Sabtu, 30 Agustus 2014

Kunci Sukses “DUIT”



(Pesan Pak Paham)


Seperti biasa Pak Paham selalu datang tepat waktu dalam mengajar, beliau merupakan pensiunan guru MAN 2 Madiun sekaligus dosen kehidupan saya di sini karena terus terang saya banyak mengambil banyak pelajaran dari asam garam beliau selama menjadi pendidik. Di masa pensiunnya beliau gunakan untuk mengabdikan diri di sebuah Pondok kecil di ujung timur kabupaten Magetan tempat kami tinggal dan berjuang bersama guna menyiapkan kader-kader Islam yang handal.

Pagi itu sesaat sebelum beliau masuk kelas untuk mulai mengajar, beliau sempatkan mampir ke ruangan kami. Sambil menunggu bel tanda masuk berbunyi kami terlibat obrolan ringan, dalam obrolan tersebut beliau pun dengan semangat menceritakan pengalamannya semenjak aktif di PGA hingga menjadi tenaga pendidik di salah satu sekolah negeri Kota Pecel itu. Seperti biasa kami pun hanya bisa menyimak baik-baik apa yang disampaikan oleh Pak Paham, maklum lah kalau beliau sudah bicara pasti akan panjang dan melebar kemana-mana ^_^. Salah satu hal yang beliau sampaikan pada obrolan tersebut adalah tentang kunci sukses dalam hidup yaitu “DUIT”. “Itu memang metode saya dalam berdakwah, dan semuanya itu saya ambilkan dari Al-Qur’an” kata beliau dengan ramah.

Beliau memang gemar membuat kesimpulan-kesimpulan dari Al-Qur’an dengan tujuan supaya memudahkan dalam berdakwah. Salah satu yang akan kita kaji kali ini adalah kunci sukses “DUIT”. Eits., jangan salah, DUIT kali ini bukanlah merupakan alat barter yang kita gunakan pada masa sekarang, tapi DUIT merupakan singkatan dari “Doa, Usaha, Ilmu, Tekun, Tabah dan Tawakal. Sekarang monggo kita kaji bareng-bareng yuk..

Doa

Kunci sukses pertama adalah doa. Doa memiliki peran yang sangat vital dalam kehidupan seorang muslim, dan ia tidak mungkin melepaskan diri darinya. Doa merupakan bagian paling subtansial dalam ibadah, bahkan bisa dikatakan sebagai ruh ibadah. Jika demikian bagaimana mungkin seseorang dapat hidup tanpa keberadaan ruh di dalam tubuhnya?!. Dalam riwayat dari An-Nu’man bin Basyir, Rasulullah bersabda:

إن الدعاء هو العبادة

Artinya: “Sesungguhnya doa adalah (termasuk) ibadah.” (HR. Al-Bukhari)

Doa merupakan ibadah yang Allah perintahkan kepada umat manusia. Allah berfirman:

وقال ربكم ادعوني أستجب لكم

Artinya: “Dan Rabb kalian telah berfirman: “Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Aku perkenankan untuk kalian”.” (QS. Ghafir: 60)
Manusia merupakan makhluk yang sangat lemah , ia selalu membutuhkan Sang Pencipta untuk bisa memenuhi hajatnya serta menutupi segala kelemahan dan kekurangannya. Oleh karena itu Allah mensyariatkan doa sebagai salah satu sarana komunikasi antara manusia dengan Rabbnya.

Doa merupakan sebab untuk menggapai ridha Ilahi dan sebaliknya meninggalkan/tidak mengamalkan doa adalah sebab datangnya murka Allah. Rasulullah bersabda:

من لم يدع الله سبحانه غضب عليه

Artinya: “Barang siapa yang tidak berdoa kepada Allah niscaya Allau pun murka kepadanya.” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al-Albani; Shahih Ibnu Majah: 3085)

Hal itu dikarenakan orang yang memang sengaja menolak berdoa kepada Allah termasuk orang-orang yang sombong dan tidak tahu diri, padahal manusia adalah makhluk yang sangat lemah dan serba kekurangan. Allah berfirman:

إن الذين يستكبرون عن عبادتي سيدخلون جهنم داخرين

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina.” (QS. Ghafir: 60)

Allah juga menerangkan bahwa manusia diciptakan dalam keadaan lemah, Allah berfirman:

وخلق الإنسان ضعيفا

Artinya: “Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah.” (QS. An-Nisa: 28)

Doa adalah langkah awal sesorang untuk menggapai kesuksesan hidup di dunia maupun di akhirat. Seseorang yang berdoa kepada Allah, maka Allah bisa saja langsung mengabulkan doanya atau menangguhkannya sebagai tabungan baginya di akhirat kelak, atau bisa juga Allah menghindarkan pelakunya dari suatu keburukan/musibah sesuai dengan doanya.

Pembaca sekalian yang dirahmati Allah, doa sebagai salah satu bentuk ibadah memiliki 4 syarat (sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dalam kitabnya Syarh Riyadhusshalihin: 4/3-4) yaitu:
1.      Ikhlas hanya mengharap wajah Allah.
2.      Doa tersebut tidak mengandung kezhaliman.
3.      Yakin dan optimis bahwa doanya akan terkabul.
4.      Menjauhkan diri dari hal-hal yang haram baik dari sisi makanan, minuman, pakaian ataupun mata pencaharian.

Selain 4 syarat di atas dalam berdoa kita juga harus memperhatikan adab-adabnya, di antaranya adalah:
1.      Berwasilah dengan amal shalih dalam berdoa.
2.      Menghadap kiblat.
3.      Mengangkat kedua tangan.
4.      Berdoa dengan suara pelan.
5.      Menghadirkan hati.
6.      Mengulang-ulang doa.
7.      Bertekad kuat dan sungguh-sungguh
8.      Memulai doa dengan pujian kepada Allah dan shalawat Nabi.
9.      Berdoa dengan doa-doa yang ringkas namun bermakna luas.

Usaha

Setelah kita mengawali langkah menuju sukses dengan berdoa, sekarang kita menapak langkah yang kedua yaitu usaha. Usaha merupakan proses yang wajib dijalani seseorang jika ia ingin meraih kesuksesan hidup. Karena Allah sendiri juga tidak akan merubah keadaan suatu kaum sampai mereka merubah keadaan yang ada pada mereka. Allah berfirman:

إن الله لا يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسهم

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sampai mereka merubah keadaan yang ada pada mereka.” (QS. Ar-Ra’d: 11)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di menjelaskan firman Allah di atas dalam tafsirnya: “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah kenikmatan, kebaikan dan kelapangan hidup yang ada pada suatu kaum kecuali apabila mereka mencabut keimanan yang ada pada diri mereka dan beralih kepada kekufuran, atau dari ketaatan beralih kepada kemaksiatan, atau mensyukuri nikmat Allah namun kemudian mengingkarinya. Maka ketika itu Allah pun mengembalikan mereka kepada keadaan yang buruk. Begitu juga apabila seorang hamba merubah keadaan dirinya dari kemaksiatan menuju ketaatan kepada Allah, maka Allah pun akan menghapus siksa sebagai akibat atas perbuatannya dan menggantinya dengan pahala, kebaikan, kebahagiaan dan kasih sayang-Nya.” (Taisir Karimirrahman: 414)

So., sahabat fillah usaha itu penting dan perlu, toh tidak mungkin kan dengan hanya berpangku tangan dan berpanjang angan lalu langit akan menurunkan hujan emas dengan sendirinya?

Ilmu

Dalam berdoa dan berusaha jangan lupa harus berilmu dulu, karena ilmu merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus dimiliki seseorang sebalum ia melakukan sesuatu. Kalau mau berjualan bakso, harus tahu dulu seluk-beluk tentang bola daging itu, mulai dari bahan-bahan yang diperlukan untuk membuatnya, tata-cara/proses pembuatannya, memilih lokasi berjualan yang strategis hingga ilmu perdagangnya harus dikuasai semua.

Demikian juga sahabat fillah seseorang yang menghendaki kesuksesan hidup di dunia maupun akhirat maka ia pun harus berilmu. Ilmu yang dimaksud di sini adalah ilmu syar’i yang dengannya Allah mengangkat derajat kedudukan para pemiliknya di sisi-Nya. Allah berfirman:

يرفع الله الذين آمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya: “Allah meninggikan kedudukan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadalah: 11)

Imam Al-Bukhari juga membuat salah satu bab dalam kitab shahihnya dengan judul:

باب العلم قبل القول والعمل

Artinya: “Bab berilmu sebelum berkata dan beramal.”

Allah menjanjikan akan memudahkan jalan menuju surga bagi hamba-Nya yang mau menuntut ilmu. Nabi Muhammad bersabda:

ومن سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له به طريقا إلى الجنة

Artinya: “Dan barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu niscaya Allah mudahkan dengannya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Maka wajib bagi orang yang belum berilmu (seperti saya) untuk belajar, belajar dan belajar.

Tekun, tabah dan tawakal

Sahabat fillah., apabila kita sudah mengawali langkah dengan doa dan usaha yang dilandasi dengan ilmu maka kita lengkapi hal-hal tadi dengan kiat selanjutnya yaitu tekun, tabah dan tawakal. Tekun dalam berusaha, tabah menghadapi tantangan dan tawakal kepada Allah. Allah berfirman:

إنما المؤمنون الذين إذا ذكر الله وجلت قلوبهم وإذا تليت عليهم آياته زادتهم إيمانا وعلى ربهم يتوكلون

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang tatkala disebut nama Allah bergetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya maka mereka pun semakin bertambah imannya serta mereka bertawakal kepada Rabb mereka.” (QS. Al-Anfal: 2)

Seseorang dikatakan bertawakal apabila ia menyerahkan suatu perkara sepenuhnya kepada Allah setelah ia berusaha semaksimal mungkin sesuai kadar kemampuannya. Tawakal merupakan sifat orang-orang yang beriman, dan ia termasuk salah satu bentuk ibadah yang mulia.
Orang-orang yang beriman bertawakal hanya kepada Allah saja, tidak pada yang lain. Mereka menyandarkan sepenuhnya urusan mereka kepada Allah, mereka meyakini apapun yang Allah putuskan bagi mereka maka itulah yang terbaik,

Bertawakal kepada Allah bukan berarti menyandarkan urusan sepenuhnya kepada Allah tanpa ada usaha yang menyertainya. Karena Allah mentakdirkan segala sesuatu tidak terlepas dari sebab-sebabnya (usaha). Allah telah memerintahkan kita untuk giat dalam berusaha dan melengkapinya dengan tawakal. Jadi giat dalam berusaha merupakan bentuk ketaatan kepada Allah, karena Allah memerintahkan hal tersebut, dan itu merupakan amalan anggota badan. Sedangkan tawakal merupakan amalan hati dan bentuk keimanan seorang hamba pada Rabbnya.

Itulah sahabat fillah sedikit penjabaran dari kunci sukses hidup di dunia maupun  di akhirat “ala” Pak Paham (DUIT). Semoga kita dapat mengamalkannya dan mengambil manfaat darinya. ^_^
Wallahua’lam..
(http://irfanelbanyumassy.blogspot.com/)
Daftar maraji’:
1.      Taisir Karimirrahman, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, Muassasah Ar-Risalah.
2.      Syarh Riyadhisshalihin, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Darul Atsar.
3.      Al-Irsyad Ila Shahihil I’tiqad War Rad ‘Ala Ahlisy Syirki Wal Ilhad, Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan, Darush Shahabah.
4.      Al-Mukhtar Min Du’ail ‘Azizil Ghaffar, Muhammad bin Abdil Aziz bin Sa’id.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar