Minggu, 28 September 2014

Buka Usaha, Cara Jitu Menghadapi Pensiun

Kemarin kami rombongan dua mobil beranjangsana ke Madiun bersilaturahim ke rumah sahabat yang baru memasuki masa purna tugas alias pensiun. Setiap kali ada sahabat yang memasuki masa pensiun selalu kami kunjungi sebagai tanda bahwa kami tetap ada sebagai sahabat walaupun tidak hidup bersama seperti ketika masa produktif bekerja dan beraktifitas dalam organisasi wanita. Hidup dalam satu komplek perumahan dinas dengan segala aktifitasnya. Ketika itulah kami selalu mendapatkan cerita menarik dan unik selama mereka mempersiapkan masa menjelang pensiun dan hari-hari pertamanya beradaptasi dengan lingkungan barunya.

Pensiun merupakan fase kehidupan yang harus dijalani setiap karyawan, pekerja ataupun pegawai. Pada umumnya perusahaan menerapkan usia pensiun karyawannya sekitar 55-60 tahun. Ada sebagian orang kadang belum merasa puas jadi orang gajian sehingga mengajukan pensiun dini artinya sebelum memasuki usia pensiun karyawan tersebut sudah minta berhenti di perusahaan. Namun ada juga yang sudah merasa cocok dengan dunia kerjanya sehingga dalam keadaan apapun karyawan tetap loyal mempertahankan bekerja hingga memasuki usia pensiun.
Bagi orang yang tidak begitu menyukai pekerjaan rutinitas, terikat dengan aturan perusahaan, boleh jadi dia tidak akan betah bekerja di perusahaan. Tentunya dia siap mandiri, wiraswasta sebagai ladang mencari nafkah dan mengembangkan kemampuan dirinya, siap menjadi manager atas usahanya. Dia lebih bebas menentukan aturan dalam usahanya, waktu dan tempat lebih leluasa mengaturnya dan jatuh bangun itu sudah biasa katanya. Karenanya tidak semua orang bisa berwiraswasta
Sebaliknya, bagi orang yang sulit membuka usaha atau wiraswasta tentunya jadi orang gajian adalah ladang terbaik untuknya, bekerja di perusahaan jadi tujuannya tidak masalah baginya perusahaan itu besar atau kecil yang penting ada usaha untuk mengembangkan kemampuan dirinya. Atau bisa jadi lebih sederhana lagi yang penting bekerja cari nafkah untuk menyambung hidup lillahita’ala….
Nah, memasuki masa pensiun bagi karyawan ibaratnya “momok atau hantu” yang menyeramkan, terutama jika dihadapkan pada kenyataan kondisi keluarga yang belum sepenuhnya mapan. Tidak jarang ada yang anak-anaknya masih kecil dan butuh dana pendidikan yang kian tinggi, belum lagi dana kesehatan untuk keluarga dan kebutuhan hidup pada umumnya. Dan yang paling terasa adalah masalah psikologi bagi karyawan yang bersangkutan.
Bisa dibayangkan setiap hari seorang karyawan punya rutinitas tersendiri, pakai baju dan sepatu dinas, berangkat pagi dan pulang petang dengan bis jemputan, di rumah sang istri sudah menyiapkan segala kebutuhannya dari sarapan, bekal makan siang dan hidangan sore malam untuk keluarga, semua tertata dan dipersiapkan dengan baik. Lalu ketika pensiun rutinitas itu hilang dan kita sendiri yang akan menciptakan rutinitas baru untuk tetap eksis dalam kehidupan baik di rumah maupun kegiatan kemasyarakatan.
Namun ada juga karyawan yang telah mempersiapkan diri dengan baik, perencanaan yang matang antara aktifitas dan finansialnya. Sehingga ketika memasuki masa pensiun kita sudah siap, berlapang dada menyambutnya, inilah fase kehidupan yang harus kita hadapi.
Sebetulnya perusahaan sudah punya program “Pembekalan Masa Purna Tugas” dimana pembekalan ini diberikan tiga tahun menjelang pensiun. Pada umumnya pembekalan pensiun ini berisi pelatihan-pelatihan membuka usaha, menjaga kesehatan termasuk masalah psikologi dan peningkatan spiritual. Ada karyawan yang menyambutnya dengan antusias, namun ada juga yang biasa-biasa saja toh nanti ada dana pensiun yang menjadi hak karyawan dan ada juga yang sudah mempersiapkan diri berinvestasi 5 tahun sebelum memasuki masa pensiun.
Alhamdulillah sahabat yang kami kunjungi kemarin termasuk telah mempersiapkan diri dengan baik. Aktifitasnya sekarang membuka toko bangunan di desa tempat tinggalnya Madiun. Tiga tahun menjelang pensiun sudah berani berwiraswasta membuka toko bangunan sebagai persiapan hari tua, anak-anaknya sudah selesai masa pendidikannya sehingga tidak banyak kebutuhan hidupnya namun tetap bisa menikmati hari tuanya. Saat ini sudah ada 4 karyawan dan 4 karyawati yang membantu di tokonya. Satu hal yang menarik bagi saya selama kami bergaul di perumahan dinas dengannya adalah dia memang orang yang ulet, walaupun memutuskan jadi ibu rumah tangga namun dia bisa memanfaatkan peluang mencari dagangan seperti baju, assesoris, sepatu juga menerima pesanan masak atau catering dijual saat ada pertemuan organisasi.
Ketika putra-putrinya sudah beranjak remaja dia tidak bisa diam, hampir semua kegiatan organisasi dari olah raga, senam, catering sampai pengajian malam diikuti. Selalu ada pembicaraan “Aku punya barang baru di rumah” disela-sela pertemuan dengan ibu-ibu. Selalu ada senyum indah dan ramah sebagai  modal utamanya. Mungkin inilah salah satu kelebihannya sehingga baginya membuka usaha itu merupakan salah satu solusi terbaik untuk menikmati masa pensiun.
Terima kasih sahabatku yang telah menginspirasi kami agar kami kelak juga siap menghadapi masa pensiun dengan hati lapang dan ikhlas sebagai salah satu fase kehidupan yang harus kita hadapi…(lailatul qadriyah/http://lifestyle.kompasiana.com/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar