiun,” sambung Yusron, seperti yang terungkap dalam bukunya itu.
Pada saat mengkritisi buku, kedua pembedah ini sepakat tentang keadaan yang terlalu memaksakan “Ketebalan Buku “, hal ini bisa dilihat dari terlalu banyaknya sisipan-sisipan berbagai teori pendukung.
“Teori kepemimpinan yang disajikan lebih dari 10 (sepuluh) halaman, padahal tidak relevan dengan tema yang diusung yaitu pensiun”, papar Agus. 
Sementara itu, Heni Rohaeni menambahkan tentang teori psikologi yang terlalu banyak.
“Tapi sebagai buku pintar mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah (PLS) atau Mahasiswa Psikologi, buku ini cocok,” lanjut Heni, yang juga mengajar di  Program Studi PLS Uninus Bandung setengah becanda..
Seorang peserta mengomentari gambar laki-laki dengan tongkat yang menjadi cover buku.
Menurutnya, ini menegaskan stigma bahwa pensiunan itu sebagai orang jompo yang rapuh. Jadi, ini kontradiktif dengan judul buku “Pensiun bermartabat”
Yusron Aminullah berdalih bahwa hal ini menjadi wewenang penerbit.  Dia terima begitu adanya buku tatkala setelah dicetak. Namun, dia akan menyampaikan kepada pihak penerbit. PT Elex Media Komputindo sebagai masukan. (http://forumtbmjabar.blogspot.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar