Sudah tiga tahun ini, Dr Ida Yusi Dahlan menyewa orang untuk menemaninya
menjalani hidup sehari-hari. Meski anak-anaknya tinggal di samping kiri
dan kanan rumahnya, kesibukan menyebabkan mereka tak bisa selalu
mendampingi sang ibu.
Selepas mondok dari rumah sakit gara-gara terserang stroke, Ida menyewa perawat
profesional untuk menjaga dan merawatnya. Langkah ini ditempuhnya atas
anjuran rumah sakit. Saat pulang dari rumah sakit, Ida jelas tidak bisa
langsung menjalani seluruh aktivitas sendiri. Mandi, jalan, minum obat,
dan makan, harus dibantu.
Setelah setahun ia mulai sembuh dari stroke. Ia pun bisa melakukan aktivitas sendiri. Sang perawat tidak
lagi dibutuhkannya. Namun, karena aktivitas dan geraknya sudah tidak
selincah waktu muda dan tidak sekuat sebelum sakit, ia menyewa orang
untuk menjadi temannya.
Ibu berusia 68 tahun ini menyebutnya sebagai penunggu atau pendamping
orang tua (POT). "Saya sebut demikian karena memang dia bukan perawat, melainkan teman yang membantu kegiatan saya sehari-hari," tutur mantan anggota DPR RI Komisi X ini.
POT yang disewanya ini membantu kegiatannya sehari-hari, seperti
mengangkat telepon, menemani jalan-jalan dan belanja, membantu naik
mobil, dan banyak hal lain. "Mandi dan makan tidak lagi dibantu karena
saya bisa sendiri meski ini juga bagian dari tugasnya," katanya.
Sedang Tren
Perawatan dan pengasuhan di rumah (perawat homecare)
memang sedang tren di zaman ini, bahkan menjadi kebutuhan. Kecenderungan
ini muncul dan dibutuhkan karena meningkatnya jumlah orang lanjut usia
di Indonesia. Data Komisi Nasional Lanjut Usia menyebutkan di tahun 2000
jumlah lansia mencapai 14,4 juta (7,18 persen) dan diperkirakan
meningkat 9,77 persen di tahun 2010 menjadi 23,9 juta jiwa.
Keengganan para lansia untuk dirawat di rumah sakit karena berbagai
alasan menyebabkan asuhan dan perawatan di rumah menjadi penting.
Demikian diungkapkan Dr Siti Setiati, Sp.PD, dari subbagian geriatrik
Ilmu Penyakit Dalam FKUI - RSCM. Karena itu, sekarang ini mulai banyak
penyedia jasa tenaga pengurus orang sakit (perawat) dan pendamping orang tua (perawat lansia).
Mengasuh orang tua memiliki tingkat kesulitan tersendiri, sehingga butuh keahlian. Setidaknya ada dua golongan profesi perawat orang tua yang disediakan. Yang pertama penunggu orang tua (POT) serta pengurus orang sakit (POS). Kedua, perawat homecare.
Dilihat dari lingkup pekerjaan, POT dan POS memiliki perbedaan yang
jelas. POT dan POS, bisa dilakukan oleh mereka yang lulus diploma satu
keperawatan atau SMU. Sedangkan perawat homecare harus dilakukan oleh mereka yang telah lulus sekolah khusus keperawatan setidaknya diploma tiga.
Petugas POT dan POS tidak boleh melakukan pekerjaan seperti memasang
infus atau kateter. "Kalau hanya merawat kateter agar higienis masih
boleh,". Lingkup POT dan POS hanya membantu klien menjalankan
aktivitasnya sehari-hari mulai dari makan, minum obat, sampai buang air
kecil dan besar.
Perbedaan POT dan POS terletak pada subjek yang dilayani, POT subjeknya
orang sehat, POS subjeknya orang sakit. Tenaga POT dan POs mesti siap 24
jam bila sewaktu-waktu dimintai bantuan. "Selain menunggui saya 24 jam.
POT bagi saya merupakan teman, karena orang tua seperti saya kerap
merasa sendiri dan sepi," ungkap Ida.
Agar bisa melewatkan waktu bersama-sama terus dengan nyaman diperlukan
adanya kecocokan antara klien dan pendamping. Sayangnya, kecocokan itu
tidak selalu mudah untuk dijalani. Hingga saat ini sudah lima kali Ida
berganti perawat atau pendamping.
Demi Kenyamanan
Lain dengan POT dan POS, perawat homecare dibutuhkan
khusus untuk pasien yang sedang sakit, sedang dalam proses penyembuhan
usai terserang stroke atau penyakit jantung, sampai pasien dalam fase
terminal seperti penderita kanker stadium lanjut. Mereka yang
menjalankan tugas ini haruslah perawat profesional yang memiliki izin kerja.
Pasien dengan penyakit fase terminal memiliki angka kesembuhan yang rendah. Perawat homecare dalam hal ini dibutuhkan untuk memberi rasa nyaman bagi pasien dan keluarga nya.
Penggunaan jasa perawat homecare dapat dimulai dari perawatan di rumah sakit kemudian dilanjutkan di rumah. "Bisa hanya menggunakan jasa satu perawat atau beberapa perawat dalam bentuk tim. Dalam satu tim yang kerjanya berdasar shift, anggota dapat dikombinasi terdiri dari pengurus orang sakit, perawat junior, dan perawat senior.
Perawat juga diharapkan dapat menemani pasien bila
menginginkan berobat ke luar negeri atau menjemput pasien yang mau
pulang berobat dari luar negeri. Dengan begitu, pengobatan dapat
diteruskan di Indonesia setelah serah terima antara rumah sakit di luar
negeri dan perawat yang akan meneruskan program perawatan di dalam negeri. @Abdi Susanto (http://www.yayasanperawatindonesia.com/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar