Sejak
gonjang-ganjing krisis moneter pada 1997, pensiun telah mengancam
siapa saja, baik karyawan yunior, senior, buruh sampai direktur.
Ancaman inilah membuat banyak karyawan yang tak pernah berfikir bisnis,
tiba-tiba mulai memutar otaknya. Hari gini sudah jamak orang mulai
menimbang peluang berbisnis menjelang pensiun.
Sayangnya, banyak yang
tanpa persiapan matang terjun ke gelanggang bisnis. Dari ribuan korban
PT QSAR atau berbagai bisnis bodong lainnya antara tahun 2000 s/d
2007, di antaranya adalah para pensiunan yang tergiur mendapatkan
penghasilan tetap di atas bunga deposito. Yang lain kehilangan uang
karena bermitra dengan pihak-pihak yang tak bertanggung jawab, atau
akibat sikap-sikap terlalu nekad, pede, dan menganggap remeh kesulitan
berbisnis.
Walaupun tingkat kegagalan bisnis yang terjadi di kalangan
pensiunan begitu tinggi , tetapi bisnis tetap menarik untuk
dipertimbangkan. Saat ini (tahun 2008), kalau kita hanya mengandalkan
pensiun dari perusahaan, atau membiarkan bank mengelola uang kita.
Mungkin kita akan bersedih di masa tua. Kita menghadapi periode yang
“aneh” dimana bunga yang ditawarkan oleh bank terlalu rendah untuk
mengejar inflasi. “Uang-uang malas” kita yang ber-leha-leha di bank
atau dana pensiun sangat tak bisa diandalkan pada saat pensiun nanti.
Bayangkan harga emas pada awal 2007 baru Rp 200.000an, pada awal 2008an
telah menembus Rp 300.000an per gramnya. Kenaikannya sebesar 30-35% %
per tahun. Bandingkan dengan bunga deposito rupiah yang hanya berkisar
6% per tahun. . Jadi tampaknya kita harus mencari jalan untuk memacu
uang agar lebih rajin bekerja!
Jalan yang menarik adalah bisnis.
Tentu saja bukan bisnis ala para pemula muda yang masih mak nyus itu.
Tetapi model binis yang dapat berjalan baik dan memberi rasa sejahtera
dan bahagia. Seperti kisah ibu Sri Soelatiningsih dan suami, pasangan
usia senja bercucu empat ini, masih giat mengembangkan bisnis kerajinan
lukis dan mengikuti pameran-pameran dagang. Pasangan sepuh itu tampak
berbahagia, Bu Sri membuat produk kerajinan, sang suami menorehkan
lukisannya di atas produk-produk itu. Atau Pak Bardi, pensiunan perwira
menengah Koramil Banjar berusia 62 tahun ini kini menikmati bisnis
tambak udang galahnya yang sangat menguntungkan dan menjadi koordinator
paguyuban petambak di desa Karya Mukti, Banjar.
Lima Kunci Sukses BisnisWalau
kita telah memasuki senjakala kehidupan, tetapi business is business.
Agar sukses berbisnis kita harus mengikuti semua kaidah bisnis. Maka
secara teknis dan kelayakan, bisnis harus disiapkan dan diuji sehingga
akhirnya bisnis dapat berjalan dengan baik.
Penulis menyarankan beberapa faktor kunci teknis bisnis yang harus dipertimbangkan oleh para pensiunan, yakni:
Potensi pasarnya harus baik, cek trafik yang lewat, tinjau usaha yang telah berjalan, lihat perilaku pelanggan.
Bahan baku dan teknologi produksi dapat diadakan dengan upaya yang wajar.
Tenaga terampil dan SDM dapat diadakan dari lingkungan sekitar.
Keuangan/Modal mencukupi, dapat disisihkan 25-30% dari tabungan pensiun.
Konsep usaha yang berbeda, beda dengan yang ada merupakan kunci sukses bisnis pemula.
Apabila
kita mampu menguraikan faktor-faktor kunci di atas itu menjadi sebuah
rencana usaha yang tertuliskan dalam 1 atau 2 lembar kertas, alangkah
baiknya! Rencana bagaikan peta yang menuntun kita dalam perjalanan
bisnis yang akan dilalui. Tentu saja ia bukan seperti peta geografis
yang kaku, ia bersifat dinamis yang bisa disesuaikan dengan dinamika
pasar dan bisnis.
Lima Kunci Sejahtera
Kesejahteraan
merupakan konsep yang melampaui kekayaan. Meminjam konsep pak Tung
Dasem, sejahtera tercapai jika kita dapat memenuhi gaya hidup normal
kita tanpa bekerja secara aktif. Artinya tanpa menghabiskan waktu 8 sd
10 jam sehari secara full-time, kita dapat menghasilkan pendapatan yang
layak. Saya tak ingin membicarakan tentang definisi berapa nilai uang
yang layak diterima setiap bulannya, karena kebutuhan gaya hidup orang
berbeda-beda, tetapi yang terpenting konsep ini penting bagi para senior
yang seyogyanya sudah mulai mengurangi jam kerjanya karena pertimbangan
usia atau yang lainnya. Jam kerja yang berkurang tetapi tetap
mendapatkan penghasilan yang memadai merupakan intisari konsep
sejahtera..
Beberapa kunci yang disarankan untuk mencapai kesejahteraan bagi para pensiunan adalah:
Manfaatkan
aset yang dipunyai menjadi aset produktif bisnis semaksimal mungkin.
Di antaranya adalah aset fisik misalnya tanah, bangunan, peralatan, atau
stok bahan, aset intelektual & emosional, seperti pengetahuan,
keterampilan, kebijaksanaan, kesabaran, ketelitian, aset sosial antara
lain jaringan yang terkumpul selama ini baik dari pekerjaan maupun
pergaulan, menjadi sumber untuk peningkatan pengetahuan maupun
pemasaran.
Jadikan aset yang kita punyai memiliki nilai strategis
dalam bisnis, sehingga posisi kita menjadi faktor kunci yang tak mudah
digantikan oleh orang-orang operasional.
Jalankan suatu konsep bisnis
yang sudah teruji secara menyeluruh atau sebagian, jangan memulai
sebuah konsep yang bersifat coba-coba dan berisiko tinggi.
Kembangkan
kader-kader operasional yang dapat mengurangi waktu keterlibatan
operasional kita. Ingat kunci-kunci strategis tetap di tangan kita.
Berpeganglah
pada strategi defensif dengan membangun benteng yang kokoh di sekitar
aset kita untuk sewaktu-waktu menyerang secara selektif. Sebaiknya
hindari strategi agresif total karena membutukan ketahanan mental dan
sumber daya yang besar.
Lima Kunci Bahagia
Masa
lewat paruh baya (untuk tidak mengatakan tua) seyogyanya dipenuhi dengan
rasa bahagia. Bahagia yang timbul dari rasa menyayangi apa yang kita
kerjakan dan melihat hasil kerja kita bermakna bagi sesama dan di mata
Tuhan. Maka rasa bahagia seyogyanya muncul pula dari usaha bisnis.
Setiap detik dalam menjalani proses bisnis haruslah kita nikmati.
Sedangkan bonus berupa output bisnis entah itu produk/jasa serta
keuntungan yang menyertainya harus memberi makna. Alangkah indahnya
kita dapat menapaki senjakala usia dengan bahagia sejati yang dapat
menutup riwayat hidup dengan akhir yang baik.
Kebahagiaan dalam bisnis ini dapat diupayakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Pilihlah bidang bisnis yang paling cocok dengan sanubari yang
paling dalam. Renungkan dalam-dalam, bersyukur kalau bidang itu
merupakan keahlian kita selama ini karena tinggal diteruskan. Umumnya
hobi yang selama ini dijalankan atau masih sebatas diangankan dapat
menjadi bisnis yang cocok dengan sanubari kita.
2. Kuasai
proses bisnis secara rinci dan mendalam. Karena penguasaan atas proses
bisnis dapat menjadi kunci agar kita dapat menikmati setiap titik proses
setiap detiknya.
3. Usahakan agar produk/jasa yang dibuat
punya konteks kebermaknaan bagi masyarakat maupun Tuhan. Kalau buka
warung usahakan agar ada misi yang baik, misalnya harga yang terjangkau
sehingga bisa membantu guru dan anak-anak sekolah, atau produk-produk
sehat tanpa bahan kimia berbahaya. Janganlah membuat produk yang
menimbulkan konflik batin dengan sanubari kita.
4. Usahakan
agar dari hasil bisnis ada yang kita sisihkan untuk zakat, derma atau
sumbangan yang jumlahnya sesuai dengan keyakinan kita. Karena zakat
adalah makanan spiritual yang bisa menciptakan kebahagiaan sejati.
5.
Awalilah setiap kegiatan bisnis ini dengan niat yang baik dan
tulus, sabar dan kuatkan mental dalam menjaga proses bisnisnya, dan
selalu akhiri setiap kegiatan dengan rasa syukur karena Tuhan telah
memberi yang terbaik. (sumber: Djati Sutomo, http://bisnissedjati.blogspot.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar