Sebuah ilustrasi menarik disampaikan salah satu teman: “Jangan memberi beban saat menua!”
Banyak orang tua yang bekerja keras saat muda untuk mengejar tujuan membahagiakan keluarga dari sisi finansial, keharusan membesarkan dan menyekolahkan anak-anak, terkadang melupakan bahwa kerja keras itu adalah suatu konsekuensi dan tanggung jawab yang besar, tetapi bukanlah investasi kita di masa tua. Artinya itu bukanlah suatu pengorbanan yang berakhir dengan hukum balas budi dari anak-anak, dimana kita berharap saat tua nanti, anak-anak akan berbalik mengurus dan membiayai hidup kita.
Membayangkan seorang bapak tua di usia senja setiap bulan menanti dengan setia pengiriman dana untuk biaya hidup dari anaknya, seharusnya membuat kita berfikir untuk mulai mempersiapkan dana pensiun untuk diri sendiri mulai sekarang.
Mengingat tujuan hidup tidak hanya mengumpulkan kekayaan (wealth) untuk kepentingan financial saat ini dan masa mendatang, tetapi juga ada health (kesehatan) dan yang tidak kalah penting tentunya happiness (kebahagiaan) lahir batin yang kita harapkan seterusnya hingga usia senja dan akhir hayat.
Ada beberapa fakta yang harus kita cermati dan justru kadang terlewat kita pikirkan saat masa pensiun tiba. Hilangnya 80 sampai dengan 90% penghasilan tetap sebagai pegawai, lalu habisnya dana pensiun yang telah kita persiapkan hanya dalam beberapa tahun saja (tidak cukup), dan kedua hal ini akan mengakibatkan menurunnya standar atau gaya hidup kita. Fakta ini tentunya kita harapkan tidak terjadi dengan adanya perhitungan yang tepat.
Mari kita mencoba menghitung dana pensiun kita, meskipun biaya pensiun sering dianggap kebutuhan yang tidak populer atau tidak sepenting cita-cita membiayai anak sekolah, tetapi tentunya kita berharap tetap produktif dan bermanfaat bagi yang lain saat menua sampai akhir hayat, atau setidaknya tidak menyusahkan anak kita seperti ilustrasi di awal.
Mempersiapkan dana pensiun artinya tidak hanya membiayai hidup kita pasca usia pensiun (masa tidak produktif) tetapi juga menghitung biaya untuk kesehatan, yang tidak kalah besar, mengingat di usia senja biasanya diiringi dengan berkurangnya fungsi anggota tubuh dan tentunya memerlukan perawatan yang lebih dibandingkan saat usia muda umumya.
Untuk menghitung biaya hidup pasca pensiun dan biaya kesehatan di masa pensiun, beberapa data yang perlu dihitung adalah :
1. Berapa tahun lagi waktu tersisa untuk memasuki usia pensiun (usia pensiun, misal 55 tahun dikurangi usia saat ini)
2. Berapa tahun waktu yang kita perkirakan menikmati masa pensiun (dengan menggunakan asumsi usia maksimal hidup, misal 80 tahun dikurangi usia pensiun)
3. Biaya yang kita perlukan untuk biaya hidup atau perkiraan biaya kesehatan kita saat ini, selama sebulan (misal biaya hidup dan biaya kesehatan saat ini selama sebulan, Rp 5 juta)
2. Berapa tahun waktu yang kita perkirakan menikmati masa pensiun (dengan menggunakan asumsi usia maksimal hidup, misal 80 tahun dikurangi usia pensiun)
3. Biaya yang kita perlukan untuk biaya hidup atau perkiraan biaya kesehatan kita saat ini, selama sebulan (misal biaya hidup dan biaya kesehatan saat ini selama sebulan, Rp 5 juta)
Dengan menggunakan asumsi usia saat ini 35 tahun dan inflasi 6% per tahun, maka nilai biaya hidup dan kesehatan akan menjadi sebesar sekitar Rp 16 juta/bulan (dalam waktu 20 tahun ke depan).
Dan untuk memenuhi kebutuhan hidup di masa pensiun selama 25 tahun (usia maksimal 80 tahun dikurangi 55 tahun usia pensiun), maka nilai yang harus kita persiapkan adalah sekitar sebesar Rp 11 milyar.
Artinya saat masuk usia pensiun dimana secara ekstrim kita sudah tidak produktif sama sekali, maka dana yang harus tersedia saat itu (atau 20 tahun lagi dari sekarang) adalah sebesar Rp 11 milyar, dengan asumsi dana tersebut akan kita simpan dalam bentuk dana yang likuid dengan asumsi return hanya 4% dan inflasi saat itu mencapai 10% per tahun.
Bagaimana mencapai nilai dana sebesar Rp 11 milyar dalam waktu 20 tahun mendatang itulah yang menjadi tugas atau “pekerjaan rumah” kita saat ini.
Dengan menggunakan asumsi return suatu produk investasi yang kita gunakan untuk memenuhi “tugas” tersebut adalah 25% per tahun, maka investasi secara bulanan yang harus kita lakukan adalah sebesar sekitar Rp 1.6 juta / bulan.
Mestinya cukup mampu untuk kita alokasikan sejak saat ini, ya!
Langkah selanjutnya yang harus kita pelajari adalah memilih produk investasi yang tepat untuk mencapai tujuan nilai masa pensiun yang telah kita hitung di atas.
Reksadana merupakan salah satu produk investasi yang tepat untuk mempersiapkan dana pensiun. Mengapa? Karena Reksadana memiliki beberapa ciri khas sebagai berikut :
1. Potensi hasil investasi menarik dan optimal untuk jangka panjang.
Karena kita akan melakukan investasi untuk masa pensiun dengan minimal jangka waktu 15 – 20 tahun, maka investasi pada Reksadana menjadi pilihan yang tepat untuk mencapai tujuan nilai yang sudah kita hitung sebelumnya.
Karena kita akan melakukan investasi untuk masa pensiun dengan minimal jangka waktu 15 – 20 tahun, maka investasi pada Reksadana menjadi pilihan yang tepat untuk mencapai tujuan nilai yang sudah kita hitung sebelumnya.
2. Likuiditas yang relatif tinggi
Setiap rencana tentunya ada risiko yang memerlukan kondisi pencairan dana setiap saat kita perlukan, maka Reksadana menjadi pilihan investasi yang tepat untuk kebutuhan ini.
Setiap rencana tentunya ada risiko yang memerlukan kondisi pencairan dana setiap saat kita perlukan, maka Reksadana menjadi pilihan investasi yang tepat untuk kebutuhan ini.
3. Dikelola tenaga ahli profesional
Dengan keterbatasan waktu dan ilmu yang kita miliki untuk melakukan investasi di pasar modal, maka adanya tenaga profesional (Manajer Investasi) akan sangat membantu kita untuk mengelola dana untuk persiapan dana pensiun kita.
Dengan keterbatasan waktu dan ilmu yang kita miliki untuk melakukan investasi di pasar modal, maka adanya tenaga profesional (Manajer Investasi) akan sangat membantu kita untuk mengelola dana untuk persiapan dana pensiun kita.
4. Kepemilikan atas nama
Jika kita bicara mengenai risiko maka berinvestasi di Reksadana memberikan kenyamanan pada kita dengan bentuk kepemilikan atas nama, artinya investasi kita di Reksadana akan dibukukan atas nama kita dan tidak dapat dicairkan tanpa instruksi dan hanya dapat dipindahkan pada rekening kita juga.
Jika kita bicara mengenai risiko maka berinvestasi di Reksadana memberikan kenyamanan pada kita dengan bentuk kepemilikan atas nama, artinya investasi kita di Reksadana akan dibukukan atas nama kita dan tidak dapat dicairkan tanpa instruksi dan hanya dapat dipindahkan pada rekening kita juga.
5. Akses di dalam instrumen yang beragam
Karena investasi di Reksadana adalah investasi dalam satu kumpulan dana investor yang dikelola oleh Manajer Investasi, artinya kita sebagai salah satu investor di dalam wadah Reksadana tersebut telah melakukan investasi pada instrumen yang beragam dalam nilai investasi yang terjangkau.
Karena investasi di Reksadana adalah investasi dalam satu kumpulan dana investor yang dikelola oleh Manajer Investasi, artinya kita sebagai salah satu investor di dalam wadah Reksadana tersebut telah melakukan investasi pada instrumen yang beragam dalam nilai investasi yang terjangkau.
6. Diversifikasi investasi dengan biaya murah
Dengan hanya dana sebesar Rp 250ribu kita sudah dapat melakukan investasi pada Reksadana untuk tujuan finansial kita.
Dengan hanya dana sebesar Rp 250ribu kita sudah dapat melakukan investasi pada Reksadana untuk tujuan finansial kita.
7. Insentif pajak untuk instrumen obligasi
Adanya pengenaan pajak yang lebih ringan atas instrumen obligasi pada wadah Reksadana dibandingkan jika kita (misal) melakukan pembelian obligasi secara langsung.
Adanya pengenaan pajak yang lebih ringan atas instrumen obligasi pada wadah Reksadana dibandingkan jika kita (misal) melakukan pembelian obligasi secara langsung.
Keistimewaan ciri khas ini yang membuat Reksadana menarik sebagai rekomendasi produk pilihan investasi jangka panjang.
Memilih jenis Reksadana yang tepat menjadi tugas kita selanjutnya. Dengan melihat jangka waktu investasi dana pensiun cukup panjang, Reksadana Campuran atau bahkan Reksadana Saham dapat menjadi pilihan, dengan target hasil investasi antara 15 sampai dengan 25% per tahun.
Namun harap tetap dicermati bahwa walaupun sangat menarik, adanya risiko investasi Reksadana tetap harus diantisipasi.
Beberapa risiko umum yang dimiliki Reksadana adalah tidak adanya jaminan atas keuntungan karena adanya risiko penurunan nilai, sehingga pemantauan secara intensif merupakan hal terpenting yang harus tetap kita lakukan untuk mengantisipasi langkah selanjutnya yang akan kita ambil dalam meminimalisir risiko yang akan terjadi.
Yang perlu diingat !
Dengan tidak berinvestasi ada risiko yang lebih besar yang akan kita hadapi, yaitu risiko tidak terpenuhinya kebutuhan finansial di masa mendatang.
Dengan tidak berinvestasi ada risiko yang lebih besar yang akan kita hadapi, yaitu risiko tidak terpenuhinya kebutuhan finansial di masa mendatang.
Investasi seperti menanam pohon, membayangkan 20 tahun kemudian tidak hanya ada anak cucu yang bersenda gurau di bawah pohon besar yang kita tanam saat ini, tetapi kita pun ikut menikmati keteduhan pohon itu bersama mereka.
Selamat berinvestasi!
(Ditulis oleh Ayu Widuri, VP Director & Head of Marketing PT Samuel Aset Manajemen. Artikel juga dimuat di Harian Nasional, 10 November 2013, halaman A8)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar