Senin, 12 Januari 2015

Lansia Indonesia Perlu Didorong Produktif & Aktif

Ilustrasi. (Foto: Corbis)
Lansia Indonesia Perlu Didorong Produktif & Aktif
 
Usia lanjut menjadi suatu yang ditakuti oleh manusia. Akan tetapi, usia lanjut (lansia) adalah tantangan terbesar yang harus dihadapi oleh suatu negara, terutama kesejahteraan para lansia.

Apalagi semakin lama populasi lansia dari tahun ke tahun semakin bertambah. Terutama negara seperti Indonesia yang mempunyai penduduk hingga 250 juta jiwa. Hal tersebut membuat suatu negara melihat peluang untuk memanfaatkan para lansia untuk menjadi lebih produktif.

Deputy Asisten Minister for Internasional Affairs, Minister's Secretariat, Minister of Health, Labour and Welfare Jepang, Yukata Horie mengatakan, diperlukan aging society untuk menciptakan masyarakat yang sudah lansia menjadi active aging atau orang-orang yang aktif dan produktif.

Berdasarkan data Bank Dunia penduduk Jepang yang telah lansia atau berusia 65 tahun ke atas telah mencapai tujuh persen dari jumlah penduduknya pada tahun 1970 dan akan meningkat 14 persen dalam 25 tahun pada tahun 1995. Sementara itu, pertumbuhan jumlah lansia Indonesia sangatlah lambat, hal tersebut karena lansia Indonesia baru akan mencapai tujuh persen pada tahun 2021 dan akan meningkat menjadi 14 persen dalam waktu 17 tahun kemudian.

"Sebenarnya pertumbuhan lansia Indonesia cukup lambat mencapai tujuh persen, mengingat jumlah penduduknya yang cukup besar sekitar 242,33 juta tapi dia memiliki pertumbuhan yang sangat cepat, yakni setelah mencapai itu akan meningkat dua kali lipat pada 1038, pada 17 tahun kemudian," kata Yutaka dalam seminar Asean-Jepang The Regional Cooperation For the Aging Society di Sekretariat Asean, Jakarta, Senin (11/11/2013).

Dia mengatakan usia manusia memang semakin panjang. Oleh karena itu diperlukan suatu usaha untuk mendorong para lansia bisa menikmati hidupnya dengan nyaman setelah pensiun, bukan hanya di Jepang namun juga di seluruh negara Asean termasuk Indonesia . Pasalnya, jumlah lansia Indonesia akan mencapai 21 persen pada tahun 2056 dan Jepang telah mencapai jumlah tersebut pada tahun 2008.

"Jepang sudah lama mendorong terciptanya lansia yang produktif melalui kebijakan- kebijakan. mulai dengan adanya sistem kesehatan umum dan sistem pensiun umum sejak tahun 1961, tahun 1963 hukum Elderly Welfare, 1973 jaminan kesehatan gratis bagi elderly dan lain- lain.

Dia mengatakan, jumlah lansia Jepang terus mengalami peningkatan. Pada tahun 1920, rata- rata usia lelah terjadi pada usia 60 tahun dan suami di Negeri Kincir Angin tersebut meninggal rata-rata pada usia 61,1 tahun dan istri meninggal pada 61,5 tahun. Sementara pada tahun 1961 suami rata- rata meninggal pada usia 72,4 tahun dan istri pada 73,5 tahun.

"Dan pada tahun 2009 masa lelah suami ada pada usia 65 tahun, meninggal rata-rata pada usia 80,8 tahun dan istri meninggal rata-rata pada usia 86,6 tahun," kata Yukata. (http://economy.okezone.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar