Jumat, 27 Februari 2015

Produktif di Masa Pensiun

Pesona Karier Kedua
Menurut pengamatan Rhenald Kasali, pakar manajemen dan kewirausahaan, ada pergeseran pola bekerja dalam masyarakat kita. Di masa lalu, orang cenderung memiliki loyalitas tinggi untuk menikmati satu karier saja sepanjang hidupnya, terutama golongan karyawan dan eksekutif. Bahkan, tak hanya loyal pada satu jenis bidang saja, tapi juga pada satu perusahaan sampai pensiun.

Namun, seperti yang dipaparkan Rhenald dalam buku Cracking Zone, kini telah terjadi peralihan dari ‘budaya kucing’ menjadi ‘budaya cheetah’. Banyak perusahaan yang berubah menjadi lebih dinamis, agresif dan kompetitif, seperti halnya hewan cheetah yang gesit, sehingga turn over  karyawan semakin tinggi. Dengan begitu, karyawan pun terpacu agar tak terlena dengan zona nyaman.

Nah, kalau berhenti bekerja atau keluar dari ‘sangkar emas’ di usia ‘kepala empat’ bahkan menjelang pensiun, selanjutnya apa yang mau dilakukan? Sejak lima tahun terakhir ini, menurut Rhenald, dunia kerja di Indonesia mulai mengenal istilah ‘karier kedua’. Merintis lagi karier yang benar-benar baru di usia yang tak muda lagi bukan hal yang mustahil. Seperti yang ditegaskan oleh Rhenald, tak ada batasan usia untuk mencoba hal baru dan mengembangkan potensi.

Berdasarkan hasil angket pembaca Pesona (2010), menunjukkan bahwa 66 persen wanita merencanakan untuk memiliki usaha sendiri dalam 5 tahun ke depan. Selain karena mencapai titik jenuh terhadap pekerjaan yang digelutinya, mereka ingin mewujudkan karier impian yang sesuai passion atau mencari tantangan baru yang membuat hidup lebih bergairah.

Karier kedua juga menjadi solusi yang tepat untuk masa pensiun. Menjelang pensiun, kalangan wanita karier rentan dihantui kekhawatiran membayangkan rutinitas bekerja akan mendadak berhenti. Dengan ‘dipaksa’ berhenti bekerja seakan dunia berhenti berputar. Padahal memasuki usia pensiun bukan akhir dari segalanya. Dengan menjalani karier kedua, ketakutan semacam itu tak perlu terjadi.

Walaupun telah pensiun, bila kondisi fisik dan psikis masih memungkinkan, Anda masih punya kesempatan untuk melakukan kegiatan produktif. Tentu Anda juga tak mau membuang waktu yang tersisa hanya untuk hal yang tak bermakna. Apalagi kegiatan yang bisa merangsang aktivitas fisik dan mental tetap diperlukan supaya terhindar dari penyakit demensia atau dikenal dengan istilah pikun, bahkan yang lebih berbahaya yaitu alzheimer. Dengan memiliki karier kedua, Anda berpeluang mendapatkan kepuasan batin karena bisa menjalani hidup yang lebih bermakna dengan terus berkarya, dan mampu hidup mandiri secara finansial.

Bahkan pihak pemerintah di Amerika Serikat tengah gencar mendukung program encore career, yakni karier lanjutan bagi karyawan berusia 40-an yang ingin meniti karier baru sebagai persiapan menjelang pensiun. Dengan begitu, mereka tak menjadi 'pengangguran terselubung’ yang membebankan keluarganya dan negara. (http://www.pesona.co.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar