Banyak mitos, kepercayaan, desas-desus
dalam Masyarakat kita yang kadang-kadang lebih banyak salahnya, tetapi
dianggap sebagai suatu kebenaran. Mitos ini tentu dapat mengakibatkan
hal yang buruk pada mereka. Mitos-mitos tentang olahraga pada usia
lanjut juga banyak beredar. Akibat mitos-mitos ini dan faktor lain,
secara tidak langsung berpengaruh terhadap kebiasaan olahraga mereka. Di
Amerika saja, yang dianggap kesadaran penduduknya untuk berolahraga
lebih tinggi, hanya 1 dari 4 penduduk usia lanjut, usia lebih dari 65
tahun yang masih aktif berolahraga. Beberapa mitos itu diantaranya
adalah:
1. Saya sudah tua, saya tidak perlu
olahraga. Usia yang tua sendiri sering menjadi pembenaran untuk tidak
berolahraga. Pada hal, olahraga tidak mengenal batas usia, bayi yang
aktif bergerak akan jah lebih sehat daripada bayi yang diam, orang tua
yang lebih aktif juga demikian. Dengan kata lain, olahraga bermanfaat
untuk siapa saja, Anda berusia 10-20-30 atau bahkan 80 tahun, bila Anda
berolahraga Anda akan tetap merasakan manfaatnya. Salah seorang
kompasianer yang menanggapi artikel saya tentang susahnya berolahraga,
Pak Slamet Widjadi, sejak usia 50 tahun beliau mulai aktif berolahraga,
boleh dikatakan setiap hari. Sekarang, pada usia lebih dari 80 tahun,
beliau masih sehat, aktif dan masih mandiri. Di luar sana, para pelari
marathon, bahkan triathlon, mereka yang berusia 60, 70, 80 tahun, atau
ra bukanlah hal yang mustahil.
2. Jatuh dan cedera patah tulang. Takut
jatuh kemudian tulang patah sering juga jadi alasan tidak mau olahraga
para usila. Jatuh, tulang patah (fraktur) memang lebih banyak terjadi
pada usila, peneltian juga menunjukkan demikian. Tetapi jatuh dan lalu
tulang patah bukanlah akibat olahraga. Para usila sering jatuh dan
tulangnya patah hanya karena hal sepele, misalnya jatuh dari tempat
tidur, kepleset di kamar mandi, bukan pada saat aktif oleahraga. Pada
hal sebaliknya olaharaga, disamping bermanfaat memperbaiki
keseimbangan, meningkatkan kepadatan tulang, juga kelincahan mereka.
Semua faktor ini akan meurunkan resiko mereka jatuh dan tulang patah.
3. Saya sakit, saya sebaiknya tidak
berolahraga. Keluhan-keluhan seperti sakit pinggang, sakit lutut, atau
penyakit lain seperti hipertensi, diabetes, problem jantung sering
dianggap sebagai pembenaran untuk tidak berolahraga. Berlawanan dengan
anggapan seperti itu, olahraga sebaliknya dapat meurunkan hipertensi,
memperlancar aliran darah, memperbaiki sensitiftas insulin, menurunkan
kadar gula darah. Nyeri pada pinggang, lutut atau sendi lainnya akan
berkurang dengan aktifitas olahraga. Olahraga dapat mempertahankan dan
memperbaiki fleksibilitas dan memperkuat otot-otot sendi. Penelitian
yang dilakukan pada pasien dengan kelihan nyeri lutut yang berusia di
atas 60 tahun, olahraga Olahraga adalah obat, bahkan menurut beberapa
penulis bahkan lebih baik dari setumpuk obat yang harus dikonsumsi
setiap hari.
4. Saya sudah terlambat untuk olahraga,
percuma saja. Anggapan seperti ini juga sering saya dengar di lingkungan
para usila. Memang semakin awal Anda berolahraga akan semakin baik,
tetapi tidak berarti kita berolahraga setelah pensiun, usia anda
barangkali sudah mencapai 70 tahun, tidak ada gunanya. Pada saat kita
terbaring karena sakit, lumpuh misalnya, mengerakan ke dua tungkai saja,
walau dibantu orang lain bukanlah hal yang sia-sia. Otot-otot kita yang
sering mengecil, tulang yang rapuh, yang sering ditemukan pada para
usila, akan menjadi lebih baik, padat dengan semakin banyaknya Anda
bergerak. Peneltian pada usia lanjut, olahraga tidak hanya
mempertahankan massa otot, kepadatan tulang, tetapi juga
meningkatkannya. Otot dan tulang Anda akan semakin padat, risiko patah
tulang juga berkurang.
5. Saya bisa mengalami serangan jantung.
Mengalami serangan jantung pada saat olahraga memang sering kita
dengar, resiko itu bisa terjadi. Tetapi resiko itu jauh lebih kecil
dibanding manfaat yang diperoleh dengan olahraga. Walaupun Anda
penderita jantung koroner, olahraga tetap dianjurkan, hanya saja perlu
pengawasan dan saran Dokter yang merawat Anda.
6. Saya terlalu lemah, tidak kuat untuk
olahraga. Lemah seharusnya menjadi pendorong untuk seseorang untuk lebih
aktif bergerak, olahraga, bukan malah sebaliknya. Olahraga tidak hanya
membuat kita lebih kuat, bersemangat, tetapi juga dapat mengurangi
stress, tidur lebih enak. Gangguan tidur yang sering dialami para usia
lanjut, menjadi lebih baik bila mereka berolahraga secara teratur. Tidur
yang cukup, yang berkualitas membuat mereka lebih segar pagi hari.
7. Gym hanya untuk anak muda, bukan
untuk saya. Melihat orang tua olahraga di fasilitas fitness sangat
jarang sekali. Orang tua merasa itu bukan untuk dia. Pada hal sebenarnya
tidak ada masalah Anda ke sana, walaupun usia Anda misalnya sudah
mencapai 75 tahun. Disamping bermanfaat untuk Anda sendiri, melihat Anda
menggunakan fasilitas gym bisa menjadi model bagi anak muda yang lain.
Apalagi dalam usia itu misalnya Anda masih kelihatan sangat sehat,
bugar. Dan, bila Anda sering berada dalam lingkungan anak muda yang
aktif, semangat mereka juga akan menulari Anda.
8. Olahraga itu membosankan. Mitos
seperti ini sebenarnya tidak hanya meracuni pikiran orang tua, dan anak
muda, bahkan semua kita sering beranggapan demikian. Mitos ini bisa
saja benar bila Anda selalu melakukan aktivitas olahraga yang sama, di
tempat yang sama, apalagi bila Anda hanya melakukan sendiri. Tetapi,
bila Anda memilih aktivitas olahraga yang bervariasi, di tempat berbeda,
suasana berbeda, dengan teman-teman Anda, kebosanan itu akan hilang,
berganti dengan kesenangan, kegembiraan. Bahkan,aktivitas olahraga yang
Anda lakukan itu akan mereduksi stress yang mungkin Anda alami. Berjalan
kaki di lingkungan Mall, mendaki bukit, menjelajahi kampung-kampung
bersama teman Anda pasti akan sangat menarik.
Mempertahankan aktivitas di usia
senja Anda itu sangat berguna. Tidak hanya untuk kesehatan Anda secara
fisik, mental, emosi bahkan intelektualitas Anda akan tetap prima.
Mitos-mitos yang jelas salah tentang olahraga itu harus dibuang jauh.
Berapapun usia Anda, tetaplah aktif, bergerak, insya Allah Anda pasti
akan lebih baik. (Sumber: http://kesehatan.kompasiana.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar