Ilustrasi | Foto: Dyah Kusumaningrum/nationalgeographic.comJika setiap manusia bisa menuliskan kisah hidupnya, akan ada banyak orang menulis kehidupan yang berkecukupan. Sehat saat masih muda, memiliki banyak tabungan dan menikmati hari tua dengan damai. Banyak orang ingin masa tuanya dihabiskan dengan menyiram tanaman di pagi hari, main dengan cucu, bercanda dengan teman-teman seusia mereka. Namun kadang, rencana manusia tidaklah sebaik rencana Tuhan.
Jika Anda pergi ke tempat umum, pasar tradisional atau di sekitar tempat wisata, ada banyak pedagang-pedagang yang sudah renta ikut menjajakan berbagai barang. Mereka menjual banyak hal, mulai dari makanan, buah-buahan, bahkan barang yang sebenarnya sangat berat untuk mereka bawa dengan fisik yang sudah renta.
Dengan tubuh yang sudah tidak sekuat orang-orang muda, para pedagang yang sudah renta itu tetap optimis bahwa mereka mencari sesuap nasi dengan cara yang benar, tidak merugikan orang lain dan pantang meminta-minta. Penghasilan mereka jauh dari apa yang Anda bayangkan, bahkan untuk membeli sebungkus nasi kadang tidak cukup.
Andai mereka mau, mereka bisa saja tidak perlu mengangkat barang, tidak perlu bangun tengah malam untuk masak dan sebagainya. Fakta menyedihkan di negara kita adalah.. banyaknya orang yang masih muda tetapi memilih meminta-minta. Rata-rata penghasilan mereka bisa melebihi pegawai setiap bulannya. Namun bagi para pedagang lanjut usia, meminta-minta bukan sebuah pilihan untuk tetap bertahan hidup.
Saya pernah bertemu dengan seorang ibu tua yang menjual cenil (camilan tradisional yang disiram gula jawa) di sebuah pasar tradisional kota Malang. Dari fisik penjual tersebut, saya perkirakan usianya sama dengan nenek saya, sudah lebih dari 70 tahun.
Seperti orang lanjut usia pada umumnya, beliau senang bercerita dan ngobrol dengan pembelinya. Beliau mengatakan bahwa semua anaknya sudah berkeluarga dan tidak ingin merepotkan mereka. Sehingga sang ibu memutuskan untuk berjualan di pasar tradisional.
Saat saya tanya apakah beliau tidak capek bekerja di usia yang sudah sangat tua, beliau menjawab,
"Ya kalau mau dibilang capek, ya capek, mbak. Tapi nggak apa-apa, (penghasilan saya) tidak besar tetapi masih bisa dipakai untuk hidup dan saya lebih nyaman bekerja seperti ini, lebih barokah," ujarnya.
Jawaban yang mungkin sama seperti pedagang-pedagang lain yang seusia dengan sang ibu. Mereka lebih memilih bekerja walaupun fisik sudah rapuh. Bagi saya, pilihan mereka untuk bekerja jauh lebih baik dibanding pengemis-pengemis muda yang sering saya jumpai di pinggir jalan raya.
Satu hal yang ingin saya sampaikan, sekali waktu, jika Anda berjumpa dengan pedagang-pedagang yang sudah tua, tak ada salahnya membeli barang dagangan mereka, bahkan jika Anda mungkin tidak membutuhkannya dalam waktu dekat.
Mungkin harga yang mereka tawarkan sedikit lebih mahal atau mungkin rasa masakan mereka tidak seenak restoran mahal, namun apa yang Anda beli setidaknya bisa membuat mereka tersenyum dan membantu mereka untuk tetap bersyukur bahwa pilihan mereka tidak salah, tetap bekerja, pantang meminta-minta.
Itulah sedikit cerita dari tim Vemale.com, semoga bisa membuat Anda lebih peduli dengan para pedagang-pedagang lanjut usia.
Jika Anda pergi ke tempat umum, pasar tradisional atau di sekitar tempat wisata, ada banyak pedagang-pedagang yang sudah renta ikut menjajakan berbagai barang. Mereka menjual banyak hal, mulai dari makanan, buah-buahan, bahkan barang yang sebenarnya sangat berat untuk mereka bawa dengan fisik yang sudah renta.
Dengan tubuh yang sudah tidak sekuat orang-orang muda, para pedagang yang sudah renta itu tetap optimis bahwa mereka mencari sesuap nasi dengan cara yang benar, tidak merugikan orang lain dan pantang meminta-minta. Penghasilan mereka jauh dari apa yang Anda bayangkan, bahkan untuk membeli sebungkus nasi kadang tidak cukup.
Andai mereka mau, mereka bisa saja tidak perlu mengangkat barang, tidak perlu bangun tengah malam untuk masak dan sebagainya. Fakta menyedihkan di negara kita adalah.. banyaknya orang yang masih muda tetapi memilih meminta-minta. Rata-rata penghasilan mereka bisa melebihi pegawai setiap bulannya. Namun bagi para pedagang lanjut usia, meminta-minta bukan sebuah pilihan untuk tetap bertahan hidup.
Saya pernah bertemu dengan seorang ibu tua yang menjual cenil (camilan tradisional yang disiram gula jawa) di sebuah pasar tradisional kota Malang. Dari fisik penjual tersebut, saya perkirakan usianya sama dengan nenek saya, sudah lebih dari 70 tahun.
Seperti orang lanjut usia pada umumnya, beliau senang bercerita dan ngobrol dengan pembelinya. Beliau mengatakan bahwa semua anaknya sudah berkeluarga dan tidak ingin merepotkan mereka. Sehingga sang ibu memutuskan untuk berjualan di pasar tradisional.
Saat saya tanya apakah beliau tidak capek bekerja di usia yang sudah sangat tua, beliau menjawab,
"Ya kalau mau dibilang capek, ya capek, mbak. Tapi nggak apa-apa, (penghasilan saya) tidak besar tetapi masih bisa dipakai untuk hidup dan saya lebih nyaman bekerja seperti ini, lebih barokah," ujarnya.
Jawaban yang mungkin sama seperti pedagang-pedagang lain yang seusia dengan sang ibu. Mereka lebih memilih bekerja walaupun fisik sudah rapuh. Bagi saya, pilihan mereka untuk bekerja jauh lebih baik dibanding pengemis-pengemis muda yang sering saya jumpai di pinggir jalan raya.
Satu hal yang ingin saya sampaikan, sekali waktu, jika Anda berjumpa dengan pedagang-pedagang yang sudah tua, tak ada salahnya membeli barang dagangan mereka, bahkan jika Anda mungkin tidak membutuhkannya dalam waktu dekat.
Mungkin harga yang mereka tawarkan sedikit lebih mahal atau mungkin rasa masakan mereka tidak seenak restoran mahal, namun apa yang Anda beli setidaknya bisa membuat mereka tersenyum dan membantu mereka untuk tetap bersyukur bahwa pilihan mereka tidak salah, tetap bekerja, pantang meminta-minta.
Itulah sedikit cerita dari tim Vemale.com, semoga bisa membuat Anda lebih peduli dengan para pedagang-pedagang lanjut usia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar