Kamis, 25 Desember 2014

Nabila Rasyid, Walaupun Lanjut Usia Namun Tak Lelah Berdakwah

wpid-img_201412210836.jpg 
 
Penampilannya sederhana, bersahaja, namun ceria. Di usianya yang tak muda lagi dia tetap kuat, lincah sebagai srikandi dakwah. Ada banyak cerita dan ilmu yang didapat dari penuturannya. Begitulah kira-kira gambaran sosok Nabila Rasyid (69) saat tim pks-sumsel.or.id dan Bidang Perempuan DPW PKS Sumsel bersilaturrahim di kediamannya. Dia patut menjadi teladan bagi semua perempuan di Sumsel. Anak dari pasangan K.H. Abdul Rasyid Shiddiq dan Hj. Fatma Sayyidina terhitung masih sepupu dekat K.H. Tol’at Wafa Ahmad, Lc (satu kakek dari ibu), mudir Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Sakatiga yang juga Ketua Dewan Syariah Wilayah PKS Sumsel.
Berdasarkan informasi yang dihimpun pks-sumsel.or.id, hampir tak ada hari jedah bagi dirinya dalam berdakwah. Hanya hari Minggu saja yang tidak ia gunakan untuk mengisi majelis taklim karena hari itu ia khususkan untuk silaturrahim dengan keluarga, kerabat, tetangga dan teman-temannya. Pengajian mulai dari Masjid Taqwa, Sukarami, Plaju bahkan hingga luar kota.
Tetah (panggilan beliau) bercerita bahwa setamatnya sekolah dari SMA Muhammadiyah beliau langsung menikah pada bulan September 1985. Padahal besar harapan orang tua untuknya agar terus melanjutkan pendidikan bahkan didorong untuk sampai ke Mesir. Namun, Nabila muda sadar semua telah ditakdirkan Allah sehingga dia harus siap menjalani kehidupan rumah tangganya. Akan tetapi takdir Allah tidak hanya menghendaki beliau menikah muda tapi usia pernikahannya pun tak terlalu lama. Suaminya M. Rusman Dar Amir yang asli berdarah Sumedang dipanggil oleh Allah SWT pada tahun 1986.
Akan tetapi Tetah tetap tegar dan berusaha mengisi kekosongannya dengan hal positif. Semua itu tak lepas dari peran orang tua. Ayah beliau senantiasa mensupport agar dirinya terus bergerak. Dibekali pemahaman Islam yang cukup dan ilmu bahasa Arab, Nabila mulai berbagi ilmu dari mengajar ilmu agama dan bahasa Arab di dekat rumah orang tuanya hingga akhirnya diminta untuk berceramah di suatu masjid. Dari sanalah dia mulai aktif berdakwah hingga kini.
Perempuan berdarah campuran Musi dan Sakatiga ini dikaruaniai tiga orang anak dan lima cucu. Kepada pengurus Bidpuan PKS Sumsel dan masyarakat secara umum, anak ke 3 dari 6 bersaudara ini berpesan untuk terus dekat dengan Al-Quran dan mengembalikan semua permasalahan kepada Al-Quran. Terkait dengan sosok ibu, Tetah punya pesan tersendiri. Menurutnya ibu itu mulia sesuai syariat Rasul, sejak kedatangan Islam harkat wanita diangkat terutama ibu. Rasulullah saw mengatakan bahwa surga di bawah telapak kaki ibu. Rasulullah bahkan mendahulukan pemuliaan terhadap ibu sampai tiga kali baru pemuliaan terhadap ayah.
Ibu Nabila menutup pesannya dengan beberapa perkataan:
Tidak lahir anak yang sholeh dari ibu yang salah
Tidak lahir anak yang penurut dari ibu yang pemberontak
Tidak lahir anak yang pemurah dari ibu yang pelit.
[http://pks-sumsel.or.id/]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar