Tinggal bersama lansia bukan melulu
sesuatu yang tidak menyenangkan. Banyak hal yang bisa dipetik dari
mereka. Dengan melihat mereka, kita bisa lebih bijak memaknai kehidupan
ini. Seperti kata pepatah, “telah banyak makan asam dan garam kehidupan”
itu memang benar adanya. Emak, paman dan tanteku ini secara tidak
langsung mengajarkan bagaimana bersikap kala menua nanti. Memang sih,
mereka tidak selalu rukun. Seperti halnya kakak beradik yang lain,
mereka bertiga juga sesekali mengalami pertengkaran, namun tak bertahan
lama karena mereka kemudian tertawa bersama lagi.
Berikut ini adalah beberapa hal yang kusimpulkan dari hasil pengamatanku terhadap kepribadian emak, paman dan tanteku ini.
1. The power of giving- by Emak
Suatu hari aku melihat kesibukan emak di dapur yang sedang beraksi lagi dengan wajan tua milik beliau. Aroma bumbu menguar.
“Bikin apa, Mak?” tanyaku.
“Mi goreng. Nanti sekalian mau ngasih
tetangga,” sahut emak sambil memuat mi ke dalam wadah. Irisan telur
rebus menjadi penghias. Tak lama, wadah itu sudah cuss… sampai di rumah
tetangga.
Mi goreng adalah sebuah hidangan biasa,
yang mungkin setiap rumah sudah sangat sering membuatnya. Bahan-bahannya
pun murah meriah. Tapi kemudian si mi goreng ini menjadi istimewa,
karena juga turut bisa dinikmati oleh tetangga. Alhamdulillah, Allah
memudahkan emak untuk berbagi dengan sekitar, meskipun yang dibagi bukan
barang mewah.
Tak heran warung emak masih menjadi wadah
curhat pelanggan beliau, karena mereka merasa nyaman. Emak yang mereka
panggil ‘Nenek’, seolah-olah telah menjadi nenek bagi mereka.
2. Bernostalgia: berbagi lewat cerita tentang masa lalu – by Paman
“Dulu paman pernah jualan. Paman jalan kaki dari ….”
Aku menyimak cerita paman. Pengalaman
beliau di masa lalu terkadang lucu, terkadang menyedihkan. Di masa muda,
beliau pernah berinteraksi dengan gerombolan pengacau, atau
aparat-aparat yang culas terhadap rakyat. Hampir sepanjang hidup, beliau
berdagang dengan memperoleh keuntungan yang banyak, atau merugi gegara
ditipu.
“Inti dari cerita paman tadi adalah bahwa
biar bagaimana pun jahatnya perlakuan orang lain terhadap kita, asalkan
kita tidak melakukan hal seperti itu juga,” Paman menutup kisah beliau
dengan nasihat.
Paman membagi kisah-kisah beliau kepada
kaum muda, karena beliau menganggap penting pengalaman beliau yang
berharga, sehingga insya Allah dapat bermanfaat bagi generasi muda.
3. Terus bergerak: bekerja, beraktifitas, produktif, tetap bersemangat – by Tante
Adik emak nomor 4 ini yang paling
bersemangat di rumah. Beliau membantu emak di warung. Sejak pukul 6 pagi
beliau sudah membuka warung untuk menjemput rejeki. Beberapa langganan
warung emak terbiasa datang pagi-pagi, seperti penjual jamu yang akan
membeli telur ayam kampung.
“Sekarang saatnya membungkus gula.” Tante
lalu memasukkan gula ke dalam bungkus-bungkus plastik, untuk kemudian
ditimbang per kilo, setengah kilo dan seperempat kilo.
Badan ringkih tante seperti tiada lelah.
Dengan semangat beliau beraktifitas. Seingatku, beliaulah yang paling
jarang sakit di rumahku. Mungkin karena beliau selalu bergerak, beliau
jadi tetap sehat.
Alhamdulillah, tinggal bersama lansia
boleh dibilang menyenangkan. Emak, paman dan tante sudah lansia, namun
tetap mandiri dan terus berusaha agar dapat memberi manfaat bagi orang
lain. Jika Allah mengijinkanku -dan kita- memiliki umur yang panjang,
hal-hal yang kuurai di atas bisa dijadikan contekan agar kita juga bisa
hidup bersahaja seperti mereka. (http://try2bcoolnsmart.wordpress.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar