Selasa, 09 Februari 2016

Makanan Sehat Adalah Kunci Tubuh yang Sehat

Helga Angelina


Helga Angelina (www.burgreens.wordpress.com)
You are what you eat, begitu pepatah dari dunia Barat berbunyi. Maknanya kira-kira adalah diri Anda ditentukan oleh apa yang Anda makan. Sehingga jangan kaget saat tubuh Anda sering sakit, jika sehariharinya Anda masih makan makanan yang tidak sehat. Untuk mendapatkan tubuh yang sehat, dibutuhkan makanan yang menyehatkan.
Itulah yang diyakini betul oleh Helga Angelina. Sejak kecil, perempuan berrambut panjang ini sering sakit-sakitan. Saat duduk di bangku SMP, ia sudah divonis mengidap penyakit infeksi ginjal, liver, asma, sinus dan eksim.
“Maklum, aku kan anak dokter. Sudah jadi pengetahuan umum kalau anak dokter itu justru paling gampang sakit. Sebab dari kecil, sakit sedikit, aku langsung dikasih obat,” tuturnya saat berbincang-bincang dengan SP di restoran Burgreens Tebet, Jakarta Selatan, belum lama ini.
Helga pun lelah dengan penyakit-penyakit yang ia derita. Lantas ia mencoba mencari jalan alternatif untuk menyembuhkan diri dengan membaca berbagai buku. Salah satu yang menarik minatnya adalah buku tentang food combining karangan Andang Gunawan. Ia pun mencoba mempraktikkannya.
Namun Helga merasa tak cukup. Ia banyak membaca lagi dan melakukan riset sendiri. Akhirnya ia mengubah pola makannya menjadi vegan, serta memperbanyak konsumsi raw food. Saat bermukim di Belanda, gaya hidupnya semakin konsisten. Tubuh Helga pun semakin sehat. Semua penyakitnya hilang tanpa jejak.
Dari situlah ia kemudian berniat untuk berbagi gaya hidup ini kepada masyarakat. Kebetulan di Belanda, ia bertemu dengan Max Mandias, yang juga mendapatkan manfaat dari gaya hidup vegan dan raw food ini.
“Saat kami mau pulang ke Jakarta, kami ngobrol dengan teman-teman di sini. Ternyata saat itu, konsep raw food belum dikenal. Enggak usah restoran raw food ya. Di Jakarta restoran makanan sehat pun masih susah ditemukan. Kami pun sepakat untuk memperkenalkan raw food dengan membuka restoran Burgreens,” kisah Helga.
Berlokasi di kawasan Rempoa, Jakarta Selatan, Burgreens pun dibuka pada November 2013 dan langsung mendapatkan sambutan cukup baik dari para pecinta makanan sehat. Apalagi, Burgreens kerap menggelar berbagai acara yang merangkul komunitas-komunitas pegiat gaya hidup sehat.
Kini, menu-menu yang disajikan juga amat beragam. Total terdapat sekitar 50 menu yang disajikan Burgreens, terdiri atas makanan, minuman dan camilan. Semua dibuat tanpa MSG, kadar gula, garam dan sodium yang minim serta menggunakan bahan-bahan organik lokal.
Helga berkisah, ia dan Max memang berkomitmen untuk memilih bahan-bahan organik dari petani lokal. Selain lebih sehat dan lebih enak, bahan-bahan tersebut juga terjamin kualitasnya.
“Buat apa beli sayur organik tapi impor dari Amerika, misalnya. Bayangkan, untuk proses distribusinya berapa lama. Dan supaya sayur itu bisa tahan lama sampai di sini, enggak mungkin kalau enggak diberi zat kimia apa-apa. Itu saja sudah merusak makna organiknya,” katanya.
Untuk beberapa bahan yang memang tak bisa ditemukan di Indonesia, barulah Helga dan Max menggunakan bahan impor. Itupun diupayakan sesedikit mungkin.
“Saat ini, kami baru 80 persen menggunakan bahan lokal. Ke depannya ingin 100 persen agar sesuai dengan konsep kami yakni local twist,” tambahnya.
Dalam mendapatkan bahan-bahan organik, Helga berupaya untuk membeli langsung dari petani. Ia enggan membeli dari pengepul atau middle man, meski harga yang ditawarkan lebih murah. Menurutnya, ini adalah salah satu bentuk kepedulian kepada nasib petani.
“Kalau dapat harga murah dari middle man, bisa dibayangkan, si petaninya cuma dapat berapa? Makanya saya selama ini pilih beli bahan-bahan dari petani itu sendiri supaya dia bisa langsung menikmati hasil jerih payahnya,” kata Helga.
Ayurveda
Meski mengusung konsep vegan dan raw food, Helga mengakui bahwa Burgreens tidak melulu menyajikan makanan mentah. Sebab, berkaca dari pengalaman pribadinya, 100 persen mengkonsumsi makanan mentah itu ternyata tidak selalu cocok untuk setiap orang. Sehingga di sini pun bisa ditemui burger yang menggunakan sayur mayur organik, gandum organik untuk roti, serta kacang-kacangan atau jamur organik untuk adonan patty-nya.
“Sebelum buka Burgreens, Max ambil kursus mengolah raw food bersertifikat di Ubud. Kami pernah mencoba tiap hari makan raw food tapi hasilnya kurang baik. Akhirnya kami belajar konsep Ayurveda serta belajar bahwa konsep makanan itu harus disesuaikan dengan tipe badan masing-masing orang,” jelasnya.
Konsep ayurveda sendiri sesungguhnya sudah berakar di masyarakat Indonesia sejak beberapa abad lampau. Sayangnya, konsep kesehatan kuno yang bertumpu pada keselarasan tubuh serta aspek-aspek di sekelilingnya itu kini sudah banyak ditinggalkan. Padahal menurut Helga, jika konsisten menjalankan ayurveda dan makan makanan yang sehat, seseorang akan bisa menyembuhkan dirinya sendiri.
“Karena itu, kami menilai, makanan sehat sesungguhnya amat dibutuhkan oleh orang-orang yang tinggal di perkotaan karena di situlah lokasi dengan tingkat stres dan polutan yang sangat tinggi,” tuturnya.
Kini, Burgreens berkembang menjadi restoran organik, vegan dan raw fod dengan dua cabang. Cabang terbarunya berlokasi di kawasan Tebet, Jakarta Selatan yang menurut Helga, lebih dekat dengan pusat kota.
Pegawainya pun semakin bertambah. Total terdapat sekitar 20 orang pegawai yang bekerja di dua restoran Burgreens, serta rumah produksinya.
“Rumah produksi itu untuk memproduksi beberapa bahan yang kami buat sendiri seperti butter dan selai organik yang dijual di restoran kami,” pungkasnya.
Suara Pembaruan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar