Kamis, 09 Oktober 2014

Mempersiapkan Dana Pensiun dengan Cara yang Menyenangkan dari Sekarang


Bapak Engkus, 63 tahun, adalah seorang pensiunan guru SD yang kini menghabiskan waktu tuanya di sebuah kampung di Kabupaten Bandung. Selama kurang lebih 40 tahun, Beliau mengabdikan jiwa dan raganya untuk mendidik anak-anak negeri sebagai pahlawan tanda jasa. Ketika bekerja, Bapak Engkus diikutsertakan dalam sebuah program jaminan hari tua yang rutin dipotong dari gaji bulanannya. 

Tiga tahun lalu, Bapak Engkus memasuki masa purnabaktinya dan beliau menerima uang sebesar Rp 33 juta sebagai uang pensiun. Ketika ditanya apa yang akan Bapak Engkus lakukan di masa pensiunnya, Beliau diam saja dan cenderung tidak tahu apa yang akan dilakukan untuk mengisi hari-harinya.
Kumaha engke wae lah neng Mita…” - (Bagaimana nanti saja lah Neng Mita), tuturnya dalam Bahasa Sunda.
Mendengar jawaban seperti itu, saya diam saja. Saya tidak berani berargumen lebih lanjut, takut beliau tersinggung. Berhari-hari saya mengamati kegiatan beliau dan terkadang mengajaknya mengobrol santai sekedar pelepas penat. Pagi dan sore hari diisinya dengan menyiram tanaman, subuh dan magrib diisi dengan sholat berjamaah di mushola, dan waktu lainnya beliau gunakan untuk istirahat tidur dan bersosialisasi dengan para tetangga.
Bapak Engkus sedang merenovasi rumahnya
Bapak Engkus sedang merenovasi rumahnya
Suatu pagi, saya tidak melihatnya menyiram tanaman. Rupanya beliau sedang menerima seorang tamu yang kemudian saya ketahui adalah seorang pegawai bank yang menawarkan dana pinjaman. Sifatnya yang “tidak tegaan” untuk menolak, membuatnya menandatangani sebuah perjanjian hutang dengan bank sejumlah 50 juta rupiah.
Dengan modal uang pensiun dan pinjaman dari bank, Bapak Engkus kemudian merenovasi rumahnya. Beliau bercita-cita ingin memiliki rumah yang bagus dan layak dimasa tuanya sebagai sarana untuk berkumpul bersama jika anak-anak, menantu, dan cucu-cucunya datang.
Bapak Engkus memang berhasil mewujudkan sebuah rumah impian yang bisa dikatakan lumayan mewah. Namun sayang, justru ketika disaat tuanya, Beliau harus hidup terlilit hutang. Uang bulanan pensiun yang seharusnya dapat digunakan sebagai bekalnya, justru sebagian besar harus Beliau gunakan untuk membayar cicilan hutangnya.
***
Lelah bekerja di saat ketika masih muda harus terbayar lunas dengan kebahagiaan dan ketenangan di masa tua. Saya tidak ingin seperti Pak Engkus harus hidup dikejar-kejar hutang ketika nanti sudah tidak produktif lagi.
Hidup dengan mengandalkan belas kasihan anak juga bukan impian saya. Memang anak harus berbakti dan berbalas budi kepada orang tua dengan cara memuliakannya dan juga mengedepankan aspek kekeluargaan. Namun adakalanya mereka memiliki kesibukan dan tidak mungkin 100% bersama-sama terus dengan kami sebagai orang tuanya.
Jika saya masih diberi kesempatan untuk menikmati masa tua, saya mengimpikan kehidupan yang:
1. Mandiri.
Anak-anak pasti nanti sudah punya kehidupannya masing-masing dengan keluarganya yang baru. Siap atau tidak siap, kami sebagai orang tuanya harus rela untuk berpisah dari mereka. Saya hanya tidak ingin menambah beban mereka. Mandiri bersama suami, saya yakin pasti bisa.
2. Sejahtera.
Suami saya seorang PNS yang nasibnya sama dengan Pak Engkus, yaitu sama-sama menerima uang pensiun bulanan. Tapi saya tidak mau uang pensiunan suami saya habis untuk bayar hutang seperti yang dilakukan Pak Engkus. Saya mengidamkan bahwa kelak kami bisa mencukupi kebutuhan primer, sekunder, dan tersier kami sendiri tanpa perlu berhutang dan mengobrak-abrik uang pensiunan suami. Bisa travelling ke tempat wisata yang belum pernah kami kunjungi, bisa silaturahmi ke sanak-saudara, bermain bersama cucu tercinta, berkebun, dan berolahraga bersama adalah impian yang indah yang wajib diwujudkan kelak.
3. Bermanfaat.
Tua renta bukan berarti kami diam saja dirumah, tidak produktif, dan tidak bermanfaat bagi sesama. Jika suami sudah pensiun nanti saya ingin bersama-sama dengannya mengembangkan usaha bersama, misalnya membuka galeri furniture berbahan dasar jati sesuai dengan passion kami berdua. Dengan membuka usaha, kami masih bermanfaat dengan memberikan lapangan kerja bagi orang lain.
Masa pensiun impian saya dan suami
Masa pensiun impian saya dan suami
RENCANAKAN SEKARANG!
“Yah, kapan kira-kira Ayah pensiun” . Tanya saya kepada sang suami.
Jika Ayah, jadi Profesor, In Shaa Allah umur 70 tahun. Berarti masih 40 tahun lagi.”
Masa pensiun suami masih lama. Jika pakai hitungan normal, suami akan pensiun di umur 60 tahun, yang berarti 30 tahun lagi. Jika berkesempatan menjadi Profesor, bisa jadi masa kerjanya akan bertambah 10 tahun lagi dan baru bisa pensiun umur 70 tahun.
Ambil amannya, suami akan pensiun umur 60 tahun. Berarti ada waktu 30 tahun untuk bekerja mengumpulkan dana pensiun. Jika toh pada akhirnya nanti kami memutuskan untuk tidak bekerja lagi di masa tua, maka pilihan yang paling aman adalah mengandalkan dana pensiun.
Menyiapkan dana pensiun bisa dilakukan sejak muda. Jika bisa dilakukan sekarang, mengapa harus menunggu nanti. Menunda-nunda sesuatu yang bisa dikerjakan sekarang hanya akan menimbulkan masalah dikemudian hari. Awal mula dari sebuah keberhasilan adalah rencana yang baik dan matang.
Mempersiapkan dana pensiun semakin dini maka akan semakin bagus, ini berarti bahwa kita punya cukup waktu untuk menjadi mandiri dan sejahtera. Perlu dicatat bahwa nanti kita hanya akan mendapatkan uang pensiun paling tinggi sekitar 30% dari pendapatan terakhir saja sehingga 70% dana harus dicukupi dari sumber lain. Widiihh.. jadi semangat menyiapkan dana pensiun dari sekarang nih.
Jika rencana pensiun sudah matang, maka dapat menyusun langkah-langkah untuk mewujudkannya.
LAKUKAN SEKARANG!
“Masa muda adalah masa dimana kita berada pada titik terkuat diantara dua titik terlemah manusia”
1. Kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas.
Mumpung masih muda, stamina masih prima, saat inilah kita bisa kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas. Bekerja keras dengan sungguh-sungguh untuk mencapai target dan sasaran yang telah ditetapkan. Saya berusaha tidak hanya mengandalkan pemasukan dari satu pintu saja, tapi juga berusaha ikut membantu suami mencari penghasilan tambahan. Berkerja secara cerdas agar bisa melihat peluang dan mencari solusi dari setiap permasalahan yang dihadapi, dan pada akhirnya harus berkerja ikhlas dengan hati yang tulus, pikiran yang positif, dan memasrahkan hasilnya kepada Allah SWT.
2. Investasi.
Masih kental dalam ingatan saya, ketika masa panen raya padi tiba. Setelah selesai panen, Ibu-Ibu akan berbondong-bondong ke toko emas guna menukarkan uang hasil penjualan gabahnya untuk dibelikan emas. Mereka berpendapat mengenakan emas berarti menabung dan berhias. Cara lama yang bagus, mudah, dan efektif untuk berinvestasi. Saya pun tertarik mengadopsi cara ini.
Berinvestasi secara sederhana juga sudah saya ajarkan pada anak kami, Akmal (16 bulan). Saya buatkan celengan sederhana untuknya yang terbuat dari kaleng bekas biskuit. Cukup lubangi atasnya dan lakban tutupnya agar tidak mudah dibuka-buka. Akmal memang belum bisa mencari uang sendiri, tapi kadang kala dia mendapat amplop ang pao dari kakek-nenek dan saudara. yang kemudian kami masukkan ke dalam celengannya. Jika membutuhkan dana untuk keperluan Akmal, maka kami akan mengambil dari celengannya. Umur 13 bulan, Akmal sudah bisa membeli sepeda dari hasil jerih payahnya sendiri.
3. Menerapkan pola hidup sederhana, hemat, dan sehat.
Ketika masa pensiun tiba, otomatis pendapatan akan berkurang, tidak seperti ketika masa produktif. Mungkin nanti tidak akan sering makan di luar, jalan-jalan, atau berbelanja. Nanti akan lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk bersilaturahmi, kumpul keluarga, mengasuh cucu, dan beribadah. Dengan menerapkan pola hidup yang sederhana dan hemat saat ini, kita bisa menyisihkan dana untuk digunakan saat pensiun nanti sehingga kita tetap bisa makan di luar, jalan-jalan, atau berbelanja. Dan jika kita tetap konsisten untuk menerapkan pola hidup yang sehat maka kita dapat menekan pengeluaran untuk biaya berobat dan mengurangi resiko sakit. Berbelanja di tukang sayur dekat rumah daripada di supermarket selain bisa menghemat pengeluaran juga bisa menyehatkan, karena kita akan terbiasa berjalan untuk menuju warung sayur.
4. Mendaftar layanan program pensiun
Mendaftarkan diri menjadi peserta layanan program pensiun adalah langkah penyelamat dan tepat agar kelak di hari tua kita tetap dapat menikmati masa muda. BNI Simponi menjawab kebutuhan ini.
Untuk mendaftar sebagai perserta BNI Sinponi, caranya cukup mudah yaitu datang ke Kantor Cabang BNI terdekat dengan membawa fotocopy KTP dan mengisi aplikasi sesuai dengan identitas diri serta menyetor iuran awal minimal sebesar Rp 250.000. Setelah itu setoran minimal Rp 50.000.
Benefit yang didapat selama menjadi peserta BNI Simponi
  • Iuran fleksibel.
  • Tidak kena pajak.
  • Arahan investasi dapat ditentukan oleh peserta.
  • Dana peserta akan dikembangkan.
 Saya tidak bisa membayangkan jika saya tidak merencanakan dana pensiun sedari sekarang. Bisa saja saya nanti hidup tak tenang karena dikejar-kejar hutang dan uang tabungan melayang, ludes untuk gali lubang tutup lubang. Di satu sisi, saya prihatin dengan kondisi Pak Engkus, tapi disisi lain, saya berterimakasih karena saya bisa memetik pelajaran dari kehidupan yang dijalaninya, bahwa kita semestinya mempersiapkan masa pensiun dari jauh-jauh hari dan tinggal memetik nikmatnya di masa tua nanti.
Menyenangkan ya kalau sudah tau langkah-langkah mempersiapkan dana pensiun dari sejak muda. Selain itu, bergabung dengan BNI Simponi juga cukup mudah dan menguntungkan. 
Dan semoga Pak Engkus dan generasinya ikut membaca tulisan ini sehingga nanti akan tetap dapat menikmati masa muda di hari tua. (http://menarahati.wordpress.com/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar