Senin, 16 Juni 2014

Masa Tua


Puluhan tahun mendatang saat tubuh tak lagi kuat. Saat uban mulai menghias kepala. Saat wajah mulai mengerut. Saat badan tak lagi tegap. Saat jalan tak lagi sigap. Saat kesunyian mulai menyapa. Saat anak-anak sudah tumbuh dewasa. Saat mereka berada di luar rumah berjuang meraih impian-impian mereka. Saat mereka telah berkeluarga. Dan saat kita hanya hidup berdua berteman kenangan-kenangan kita.

Saat itulah, kita akan mulai merasakan kebersamaan di rumah tak seramai biasanya. Tak seperti saat anak-anak masih kecil. Saat mereka semua masih ada bersama kita.

Semua itu akan berubah. Waktu akan membawa kita pada satu masa lagi dalam hidup ini. MASA TUA. Saya berharap di masa itu, Tuhan masih memberi kesempatan kau dan aku tetap bersama. Kita masih bisa bersama melewati masa-masa tua kita. 

Kita akan banyak menghabiskan waktu bersama. Duduk berdua saling bercerita. Kita akan bercerita banyak tentang kenangan kita. 

Tentang saat kita pertama kali bertemu. Kita akan menertawakan hal-hal konyol yang pernah kita lakukan saat awal kebersamaan hidup kita. Di saat kita hidup berdua dalam rumah yang awalnya hanya kontrakan. Banyak suka dan duka yang telah kita lewati bersama. Candaan kita. Pertengkaran kita. Kau yang tak tahan melihat air mataku tumpah. Dan setiap itu terjadi kau tetap ada memelukku. Menenangkanku. Kita yang akan selalu kembali berdamai setelah terjadi pertengkaran dan berjanji untuk menjadi lebih baik lagi. Syukurlah kita bisa melewati setiap badai yang datang. Walaupun harus berderai air mata. Walaupun diliputi ketegangan emosi. Tapi, lambat laun dari situ kita mulai bisa saling mengerti dan memahami.

Saat masa tua itu tiba, kita akan tetap menjadi teman bercerita yang asyik. Kau yang senang bercerita dan saya... ahh, saya memang dari dulu lebih suka menjadi pendengar yang baik. Introvert gelar yang sudah melekat pada saya sejak dulu. Kamu juga yang ternyata telah membuat seorang introvert seperti saya nyaman membagi cerita. Dan saya selalu yakin Tuhan tak pernah salah memilihkan saya pendamping hidup. Dan itu. Itu adalah kamu. Kamu yang dipertemukan dengan saya. Kamu yang ternyata mampu menghadirkan sebuah rasa di hati saya. Kamu yang dipilihkanNya menjadi teman hidup saya. Menjadi imam saya. Menjadi penyempurna separuh dien saya. Dan kemudian kita bersama-sama menjalani hidup dengan terus menambah ketakwaan kita pada Allah SWT untuk menggenapkan lagi separuhnya.

Kamu yang bisa melakukan banyak hal. Kamu yang bisa memperbaiki kerusakan-kerusakan kecil di rumah kita, memperbaiki alat-alat elektronik kita yang sedikit bermasalah, mengecek kerusakan kecil pada listrik kita. Semuanya bisa kau kerjakan walaupun kamu bukan lulusan tehnik. Kamu...kamu. Dan ahh...masih banyak tentangmu yang tak dapat saya ungkapkan. Saya hanya bisa bersyukur padaNYa karena telah mempertemukan dan menyatukan kita. menanamkan cinta, kasih dan sayang di hati kita masing-masing sampai hari ini. 

Kita juga akan bersama-sama melihat kembali koleksi foto-foto kita. Di sana ada foto-foto muda kita. Saya, kamu, anak-anak kita, keluarga, teman-teman kita, sahabat-sahabatmu, sahabat-sahabatku, tempat-tempat yang telah kita kunjungi bersama. Kau yang selalu jadi fotografer untuk kami. Saya tahu itu adalah hobimu. Kamu sangat senang memotret. “Fotografer amatiran” begitulah kau menyebut dirimu. Padahal saya melihat hasil jepretanmu sudah seperti “fotografer professional." Begitulah saya sering memujimu.

Bersamamu saya bisa mengenang tempat-tempat indah yang pernah kita kunjungi. Yang dulu hanya sebuah impian. Dan kamu. Kamu telah membawa saya menjelajah banyak tempat-tempat indah di belahan bumi lain. Saya yang sebelum bertemu kamu hanyalah anak rumahan yang jarang kemana-mana. Saya yang dulu lebih banyak menghabiskan waktu luang saya berpetualang dengan buku-buku. Belajar banyak hal. Membayangkan melihat banyak tempat hanya dari buku-buku yang sering saya baca. Dan atas izinNya kamu hadir menemani saya mewujudkan mimpi-mimpi itu. Aih, hidup ini sungguh indah. Betapa besar nikmat sang Pencipta yang telah dilimpahkan pada kita.

Lalu... ada lagi. Buku-buku kita. Dunia baca yang menjadi hobi kita bersama. Dunia yang telah mewarnai hidup kita selama ini. Dunia yang selalu mengisi hari-hari muda kita. Dunia tulis menulis yang juga kita tekuni bersama hingga bisa melahirkan beberapa buku. Mudah-mudahan itu semua bisa menjadi warisan ilmu yang bermanfaat buat anak cucu kita dan generasi mendatang. Goresan pena itulah yang bisa kita tinggalkan. 

Pada saat tua nanti, mungkin penglihatan kita akan mulai buram. Tak lagi tajam dan terang. Mata kita akan cepat lelah. Tapi, saya berharap kita masih bisa tetap menikmati beragam bacaan kesukaan kita. Walaupun mungkin tak bisa banyak-banyak dan tak lagi bisa berlama-lama. 

Biarlah kita menikmati masa tua kita bersama, mengerjakan banyak hal. Mungkin di setiap pagi saya juga akan lebih banyak menghabiskan waktu menanam dan merawat bunga-bunga kesukaan saya. Ikan-ikan di kolam juga akan selalu kita beri makan. Pohon mangga dan rambutan yang kamu tanam di halaman belakang yang selalu kamu rawat akan kita petik bersama saat buahnya mulai ranum. Dan mungkin kita bisa memanggil anak cucu kita untuk datang dan kita bisa menikmatinya bersama.

Entah sampai kapan batas kebersamaan kita. Saya hanya berharap siapapun nanti yang akan lebih dulu kembali menghadapNya. Berjanjilah untuk tetap kuat dan tetap menjalani sisa hidup dengan baik. Kita akan selalu saling mendoakan. Semoga kita bisa kembali ke kampung akhirat dengan selamat. Dan kelak dipertemukan kembali di surgaNya..aamiin. (nay2notes.blogspot.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar