Assalamu'alaikum Wr Wb Suatu saat kami berdiskusi masalah manajemen dengan seorang kawan yang kebetulan dia adalah seorang pejabat, saat itu topiknya adalah kesejahteraan karyawan termasuk bagaimana menghitung SHT (Santunan Hari Tua) bagi karyawan yang pensiun.
[yah tak terasa kita semua memang sudah 'maghrib', jadi kita juga siap 'landing' yah],
kembali ke cerita kawan saya, yang getol bagaimana mempersiapkan kehidupan setelah dia pensiun, dengan SHT yang kelihatan gede mau diapain, disisi lain dengan uang pensiun yang menjadi seperlima take home pay saat ini apakah akan cukup hidup, padahal gaya hidup inginnya tetap.
Pendidikan anak yang tetap harus dibayar sampai paling tidak S1nya selesai, padahal dari gaji normal tidak akan cukup, Mungkin perlu persiapan sampai biaya pernikahan anak-2, sampai mungkin menghitung membeli mobil baru untuk enjoy masa pensiunnya, jadi dia tetap ngotot pokoknya apapun akan dilakukan, asal bekal untuk hari tua tercukupi. maksud hari tua adalah ketika kita memasuki usia pensiun pada umur lebih 56 tahun.
hari itu hari Jum'at kitapun berangkat ke shalat Jum'at seorang kawan yang terlibat perdebatan tadi menjadi khotib Jum'at dan mengambil topik khutbah Jum'at tentang "kematian dan bekal kematian".
HIKMAH KEMATIAN:
Mati adalah berpisahnya antara ruh dan jasad dari suatu makhluk yang bernyawa. Bagi seorang muslim tidaklah penting membahas masalah kematiannya, tapi yang lebih penting adalah BEKAL APA yang sudah kita persiapkan sesudah kematian. Di hari kiamat nanti, yang akan ditimbang hanya pahala. Apakah kita lebih banyak pahalanya atau dosanya. Surga hanya bisa dimasuki hanya dengan bekal pahala yang lebih banyak daripada dosa kita. Kita jangan terlena hidup di dunia ini, hidup kita pasti akan diakhiri dengan yang namanya ajal. Coba kita renungkan, jika bapak/ibu menjelang tidur planning apa yang sudah kita persiapkan? Apakah rencana besok kita siap hidup atau siap mati? Padahal tidak sedikit orang yang malamnya tidur dan ternyata paginya tidak bangun-bangun lagi. Kadang kita sering terjebak dengan sesuatu yang tidak pasti; kita persiapkan tabungan untuk hari tua, asuransi, pensiunan dan lain-lain dengan tujuan supaya usia tua kita tidak melarat, padahal itu semua belum pasti. Jujur saja, 90% persen kita di sini pasti punya rekening bank, 60% punya tabungan, 40% punya deposito, 90% punya rumah, 40% punya property lainnya apakah tanah atau rumah kedua. Semua diatur rapi di rencana untuk jaga-jaga persiapan HARI TUA nanti.
Coba kita review kembali doa yang biasa kita bacakan menjelang tidur, kita sering berkata: "Bismika Allahumma ahya wa bismika ammut" Artinya : dengan menyebut nama-Mu Ya Allah aku hidup dan aku mati. Ketika membaca do'a itu, kita yakin semua disini hafal do'a itu, tetapi apakah semua kita PAHAM arti dan makna pesan dari do'a itu? Dalam doa tersebut sebetulnya ada satu pesan supaya kita balance dalam persiapan hidup dan persiapan mati untuk hari esok atau dengan kata lain imbang untuk persiapan bekal HARI TUA DAN BEKAL KEMATIAN.
Tapi bila kita lihat kepastiannya, MATIlah yang lebih PASTI dari pada masih bisa hidup pada esok hari. Inilah mungkin yang sering kita lupakan.
Al-Ghazali pernah ditanya oleh seseorang : "Wahai tuan apa yang semakin hari semakin mendekat dalam kehidupan ini?" Jawab Al-Gazali: "Yang kian hari kian mendekat dalam kehidupan ini adalah kematian". Allah banyak sekali mengingatkan kita tentang orang yang menyesal karena saat kematian tiba bekal yang dibawanya merasa tidak cukup dan merengek kepada Allah supaya jangan dulu dimatikan atau dikembalikan lagi ke dunia (QS Al-Munafiqun [63] ayat 8-11). Rasul Muhammad SAW sering mengingatkan bahwa orang yang paling smart/cerdas adalah orang yang banyak mengingat kematian dan mempersiapkan BEKAL untuk itu.
Kawan, saat itu kawan saya yang pejabat menyalami sang khotib Jum'at dengan berkata: "Kawanku, sekarang aku sudah paham dan setuju bahwa BEKAL KEMATIAN lebih penting daripada BEKAL HARI TUA". Kita semua kembali ke ruang meeting, tetapi kemana seorang kawanku tadi, sekretaris melapor bahwa ternyata dia masih di masjid, kelihatan merenung sendirian. Dan Innalillaahi wa inna lillaahi roji'un, esok harinya beliau masuk ICU dan sehari kemudian beliau berpulang ke rahmatullah. Kita semua tercenung dengan renungan ujian praktek kehidupan ini. Aku terhentak: SUDAH cukupkah BEKAL ku untuk menjemput kematian yang PASTI akan tiba??? Buat apa deposito bank nanti? Apakah aku akan juga menikmatinya, apakah aku juga akan sampai pada HARI TUA yang rata-rata dengan apiknya kita persiapkan? TERNYATA MEMANG BENAR BAHWA MEMPERSIAPKAN BEKAL KEMATIAN LEBIH PENTING DARIPADA MEMPERSIAPKAN HARI TUA YANG BELUM TENTU KITA AKAN SAMPAI PADA USIA HARI TUA ITU.
Hari ini aku kembali tercenung lagi dengan SMS seorang lulusan STM yang pernah bangkrut kemudian bisa merangkak lagi meraih kehidupan dunianya dengan pekerjaannya yang baru, bunyinya begini: "AssWrWb. Mas, lebih setahun saya sempat terpuruk, alhamdulillah sekarang mampu berzakat lagi. Saya kangen berzakat lagi. WassWrWb.
Subhanallaah, saya menitikkan air mata, dengan sebuah kata "KANGEN" (=rindu), beliau 'kangen berzakat' lagi.
Wassalamu'alaikum Wr Wb
Pesantren al-Quran dan Teknologi DURIYAT MULIA http://www.duriyat.or.id. email: duriyat@bdg.centrin.net.id.
pudjo rahardjo, nurjaeni, ade sutisna
[yah tak terasa kita semua memang sudah 'maghrib', jadi kita juga siap 'landing' yah],
kembali ke cerita kawan saya, yang getol bagaimana mempersiapkan kehidupan setelah dia pensiun, dengan SHT yang kelihatan gede mau diapain, disisi lain dengan uang pensiun yang menjadi seperlima take home pay saat ini apakah akan cukup hidup, padahal gaya hidup inginnya tetap.
Pendidikan anak yang tetap harus dibayar sampai paling tidak S1nya selesai, padahal dari gaji normal tidak akan cukup, Mungkin perlu persiapan sampai biaya pernikahan anak-2, sampai mungkin menghitung membeli mobil baru untuk enjoy masa pensiunnya, jadi dia tetap ngotot pokoknya apapun akan dilakukan, asal bekal untuk hari tua tercukupi. maksud hari tua adalah ketika kita memasuki usia pensiun pada umur lebih 56 tahun.
hari itu hari Jum'at kitapun berangkat ke shalat Jum'at seorang kawan yang terlibat perdebatan tadi menjadi khotib Jum'at dan mengambil topik khutbah Jum'at tentang "kematian dan bekal kematian".
HIKMAH KEMATIAN:
Mati adalah berpisahnya antara ruh dan jasad dari suatu makhluk yang bernyawa. Bagi seorang muslim tidaklah penting membahas masalah kematiannya, tapi yang lebih penting adalah BEKAL APA yang sudah kita persiapkan sesudah kematian. Di hari kiamat nanti, yang akan ditimbang hanya pahala. Apakah kita lebih banyak pahalanya atau dosanya. Surga hanya bisa dimasuki hanya dengan bekal pahala yang lebih banyak daripada dosa kita. Kita jangan terlena hidup di dunia ini, hidup kita pasti akan diakhiri dengan yang namanya ajal. Coba kita renungkan, jika bapak/ibu menjelang tidur planning apa yang sudah kita persiapkan? Apakah rencana besok kita siap hidup atau siap mati? Padahal tidak sedikit orang yang malamnya tidur dan ternyata paginya tidak bangun-bangun lagi. Kadang kita sering terjebak dengan sesuatu yang tidak pasti; kita persiapkan tabungan untuk hari tua, asuransi, pensiunan dan lain-lain dengan tujuan supaya usia tua kita tidak melarat, padahal itu semua belum pasti. Jujur saja, 90% persen kita di sini pasti punya rekening bank, 60% punya tabungan, 40% punya deposito, 90% punya rumah, 40% punya property lainnya apakah tanah atau rumah kedua. Semua diatur rapi di rencana untuk jaga-jaga persiapan HARI TUA nanti.
Coba kita review kembali doa yang biasa kita bacakan menjelang tidur, kita sering berkata: "Bismika Allahumma ahya wa bismika ammut" Artinya : dengan menyebut nama-Mu Ya Allah aku hidup dan aku mati. Ketika membaca do'a itu, kita yakin semua disini hafal do'a itu, tetapi apakah semua kita PAHAM arti dan makna pesan dari do'a itu? Dalam doa tersebut sebetulnya ada satu pesan supaya kita balance dalam persiapan hidup dan persiapan mati untuk hari esok atau dengan kata lain imbang untuk persiapan bekal HARI TUA DAN BEKAL KEMATIAN.
Tapi bila kita lihat kepastiannya, MATIlah yang lebih PASTI dari pada masih bisa hidup pada esok hari. Inilah mungkin yang sering kita lupakan.
Al-Ghazali pernah ditanya oleh seseorang : "Wahai tuan apa yang semakin hari semakin mendekat dalam kehidupan ini?" Jawab Al-Gazali: "Yang kian hari kian mendekat dalam kehidupan ini adalah kematian". Allah banyak sekali mengingatkan kita tentang orang yang menyesal karena saat kematian tiba bekal yang dibawanya merasa tidak cukup dan merengek kepada Allah supaya jangan dulu dimatikan atau dikembalikan lagi ke dunia (QS Al-Munafiqun [63] ayat 8-11). Rasul Muhammad SAW sering mengingatkan bahwa orang yang paling smart/cerdas adalah orang yang banyak mengingat kematian dan mempersiapkan BEKAL untuk itu.
Kawan, saat itu kawan saya yang pejabat menyalami sang khotib Jum'at dengan berkata: "Kawanku, sekarang aku sudah paham dan setuju bahwa BEKAL KEMATIAN lebih penting daripada BEKAL HARI TUA". Kita semua kembali ke ruang meeting, tetapi kemana seorang kawanku tadi, sekretaris melapor bahwa ternyata dia masih di masjid, kelihatan merenung sendirian. Dan Innalillaahi wa inna lillaahi roji'un, esok harinya beliau masuk ICU dan sehari kemudian beliau berpulang ke rahmatullah. Kita semua tercenung dengan renungan ujian praktek kehidupan ini. Aku terhentak: SUDAH cukupkah BEKAL ku untuk menjemput kematian yang PASTI akan tiba??? Buat apa deposito bank nanti? Apakah aku akan juga menikmatinya, apakah aku juga akan sampai pada HARI TUA yang rata-rata dengan apiknya kita persiapkan? TERNYATA MEMANG BENAR BAHWA MEMPERSIAPKAN BEKAL KEMATIAN LEBIH PENTING DARIPADA MEMPERSIAPKAN HARI TUA YANG BELUM TENTU KITA AKAN SAMPAI PADA USIA HARI TUA ITU.
Hari ini aku kembali tercenung lagi dengan SMS seorang lulusan STM yang pernah bangkrut kemudian bisa merangkak lagi meraih kehidupan dunianya dengan pekerjaannya yang baru, bunyinya begini: "AssWrWb. Mas, lebih setahun saya sempat terpuruk, alhamdulillah sekarang mampu berzakat lagi. Saya kangen berzakat lagi. WassWrWb.
Subhanallaah, saya menitikkan air mata, dengan sebuah kata "KANGEN" (=rindu), beliau 'kangen berzakat' lagi.
Wassalamu'alaikum Wr Wb
Pesantren al-Quran dan Teknologi DURIYAT MULIA http://www.duriyat.or.id. email: duriyat@bdg.centrin.net.id.
pudjo rahardjo, nurjaeni, ade sutisna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar