Senin, 21 Juli 2014

HIDUP BAHAGIA JELANG DAN SETELAH MASA PENSIUN

Oleh : Erni Susilawati, S.Psi
(Staf Subbag Ortala dan Kepegawaian)

Memasuki masa pensiun seiring dengan memasuki masa lansia dan proses penuaan. Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain (Depkes.RI, 1992:6)
Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari masalah kesehatan pada lansia yang menyangkut aspek promotof, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta psikososial yang menyertai kehidupan lansia. Sementara Psikogeriatri adalah cabang ilmu kedokteran jiwa yang mempelajari masalah kesehatan jiwa pada lansia yang menyangkut aspek promotof, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta psikososial yang menyertai kehidupan lansia.
Ada beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut :
1. Penurunan Kondisi Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda ( multiple pathology ), misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain.
2. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti : Gangguan jantung, gangguan metabolisme, misal diabetes millitus, vaginitis, baru selesai operasi : misalnya prostatektomi, kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat kurang, penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid, tranquilizer.Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain ; rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia, sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya, kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya, pasangan hidup telah meninggal, dan disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
3. Perubahan Aspek Psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
4. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri.
Bagaimana menyiasati pensiun agar tidak merupakan beban mental setelah lansia? Jawabannya sangat tergantung pada sikap mental individu dalam menghadapi masa pensiun. Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh terhadap pensiun (pasrah). Masing-masing sikap tersebut sebenarnya punya dampak bagi masing-masing individu, baik positif maupun negatif. Dampak positif lebih menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh gaji penuh.
Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan terarah bagi masing-masing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan assessment untuk menentukan arah minatnya agar tetap memiliki kegiatan yang jelas dan positif. Untuk merencanakan kegiatan setelah pensiun dan memasuki masa lansia dapat dilakukan pelatihan yang sifatnya memantapkan arah minatnya masing-masing. Misalnya cara berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri yang sangat banyak jenis dan macamnya.
5. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.
Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar.
Beberapa faktor yang telah dipaparkan diatas sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia. Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Hidup bahagia adalah kondisi dimana kita menjalani hidup dengan rasa tenang, damai, dan tidak dalam ketakutan. Tidak kita pungkiri bahwa setiap jalan kehidupan pastilah mengalami batu terjal yang berupa kegagalan, kesedihan, maupun kekecewaan. Namun, justru semua itu merupakan pelengkap kebahagiaan. Kok pelengkap? Iya donk. Saat kita hidup, sesuatu yang sedih jugalah harus dirasakan, karena tanpa ada sedih, kita tak kan merasakan senang. Bukannya disetiap kesedihan terdapat kesenangan dan disetiap kesenangan terdapat kesedihan. Itu semua disebabkan karena tidak ada suatu hal pun yang sempurna di dunia ini. Iya nggak?
Dua hal ini cukup membuat kita bahagia, yaitu SABAR dan IKHLAS. Dan hal ini juga yang membuat kita selalu bisa tersenyum dalam kondisi apa pun. Kok bisa SABAR dan IKHLAS jadi kunci kebahagiaan??? Bisa saja!. SABAR. Terkadang ada yang mengatakan bahwa sabar atau kesabaran ada batasnya, namun ada pula yang membantah itu dengan mengatakan kalau sudah habis kesabarannya, berarti tidak sabar. Stop! Jangan berdebat lebih lanjut masalah itu. Setiap orang mempunyai pendapat masing-masing, jadi silakan Anda memilih. Back to the SABAR! Sabar merupakan salah satu sifat mulia yang dapat dimiliki manusia.
SABARSeseorang dikatakan sabar ketika ia bisa menjalani hidup dengan memahami apa yang terjadi dengan teguh hati. Orang yang sabar merupakan orang yang bisa memahami kondisi sekelilingnya dan menempatkan dirinya, mengontrol emosi dan hawa nafsunya, serta tegar alias teguh dalam menghadapi kejadian apa pun yang menimpa dirinya. Kan semua kejadian ada hikmahnya! So, silakan cari hikmah dari segala peristiwa yang terjadi dan jangan terlarut dalam kondisi buruk. Perilaku sabar membawa manusia kepada sikap menerima dan memahami yang terjadi, sehingga badai apa pun yang melewati jalan hidupnya pasti dilewati dengan caranya sendiri. Saat menerima sesuatu yang tidak baik, seorang penyabar akan mengingat kepada siapa ia harus meminta pertolongan. Dan saat ia mendapat sesuatu dan baik, maka ia akan segera berucap terima kasih kepada yang berhak diucapi terima kasih. Sabar membawa kita dapat menjalani hidup dalam kondisi apa pun. Sabar pula yang membuat kita merasa tenang, karena kita mengetahui duduk perkara yang terjadi. Tidak diragukan, sabar akan membawa kita kepada kondisi bahagia.
IKHLAS. Sifat ini juga merupakan sifat yang sangat mulia. Ikhlas secara bahasa berari tulus hati, suci murni, dan rela. Ikhlas merupakan sifat yang membawa kita kepada kondisi dimana kita mengerjakan sesuatu dan menerima sesuatu dari mulai niat, awal, proses, dan akhir. Keikhlasan merupakan sesuatu yang sulit dicari dan dicapai. Ikhlas akan mengantarkan kita kepada ketenangan. Hidup tenang merupakan salah satu ciri dari hidup bahagia. Tenang yang dibawa oleh ikhlas adalah kenyamanan dan kerelaan dalam mengerjakan maupun menerima sesuatu. Ikhlas nantinya akan memosisikan kita pada tempat yang benar dan menjernihkan hati kita, sehingga kita dapat berpikir dengan arif nan bijaksana. Jadi, tak salah jika ikhlas merupakan salah satu kunci kebahagiaan. Begitu juga ketika masa pensiun hendaknya disambut dan dijalani dengan sabar dan ikhlas maka seseorang akan menjalaninya dengan bahagia. (http://riau.kemenag.go.id/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar