Sabtu, 28 Juni 2014

Tantangan Wanita Dalam Berinvestasi

Manusia adalah makhluk sosial. Memiliki pasangan dalam hidup adalah hubungan yang paling intim di antara berbagai hubungan sosial yang potensial. Dengan hubungannya pada seorang pria, sebagian besar hidup seseorang wanita tergantung pada pasangan yang dia pilih.

Pilihan ini mempengaruhi setiap detail kehidupanya. Dalam hal pekerjaan misalnya. Umumnya wanita bekerja untuk jangka waktu yang lebih pendek dan berpenghasilan lebih rendah daripada pria. Lantaran penghasilan yang lebih rendah, wanita tidak dapat berinvestasi dengan jumlah yang sama besar dengan pria
Sebagai contoh, kebanyakan wanita berhenti bekerja lebih cepat daripada pria guna mengurus anak atau orang tua yang sudah sepuh. Dengan jumlah tahun bekerja yang lebih sedikit, otomatis wanita akan menerima uang pesangon yang lebih sedikit dari perusahaan tempatnya bekerja dulu.
Padahal, wanita umumnya hidup lebih lama daripada pria sehingga butuh manfaat pensiun yang lebih besar. Berdasarkan data Bureau of Labor Statistics, wanita memiliki angka harapan hidup yang lebih tinggi daripada pria. Hal ini mengingatkan wanita untuk harus lebih pandai berinvestasi dan tidak bergantung sepenuhnya kepada pasangan hidup. Wanita juga harus lebih fokus dalam perencanaan keuangan yang spesifik untuk kebutuhannya.
Sekarang ini banyak wanita yang berhenti bekerja di kantoran memilih untuk berusaha sendiri secara kecil-kecilan sambil mengurus keluarga. Sayangnya, banyak yang lupa untuk menyisihkan sebagian pendapatannya untuk tabungan pensiun dan tabungan kesehatan di hari tua.
Seiring dengan waktu, kekuatan fisik pun semmakin menurun sehingga hasil usaha pun cenderung akan berkurang. Sedangkan untuk wanita yang tidak bekerja, tantangan terasa lebih berat. Hal ini karena kadang suami hanya memberikan nafkah yang cukup untuk biaya hidup sehari-hari namun pengelolaan investasi untuk masa pensiun tidak diserahkan kepada istrinya.
“Wanita butuh strategi untuk bisa memenuhi kebutuhan saat ini, kebutuhan jangka pendek dan kebutuhan masa depan nantinya,” ujar Associate planner ZAP Finance, Fitri Oktaviani.
Lantas bagaimana seharusnya wanita berinvestasi?
SmartMoney survey menunjukkan bahwa pria lebih berani mengambil resiko dalam hal investasi. (62% pria, 19% wanita). Rata-rata wanita yang sudah mulai berinvestasi umumnya memiliki profil resiko yang konservatif, tidak berani beresiko dalam berinvestasi walaupun dengan potensi imbal hasil yang lebih tinggi.
“Sekalipun pasangan mungkin lebih mengerti tentang investasi, tetapi wanita pun perlu memiliki investasinya sendiri dan mengerti di mana uangnya diinvestasikan,” kata Fitri menjelaskan
Ya, mengedukasi diri sendiri mengenai keuangan dan investasi merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan rasa percaya diri seorang wanita untuk mau berinvestasi dengan strategi yang tepat dan sesuai dengan profil resiko dan rencana masa depannya. 
Semakin banyak membaca mengenaiproduk investasi tertentu, semakin paham pula dengan investasi. Lebih dari itu, para wanita, bahkan ibu rumah tangga, dalam berinvestasi, biasanya mereka lebih pandai mendiagnosis kondisi keuangan secara keseluruhan daripada investor pria. (www.neraca.co.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar