Puluhan
tahun
mendatang saat tubuh tak lagi kuat. Saat uban mulai menghias kepala.
Saat
wajah mulai mengerut. Saat badan tak lagi tegap. Saat jalan tak lagi
sigap. Saat kesunyian mulai menyapa. Saat anak-anak sudah tumbuh dewasa.
Saat mereka berada di luar rumah berjuang meraih impian-impian mereka.
Saat
mereka telah berkeluarga. Dan saat kita hanya hidup berdua berteman
kenangan-kenangan kita.
Saat itulah,
kita akan mulai merasakan kebersamaan di rumah tak seramai biasanya. Tak
seperti saat anak-anak masih kecil. Saat mereka semua masih ada bersama kita.
Semua itu
akan berubah. Waktu akan membawa kita pada satu masa lagi dalam hidup ini. MASA
TUA. Saya berharap di masa itu, Tuhan masih memberi kesempatan kau dan aku
tetap bersama. Kita masih bisa bersama melewati masa-masa tua kita.
Kita akan
banyak menghabiskan waktu bersama. Duduk berdua saling
bercerita. Kita akan bercerita banyak tentang
kenangan kita.
Tentang saat
kita pertama kali bertemu. Kita akan menertawakan hal-hal konyol yang pernah
kita lakukan saat awal kebersamaan hidup kita. Di saat kita hidup berdua dalam
rumah yang awalnya hanya kontrakan. Banyak suka dan duka yang telah kita lewati
bersama. Candaan kita. Pertengkaran kita. Kau yang tak tahan melihat air mataku
tumpah. Dan setiap itu terjadi kau tetap ada memelukku. Menenangkanku. Kita yang
akan selalu kembali berdamai setelah terjadi pertengkaran dan berjanji untuk
menjadi lebih baik lagi. Syukurlah kita bisa melewati setiap badai yang datang.
Walaupun harus berderai air mata. Walaupun diliputi ketegangan emosi. Tapi,
lambat laun dari situ kita mulai bisa saling mengerti dan memahami.
Saat masa tua itu tiba, kita akan tetap menjadi teman bercerita yang asyik. Kau yang senang bercerita dan saya... ahh, saya memang dari dulu lebih suka menjadi pendengar yang baik. Introvert gelar yang sudah melekat pada saya sejak dulu. Kamu juga yang ternyata telah membuat seorang introvert seperti saya nyaman membagi cerita. Dan saya selalu yakin Tuhan tak pernah salah memilihkan saya pendamping hidup. Dan itu. Itu adalah kamu. Kamu yang dipertemukan dengan saya. Kamu yang ternyata mampu menghadirkan sebuah rasa di hati saya. Kamu yang dipilihkanNya menjadi teman hidup saya. Menjadi imam saya. Menjadi penyempurna separuh dien saya. Dan kemudian kita bersama-sama menjalani hidup dengan terus menambah ketakwaan kita pada Allah SWT untuk menggenapkan lagi separuhnya.
Kamu yang
bisa melakukan banyak hal. Kamu yang bisa memperbaiki kerusakan-kerusakan kecil
di rumah kita, memperbaiki alat-alat elektronik kita yang sedikit bermasalah,
mengecek kerusakan kecil pada listrik kita. Semuanya bisa kau kerjakan walaupun
kamu bukan lulusan tehnik. Kamu...kamu. Dan ahh...masih banyak tentangmu yang tak
dapat saya ungkapkan. Saya hanya bisa bersyukur padaNYa karena telah
mempertemukan dan menyatukan kita. menanamkan cinta, kasih dan sayang di hati
kita masing-masing sampai hari ini.
Kita juga
akan bersama-sama melihat kembali koleksi foto-foto kita. Di sana ada foto-foto
muda kita. Saya, kamu, anak-anak kita, keluarga, teman-teman kita,
sahabat-sahabatmu, sahabat-sahabatku, tempat-tempat yang telah kita kunjungi
bersama. Kau yang selalu jadi fotografer untuk kami. Saya tahu itu adalah
hobimu. Kamu sangat senang memotret. “Fotografer amatiran” begitulah kau
menyebut dirimu. Padahal saya melihat hasil jepretanmu sudah seperti “fotografer
professional." Begitulah saya sering
memujimu.
Bersamamu
saya bisa mengenang tempat-tempat indah yang pernah kita kunjungi. Yang dulu
hanya sebuah impian. Dan kamu. Kamu telah membawa saya menjelajah banyak
tempat-tempat indah di belahan bumi lain. Saya yang sebelum bertemu kamu
hanyalah anak rumahan yang jarang kemana-mana. Saya yang dulu lebih banyak
menghabiskan waktu luang saya berpetualang dengan buku-buku. Belajar banyak
hal. Membayangkan melihat banyak tempat hanya dari buku-buku yang sering saya baca.
Dan atas izinNya kamu hadir menemani saya mewujudkan mimpi-mimpi itu. Aih,
hidup ini sungguh indah. Betapa besar nikmat sang Pencipta yang telah
dilimpahkan pada kita.
Lalu... ada
lagi. Buku-buku kita. Dunia baca yang menjadi hobi kita bersama. Dunia yang
telah mewarnai hidup kita selama ini. Dunia yang selalu mengisi hari-hari muda
kita. Dunia tulis menulis yang juga kita tekuni bersama hingga bisa melahirkan
beberapa buku. Mudah-mudahan itu semua bisa menjadi warisan ilmu yang
bermanfaat buat anak cucu kita dan generasi mendatang. Goresan pena itulah yang
bisa kita tinggalkan.
Pada saat
tua nanti, mungkin penglihatan kita akan mulai buram. Tak lagi tajam dan terang.
Mata kita akan cepat lelah. Tapi, saya berharap kita masih bisa tetap menikmati
beragam bacaan kesukaan kita. Walaupun mungkin tak bisa banyak-banyak dan tak lagi bisa berlama-lama.
Biarlah kita
menikmati masa tua kita bersama, mengerjakan banyak hal. Mungkin di setiap pagi
saya juga akan lebih banyak menghabiskan waktu menanam dan merawat bunga-bunga
kesukaan saya. Ikan-ikan di kolam juga akan selalu kita beri makan. Pohon mangga
dan rambutan yang kamu tanam di halaman belakang yang selalu kamu rawat akan
kita petik bersama saat buahnya mulai ranum. Dan mungkin kita bisa memanggil
anak cucu kita untuk datang dan kita bisa menikmatinya bersama.
Entah
sampai kapan batas kebersamaan kita. Saya hanya berharap siapapun nanti yang
akan lebih dulu kembali menghadapNya. Berjanjilah untuk tetap kuat dan tetap
menjalani sisa hidup dengan baik. Kita akan selalu saling mendoakan. Semoga kita
bisa kembali ke kampung akhirat dengan selamat. Dan kelak dipertemukan kembali
di surgaNya..aamiin. (nay2notes.blogspot.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar