Membangun keluarga dimulai dari pernikahan, membina hubungan pasutri, memiliki
anak dan hidup dalam keluarga besar. Semua itu memerlukan biaya alias
dana. Untuk itulah sebuah keluarga mesti mengatur pengeluarannya. Kebahagiaan
memang tidak ditentukan oleh banyaknya materi. Namun kecukupan materi
sebuah keluarga merupakan pondasi yang kuat dalam kehidupan berumah
tangga. Seberapa cukup? Itu yang sungguh relatif menilainya. Nilai
cukupnya seseorang sangatlah berbeda, tergantung berapa besar rasa
syukur yang dimilikinya.
Fase kehidupan ekonomi
Dalam kehidupan manusia terdapat fase kehidupan seseorang ditilik dari aspek ekonominya, yakni :
1. Fase menerima, adalah fase pada rentang usai 0-25 tahun dimana seseorang belum bekerja dan masih menggantungkan secara ekonomi kepada orang tua atau sanak saudara.
2. Fase memberi, adalah fase pada rentang usia 25-55 tahun, seseorang telah bekerja, produktif dan berpenghasilan. Ia sudah bisa membangun keluarga dan bertanggungjawab kepada anak/ istrinya.
3. Fase menikmati hidup, adalah fase seseorang sudah pada ujung usia produktif atau pensiun. Biasanya tidak lagi menerima penghasilan formal. Seharusnya dengan bekerja selama itu, ia sudah harus dapat hidup mandiri dengan memiliki simpanan dan pensiun misalnya.
Dari situlah kita mulai memahami bagaimana mengatur kehidupan termasuk mengatur kondisi keuangan. Suatu hal yang menarik adalah bagaimana mengelola antara
kebutuhan dan keinginan. Inilah pangkal pemborosan. Kita mungkin ingin
selalu makan enak di restoran, namun bisa 10 kali harganya dibandingkan
kita memasak sendiri. Untuk mengelola penghasilan, inilah beberapa tips yang perlu diperhatian :
1. Mengalokasikan dana rumah tangga secara bijak
ü Untuk kegiatan sosial/ infak/ zakat = berkisar 2,5 – 10%
ü Untuk biaya pendidikan anak = maksimal 20%
ü Untuk membayar kewajiban utang = maksimal 30%
ü Kebutuhan rumah tangga = maksimal 60%
ü Kebutuhan proteksi = maksimal 10%,
ü Kebutuhan rekreasi = maksimal 10%
ü Kebutuhan investasi = berkisar 10-20%
ü Hiburan lainnya = maksimal 5%
Dan jumlah totalnya tentu harus 100 %, kalau melebihi artinya besar pasak daripada tiang.
Dengan acuan persentase alokasi dana diatas, jumlah penghasilan yang
kita punyai hendaknya dialokasikan dengan bijak. Berapapun besar
kecilnya penghasilan kita !
2. Menyiapkan dana darurat untuk 3-6 bulan
Dana darurat sebesar 3-6 bulan biaya bulanan
ini dipergunakan untuk mengantisipasi berbagai kejadian tak terduga,
seperti kena PHK, mengalami kecelakaan, sakit berat dan dirawat di rumah
sakit, kebakaran dan musibah tak disangka lainnya.
3. Memproteksi jiwa maupun aset keluarga
Asuransi perlindungan diperlukan untuk melindungi jiwa anggota keluarga maupun untuk keperluan lainnya (asuransi jiwa, kesehatan, kecelakaan, mobil, properti). Asuransi saat ini sudah mulai berkembang dengan baik dan diterima oleh masyarakat.
4. Menyiapkan dana pendidikan anak
Anak
merupakan titipan Tuhan, anak juga bagian dari “investasi” masa depan.
Apabila anak-anak sukses, tentu tidak akan membebani kita di masatua.
Untuk itulah perlu “modal” untuk pendidikan anak sampai jenjang setinggi
mungkin.
5. Melakukan investasi untuk masa depan
Bentuk investasi dapat mulai dari yang tradisional sampai fitur keuangan modern. Anda bisa memiliki tabungan/deposito, properti, logam mulia, bisa juga dalam bentuk obligasi, reksadana, dana pensiun dan bentuk-bentuk investasi lainnya yang dirasakan aman.
6. Bijak dalam berutang
Tidak
ada yang salah dalam berutang. Utang bisa berbentuk konsumtif maupun
produktif. Untuk keperluan konsumtif, anda harus benar-benar bijaksana
memilih barang yang memang dirasakan membawa manfaat dan tidak
berlebihan. Sementara utang produktif bisanya untuk membuka usaha,
misalnya usaha dipegang oleh istri. Sebagai acuan, beban cicilan utang
tidak lebih 30% dari total penghasilan. Begitu pula lembaga pembiayaan
seperti bank dan perusahaan pembiayaan, juga akan menggunakan rumus
tersebut.
Masa tua yang indah dan bahagia
Perjalanan
panjang kehidupan idelanya diisi sebanyak mungkin dengan rona
kebahagiaan. Selain persiapan yang bersifat material juga perlu asupan
spiritual dengan berbagai kegiatan keagamaan dan sosial agar hidup
menjadi seimbang. Dengan adanya pensiun atau usaha yang sudah mapan,
membuat kemandirian keuangan saat masa tua terjamin. Biaya hidup
tidaklah membebani anak-anak, malah bisa memberi uang jajan atau hadiah
untuk cucu-cucu. Semua itu dimulai dengan perencanaan keuangan yang
baik. Syukur bisa memberikan warisan buat anak cucu. Oh ya warisan terbaik seorang Kompasianer, ya buku karya anda sendiri tentunya. (http://edukasi.kompasiana.com)
Referensi :
http://sikapiuangmu.ojk.go.id/id/article/150/perencanaan-keuangan-ibu-rumah-tangga-pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar